Jennie, seorang wanita sukses yang menjalankan bisnis konstruksi keluarganya, menghadapi tantangan besar dalam kehidupan pribadinya. Pernikahannya dengan Lisa, seorang bintang terkenal, mulai goyah meskipun mereka telah bersama selama lima tahun dan...
Di Pantai Lamai, sebuah pantai indah di Ko Samui dengan pasir putih bersih dan air laut yang jernih, suasana ceria dan penuh kebahagiaan menyelimuti mereka. Mereka menikmati waktu bersama, menciptakan kenangan indah sebagai keluarga.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lisa memandang Gaston dengan senyum lebar. "Lihat, pantainya sangat indah, bukan? Apa yang ingin kamu lakukan pertama kali?"
Gaston dengan mata berbinar-binar menjawab, "Aku ingin membuat menara pasir, dada! Bisa kita buat yang sangat besar?"
Jennie menyela, "Tentu, sayang."
Mereka bertiga berjalan ke tepi pantai, memilih tempat yang sempurna untuk membangun menara pasir. Lisa dan Jennie membantu Gaston menggali dan membentuk pasir.
Lisa memulai dengan semangat, "Oke, Gaston. Kita mulai dengan dasar yang kuat, ya? Ini penting supaya menara kita tidak runtuh."
Gaston mengangguk, "Iya, dada. Aku akan ambil lebih banyak pasir."
Jennie tertawa kecil, melihat kegembiraan anaknya, "Gaston, kamu sangat berbakat dalam membuat menara pasir. Mungkin nanti kita bisa tambahkan beberapa kerang sebagai hiasan."
Mereka terus bekerja bersama, menambah tinggi menara pasir sedikit demi sedikit. Ketika menara sudah cukup besar, Gaston berlari mencari kerang di sekitar pantai, sementara Lisa dan Jennie terus memperkuat strukturnya.
Lisa menatap Jennie dengan penuh cinta, "Ini benar-benar menyenangkan. Aku senang kita bisa menghabiskan waktu bersama seperti ini."
Jennie mengangguk, membalas tatapan Lisa.
Gaston kembali dengan tangan penuh kerang, "Lihat, Mommy! Aku menemukan banyak kerang indah. Bisa kita tempel di menara?"
Jennie mengambil beberapa kerang dan mulai menempelkannya di menara pasir, "Tentu saja, sayang. Ini akan membuat menara kita semakin cantik."
Setelah menara selesai, mereka duduk di pasir, menikmati pemandangan laut yang indah. Lisa memeluk Jennie dan Gaston, merasa bersyukur atas kebahagiaan sederhana ini.
Gaston tiba-tiba berseru, "dada, Mommy, bisa kita berenang sekarang?"
Lisa tertawa, "Tentu, ayo kita berenang! Tapi ingat, tetap dekat dengan dada dan Mommy, ya?"
Mereka berlari menuju air, tawa dan kegembiraan memenuhi udara. Jennie merasakan kedamaian yang langka, sejenak melupakan semua beban dan tekanan yang selama ini menghantuinya.
Melihat Lisa dan Gaston bermain air, Jennie tersenyum, menikmati momen kebahagiaan ini bersama keluarganya.
Setelah puas bermain di pantai, mereka memutuskan untuk makan siang di sebuah restoran tepi pantai yang menyajikan hidangan laut segar.
Mereka duduk di meja dengan pemandangan langsung ke laut, angin sepoi-sepoi menambah kenyamanan suasana.
Lisa membantu Gaston duduk di kursinya dan mulai membacakan menu untuknya, "Apa yang kamu ingin makan, Gaston? udang goreng, atau mungkin pasta?"
Gaston dengan antusias menjawab, "Aku mau udang goreng, dada! Dan jus jeruk!"
Jennie tersenyum melihat kehangatan dan perhatian Lisa terhadap Gaston. Dia mengambil kamera yang dibawanya dan diam-diam mengabadikan momen itu. Lisa yang sedang membantu Gaston memilih makanan, wajah mereka penuh tawa dan kasih sayang.
Lisa melihat ke arah Jennie, "Kamu mau pesan apa, sayang?"
Jennie menatap Lisa sejenak, tersenyum, "Aku juga mau udang goreng, sepertinya enak. Dan satu salad buah."
Setelah pelayan mencatat pesanan mereka dan pergi, Jennie merasa hatinya hangat melihat kebersamaan ini.
Lisa dan Gaston mulai bermain tebak-tebakan sambil menunggu makanan datang.
Lisa menantang Gaston, "Oke, Gaston. Tebak, apa hewan laut yang paling besar?"
Gaston berpikir keras sejenak, lalu menjawab dengan yakin, "Paus! Mereka yang terbesar, kan, dada?"
Lisa mengangguk bangga, "Benar sekali! Kamu pintar sekali, Gaston."
Jennie tak bisa menahan senyumnya melihat betapa harmonisnya hubungan Lisa dan Gaston. Saat makanan tiba, mereka mulai menikmati hidangan dengan penuh canda tawa.
Jennie merasa beban di hatinya sedikit berkurang, meski pikirannya masih dipenuhi pertanyaan tentang masa depan mereka.
Setelah makan, Jennie mengajak Lisa dan Gaston berfoto bersama di pantai. Mereka berdiri di dekat air, matahari mulai terbenam, memberikan cahaya keemasan yang indah.
Jennie mengatur timer di kameranya, lalu berlari ke tempat Lisa dan Gaston berdiri. Mereka semua tersenyum lebar saat kamera menangkap momen indah itu.
Jennie berharap dalam hati, "Semoga apapun keputusan yang aku ambil nanti adalah yang terbaik untuk kami semua, terutama untuk Gaston."
Mereka kembali ke meja makan, menikmati sisa sore hari dengan saling berbagi cerita.
Jennie merasakan campuran emosi—kebahagiaan, ketenangan, tetapi juga keraguan. Namun, dia tahu bahwa momen-momen seperti ini adalah yang paling berharga dan harus selalu diingat, apapun yang terjadi nantinya.
Mereka duduk di tepi pantai, melihat matahari perlahan tenggelam di cakrawala, memancarkan sinar keemasan yang lembut di atas laut.
Angin pantai yang sejuk membelai wajah mereka, menciptakan suasana yang tenang dan damai. Gaston tertidur pulas di pelukan Jennie, wajahnya yang polos terlihat sangat damai.
Jennie memandang Lisa dengan tatapan penuh perasaan, "Apapun yang terjadi nanti, aku harap kamu tidak membenciku."
Lisa menoleh dengan alis terangkat, kebingungan jelas di wajahnya, "Apa maksudmu, sayang?"
Jennie menghela napas pelan, mencoba menghindari pertanyaan Lisa, "Ah, tidak ada. Hanya saja... ya, mari kita kembali ke villa. Gaston pasti lebih nyaman tidur di sana."
Lisa masih terlihat bingung, tetapi dia tidak mendesak lebih lanjut. Dia berdiri dan membantu Jennie berdiri dengan hati-hati agar tidak membangunkan Gaston.
Mereka berjalan perlahan menuju mobil, Jennie masih memeluk Gaston yang tertidur pulas di dadanya.
Di perjalanan kembali ke villa, suasana di antara mereka terasa hening, namun dipenuhi dengan perasaan yang tak terucapkan.
Jennie merasa berat di hatinya, menyadari bahwa percakapan yang lebih dalam dan sulit tidak bisa dihindari lagi.
Sementara itu, Lisa memikirkan kata-kata Jennie, mencoba memahami apa yang sebenarnya sedang terjadi.
Sesampainya di villa, Lisa dengan lembut mengambil Gaston dari pelukan Jennie dan membawanya ke kamar.
Jennie mengikuti di belakang, masih tenggelam dalam pikirannya. Setelah memastikan Gaston tidur dengan nyaman, mereka kembali ke ruang tamu.
Lisa menatap Jennie, matanya penuh dengan kekhawatiran dan cinta, "Kamu tahu aku akan selalu mendukungmu, kan? Apapun itu."
Jennie mengangguk pelan, menahan air mata yang hampir keluar. "Aku tahu, dan aku sangat menghargai itu."
Mereka duduk bersama di sofa, mencoba menikmati momen kedekatan ini meski pikirannya masih penuh dengan ketidakpastian.
Jennie tahu bahwa percakapan yang sebenarnya masih harus terjadi, dan dia berharap bahwa apapun yang dia putuskan nanti, mereka bisa tetap bersama sebagai keluarga, setidaknya untuk Gaston.