19. NGGAK HARUS SEMPURNA

64 6 0
                                    

Hallo

Happy Reading 📖

****

"Enggak bisa juga dipukul rata. Karna manusia punya batas lelahnya masing-masing"

---Yonathan Wijaya Putra


"Karena, menjadi sempurna dimata manusia itu nggak akan ada habisnya."

*****

"Hai, kami boleh duduk di sini nggak? Bangku yang lain udah pada penuh" ucap seorang gadis yang baru saja menghampiri meja yang di isi oleh Kara, Monica, Siska dan inti Aodra.

Tidak ada yang menyahut.

"Udahlah Na, mereka pasti nggak mau!" ucap Gifa, yah kedua gadis itu adalah Gifa dan Kanaya.

"Enggak boleh ya? Kalo nggak boleh ya udah kami car---" ucapan Kana terputus.

"Duduk aja kali!" ucap Monica ketus.

Memang ditempat mereka masih ada bangku yang kosong yang tadinya ditempati oleh Bima dan Arga namun kedua cowok itu sudah kembali ke kelas, lebih tepatnya Arga pergi menyusul Bima.

"Sa---" baru saja Gifa hendak protes tapi ia sudah dulu ditarik Kana untuk duduk.

"Makasih yah" ucap Kana.

*****

"Hai, kamu Kara ya? Selamat ya! Aku tadi nggak sempat ngucapin, kamunya udah pergi duluan" ucap Kana.

Kara mengangguk membalas uluran tangan gadis itu. "Iya, sama-sama. Selamat buat lo juga"

"Ah! Iya ya, gue juga dari tadi belum ngucapin selamat buat lo Kar. Selamat ya! Lo hebat banget sih, walau tahun ini lo gak juara pertama tapi lo tetap the best!" ujar Kevin

"Selamat ya Kar, tetap semangat pokoknya" lanjut Ridho di susul oleh Aska dan Nathan terakhir.

"Alay, kan yang juara bukan cuma dia doang!" sahut Gifa tidak suka.

"Maksudnya, gimana?!" Monica reflek bertanya, kerutan didahinya pun ikut menajam.

"Ya emang bener kan? Yang juara itu bukan cuma dia!" Gifa menunjuk Kara.

"Gifa! Udah!" Kana menurunkan tangan Gifa yang dipakai menunjuk Kara.

"Enggak Na, yang gue bilang itu emang bener kan? Lagian ya orang-orang pada alay banget, yang juarakan ada banyak tapi, kenapa dia doang yang dapat ucapan selamat!"

"Iri-an banget!" ketus Siska.

"Eh! Gue nggak iri yah, itu fakta!" Gifa tak terima.

"Santai dong! Ngegas banget, lo ngerasa ya?!" sahut Siska lebih ketus lagi.

"Ska, udah jangan diladenin" ucap Kara.

"Dia duluan!"

"Gue kan bilang faktanya, lagian ya Kara, lo itu harusnya nggak pantas dapat ucapan selamat, orang bukan lo yang juara pertama juga kan?!" ucap Gifa masih membela diri.

"Gifa udah! Kamu udah keterlaluan tau gak?!"

"Tap---"

"Udah, ayok kita pergi!" Dengan cepat Kana menarik tangan Gifa mengajak gadis itu pergi. Namun sebelum pergi gadis itu juga tidak lupa untuk meminta maaf kepada Kara dan lainnya karena telah membuat keributan.

*****

"Gilak tuh cewek! Iri-an banget sumpah!" ucap Ridho setelah kedua gadis itu pergi.

"Kan! Ridho juga tau, itu lampir Iri-an! Bikin kesel! " ucap Siska.

"Udah Ska, lupain aja" Kara menenangkan.

"Lo beneran gak papa kan Ra? Lagian lo kenapa diam aja sih?!" ucap Monica masih tak terima dengan ucapan gadis tadi.

"Terus gue harus ngomong apa? Lagian gue nggak kenapa-napa, biarin ajalah"

"Hufhh, lo itu terlalu baik Ra" ucapan Monica langsung mendapat gelengan kepala dari Kara.

"Tapi lo beneran nggak papa kan?" tanya Monica kembali memastikan, pasalnya sedari tadi temannya itu sudah murung ditambah lagi dengan kedatanga gadis pembuat rusuh itu, apa nggak tambah murung temannya ini?

"Enggak, gak papa kok" Kara kembali menggeleng.

"Em, gue mau ke toilet dulu, kalian ke kelas aja duluan takut lama" ucap Kara.

"Enggak mau ditemenin? Gue temenin aja" usul Monica namun lagi-lagi Kara menggeleng.

"Enggak usah, aku sendiri aja" tolaknya lalu dengan cepat bergegas pergi keluar dari kantin. Namun saat tiba dibelokan menuju toilet, bukannya belok, gadis itu malah berbelok kearah tangga menuju rooftop yang berada tepat di depan belokan menuju toilet.

*****

Tangannya dengan pelan membuka pintu rooftop, setelah berhasil terbuka, ia pun perlahan melangkah masuk. Tak lupa kembali menutup pintu itu.

Setelah masuk gadis itu diam sejenak, menatap sekeliling hingga matanya berfokus pada kursi yang terletak didekat pembatas rooftop. Ia pun melangkah mendekat kekursi tersebut dan duduk disana. Dari sini ia bisa melihat semua area sekolah dan juga bangunan-bangunan yang ada di sekitarnya.

Helaan napas gadis itu terdengar diikuti dengan bahu gadis itu yang turun pada sandaran kursi. Matanya terpejam, menikmati semilir angin yang berhembusan mengenai kulitnya.

"Imel udah berusaha.... Tapi semua gak harus sempurna kan?" tanyanya pada diri sendiri. Masih dengan mata yang terpejam.

Merasa ada yang menyentuh pipinya, perlahan ia membuka mata dan didapati Nathan yang sudah berada di depannya. Dan dirasa juga cowok itu dengan cepat menarik kembali tangannya.

"Nathan, kok disini?" Kara membenarkan posisi duduknya menjadi tegak.

"Lo sendiri?" Tanyanya balik, dengan mata yang terus menelusuri sekitarnya, mencari sesuatu. Setelah beberapa saat, matanya berhenti mencari diiringi langkah kakinya yang berjalan kedepan.

Tujuannya adalah mengambil kursi yang terletak di pojok pembatas rooftop. Setelah mendapatkan cowok itu kemudian kembali ketempat semula, menarik kursi ditangannya lalu diletakkan disampaikan kursi milik gadis itu.

"Kalo ada masalah, cerita aja. Gue dengerin" Nathan duduk dikursinya.

Tidak ada sahutan dari gadis itu, Kara diam, masih berusaha mencerna ucapan cowok itu. Hingga akhirnya helaan napasnya pun terdengar.

"Masalah ya? Mungkin lebih kecapek aja" sahut Kara pelan.

"Cepek juga bagian dari perjalanan, kan?" tanya Nathan dan dibalas anggukkan dari gadis itu.

"It's okay, lo udah hebat. Tapi kalo itu emang berat, lo berhak buat lepasin."

"Apa, Aku bisa?" tanya gadis itu, menatap kearah Nathan.

"Enggak bisa juga dipukul rata, kan? Karna manusia punya batas lelahnya masing-masing."

Gadis itu kembali terdiam, memikirkan apa yang dikatakan oleh Nathan, mungkin benar apa katanya, ia harus melepaskan. Karna, menjadi sempurna dimata manusia itu nggak akan ada habisnya.

*****

Dikit dulu...
Lagi gak punya ide😭
Tapi semoga kalian suka. Dan jangan bosan² buat baca cerita aku yang gak seberapa bagus ini....

See you❤

NATHKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang