Menceritakan tentang seorang gadis yang spesial, namun hidup nya tak pernah luput dari yang namanya secuil luka. Arina Putri Asyifa, yang hidupnya penuh dengan banyak rintangan dan penuh drama. Untuk selengkapnya silakan membaca karya aku. Jangan lu...
Assalamu'alaikum para readers tercinta, terluv luv ❤😘
Aku kembali lagi disini...
Maaf ya kalo kadang update nya ngga beraturan, mood aku berantakan banget....
Habis ini aku usahain biar bisa update teratur kok☺
Please support me🤗
Emm... bilang apa lagi ya?
Aku jadiin cerita ini sebagai pelampiasan aku. Jadi kalo misal alur nya naik turun, itulah mood aku.
Eh ada yang mau baca cerita Alzeynaa ga sih?? Kalo ada aku publish, kalo gaadayaudah palingan publish nya nunggu cerita ini usai😭😭
Okelah
💗Happy Reading 💗
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Lapor, Ketua lagi CAPEK."
***
Pagi yang cerah, Arina merapikan kamar nya. Hari itu libur sekolah sebelum study tour.
"Eh iya... Huwaa belum izin sama papa!" Wajah Arina cemberut dikala Ia teringat jika belum meminta izin ke papa nya.
Ceklek
Ia membuka pintu kamar dan melangkah keluar. Ia ingin menemui Papa nya untuk meminta izin, berharap ada peluang untuk diperbolehkan.
Tok tok tok
Perlahan namun pasti. Ia mengetuk ruang kerja sang Papa. Setelah mendapat jawaban dari dalam ruangan, Ia segera memasuki dan meyakinkan diri.
"Ada apa?" Tanya Reno dengan nada yang kasar sehingga sedikit membuat nyali Arina menciut.
"Pah, besok ada study tour" Arina tidak mau basa-basi dengan papa nya pun langsung to the point.
"Kemana?" Sekarang Reno mulai memperhatikan Arina yang menundukkan kepalanya.
"Emm, Bandung pah. Tapi ketentuan pulang nya enggak di konfirmasi" Ucap Arina penuh harapan.
"Ya!" Reno tetap bersifat acuh tak acuh.
"Boleh pah?" Tanya Arina antusias.
"Hmm, udah sana keluar!"
"I-Iya pah..." Arina berhasil mendapatkan izin dari sang papa. Namun tetap saja kecewa dengan sikap papanya yang tidak pernah berubah. Dan Arina hanya dijadikan bahan pelampiasan saat Reno lelah. Disitu Arina hanya pasrah, lebih baik dirinya yang menjadi bahan pelampiasan dari pada Mama nya.
