Difficult (2)

663 53 0
                                    

Haechan menaruh cangkir di atas meja makan setelah memanaskan air hangat untuk Abi anaknya itu. Sedari pagi ia menghubungi Mark namun Mark sama sekali tidak bisa dihubungi.

Cklek

“Oh Mark! Kenapa ga bisa dihubungi? Susu adek—

Haechan menutup rapat mulutnya saat melihat keadaan Mark yang nampak kusut dengan seragam sopir, rambut yang acak acakan bahkan kantung mata terlihat jelas jika suaminya itu belum tidur nyenyak.

“Ambil uang di saku jaket.” Ucap Mark kemudian masuk ke dalam kamar.

Saat Mark masuk kedalam kamar penampakan pertama yang ia lihat adalah sosok bayi yang tengah merangkak rangkak di atas ranjang. Entah kenapa rasa lelah hilang begitu saja saat melihat putranya itu, waktu bersama mungkin sedikit tapi Mark berjanji ia akan menghabiskan waktu demi menghidupi keluarganya demi masa depan.

—°°—

“Mark, tolong antar berkas saya yang tinggal di mobil dan bawa ke lantai 3.”

“Baik pak!”

Mark berjalan menaiki lift menuju lantai 3, bosnya itu juga seorang pengusaha dan seorang dosen. Entah kebaikan darimana hingga ia bisa bertemu dengan laki laki paruh baya itu dan menjadikannya sebagai supir pribadinya.

Tok tok!

“Silakan masuk”

Cklek

Saat Mark membuka pintu ruangan tersebut ia terkejut di ambang pintu melihat sosok yang sangat ia kenali tengah duduk di sofa bersama bosnya, orang itu juga terkejut melihat Mark yang baru saja masuk kedalam ruangan.

“Mark, cepatlah!”

“I-iya tuan.”

Mark berjalan mendekati bosnya dan memberikan berkas yang tadi ia bawa, tangannya bergetar hebat dan hal itu dapat dilihat oleh pria yang duduk di dekat bosnya. Buru buru ia keluar dari ruangan tersebut setelah melakukan tugasnya.

“Dia supir anda?”

“Iya. Memangnya kenapa, pak zileo?”

“A-ah tidak ada hanya bertanya saja.”

Pukul 21:00 malam, Mark duduk di tepi taman menatap lurus ke arah jalanan dan di sampingnya seseorang duduk juga menatap jalanan kota.

“Gimana keadaan bubu?”

“Baik, bagaimana keadaan menantu ayah?”

Deg

Mark menoleh ke arah pria yang ternyata adalah ayahnya, Jaezileo. Matanya bergetar siap menumpahkan air mata namun ia tahan sekuat mungkin karena ia berjanji tak akan menangis di depan ayahnya.

“Kamu menjaga Haechan dengan baik?” Tanya sang ayah

“Iya.”

Jaezileo menoleh menatap Mark, ia tersenyum kecil sembari menepuk-nepuk pundak sang putra dengan kuat. Mark menatap wajah sang ayah yang sudah lama tak ia jumpai.

“Apa kamu sudah bisa memecahkan masalah? Sudah bisa mengontrol emosi? Sudah bisa mandiri? Sudah bisa menghasilkan uang? Dan apa kamu sudah bisa menjadi suami yang baik juga ayah yang baik?”

collection of stories  (Markhyuck)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang