'Hari ini kita briefing pukul 13.30 di office ya teachers!'
Jeonghan menatap pesan yang dikirimkan oleh kepala sekolah di grup chat sekolah. Selesai mengetik balasan berupa kesanggupannya akan pemberitahuan itu, Jeonghan kembali memakan semur tahu dan telur puyuh beserta sayur bening buatan Mingyu pagi ini.
Rasa masakan Mingyu sangat enak. Jeonghan suka memakan setiap apapun yang di masak sang adik. Pemuda kelas dua SMA itu selalu bangun pukul lima pagi setiap Senin hingga jumat untuk memasak makanan bagi mereka berlima. Pukul enam lewat tiga puluh menit, semua makanan sudah tersaji. Bahkan bekal Jeonghan juga sudah di siapkan di dalam tas bekalnya beserta dengan botol minum.
Jeonghan selalu bersyukur memiliki adik seperti Mingyu. Berbanding terbalik dengan fisiknya yang kekar dan besar, Mingyu adalah pribadi yang lembut, cekatan, rajin dan penyabar. Mingyu suka mengerjakan semua pekerjaan rumah. Katanya agar Jeonghan fokus saja bekerja dan kuliah.
"Aku pusing banget deh sama orang tua Elena."
Jeonghan mengangkat kepalanya dan menatap rekan kerjanya, Miss Eli.
"Kenapa Miss?" Tanya Jeonghan penasaran.
"Sir bayangin aja. Anaknya susah banget diajarin tapi nggak boleh di bentak dan di paksa belajar. Sementara si Elena harus di ancam dulu baru ada niat belajar. Mamanya selalu nuntut gimana biar anaknya pinter. Ya gimana mau pinter kalau ngajarinnya harus lembut-lembut. Pusing banget deh sir." Miss Eli terlihat memijat pelipisnya.
"Kadang gitu Miss. Orang tua nuntut tapi nggak liat kondisi anaknya. Itu lagi, anak didik ku si Bryan. Ngomong aja belum bisa, Miss. Umurnya juga masih dua tahun kurang. Tapi mamanya nuntut biar dia pinter. Naik kelas Nursery aja nggak bisa dia kayaknya." Miss Ika, wali kelas Toddler menanggapi curhatan Miss Eli.
"Sir Jeonghan lagi. Anak sir si Arion kan berkebutuhan khusus, gimana cara sir ngadepin dia? Kalau aku yang disuruh ngajar K1 aku resign aja deh kayaknya," ujar Miss Jelly sambil menatap Jeonghan yang sedang minum air.
"Ya gitulah Miss. Arion emang kadang tantrum. Tapi gitu-gitu, dia pinter banget loh Miss. Cuma nggak bisa ngontrol emosi aja anaknya."
Mendengar penjelasan Jeonghan, rekan kerjanya menatap tak percaya padanya.
"Oh iya sir? Arion pinter?"
Jeonghan merapikan kotak bekalnya, "Wih jangan ditanya Miss. Dia udah bisa baca bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Matematika juga dia jago. Aku nggak jelasin, dia udah bisa ngerjain worksheetnya sendiri."
"Nggak nyangka banget sir. Padahal dulu waktu di di Nursery, dia di suruh duduk aja nggak mau lho sir," Timpal Miss Famel, wali kelas Nursery.
"Kata maminya, Arion ada terapi gitu Miss." Jeonghan berdiri untuk berpindah dari dapur ke ruang sains.
Saat ini sudah pukul dua belas lewat dua puluh dua dan Jeonghan memiliki waktu satu jam lebih sebelum briefing nanti. Biasanya rekan-rekan guru yang lain menggunakan waktu ini untuk tidur. Tapi dengan Jeonghan. Pemuda itu mengeluarkan laptopnya dan mulai mengerjakan Bab 1 skripsinya. Jeonghan memanfaatkan jaringan Wi-Fi sekolah untuk mencari referensi dan lain-lain. Dia juga sambil mengunduh film untuk di tonton bersama adik-adiknya nanti di rumah.
"Semangat skripsiannya, sir Jeonghan." Kata salah satu Helper di sekolah.
"Thank you, Kak," Balas Jeonghan ramah.
'Nanti pulang kerja, keluar yok Han. Aku pusing banget nih'
Jeonghan membuka pesan yang dikirim Joshua padanya dan mulai membalas pesan sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's You! [CheolHan]
FanficHidup lagi capek-capeknya, tapi Jeonghan malah harus jadi orang tua dadakan untuk empat adiknya. "Ya dikuat-kuatin ajalah, kalau gak kuat, ya tetap dikuat-kuatin." -Jeonghan yang tiap hari bingung mau nangisin yang mana dulu. •Seungcheol x Jeongh...