Bell pulang sekolah berbunyi, tidak terasa waktu sekolah sudah usai, dan saat ini pula Leka masih belum mengetahui siapa nama perempuan yang duduk di sampingnya.
Perempuan itu membereskan meja nya, lalu mengecek bawah meja takut-takut bila ada yang tertinggal.
"Ah sorry-sorry, gue beresin," ujar Leka, setelah menjatuhkan tas yang belum perempuan itu resletingkan. Sebenernya dijatuhkan dengan sengaja.
Leka mendorong bangkunya ke belakang, lalu mengambil beberapa buku yang jatuh ke bawah meja, saat itulah dia melihat label nama yang terletak di sampul buku.
Nala Nadiva. Sudut bibir Leka seketika terangkat setelah membaca nama perempuan itu.
Leka mengeluarkan ponsel dan memberikannya pada perempuan yang bernama Nala Nadiva itu, tentu saja membuat Nala bingung karena tidak paham.
"Apa?" Tanya Nala.
"Lo belum ngasih nomor lo," Jawab Leka.
"Buat apa?" Katanya dingin.
"Lo gak tau ya? Semua orang gue mintain nomor, buat bikin group kelas," jelas Leka, padahal belum ada pembahasan tentang membuat group kelas. Boro-boro minta nomor semua orang, yang Leka lakukan seharian hanya berjalan-jalan dengan Gema.
"Gue gak denger tuh," ungkap Nala.
"Lo tadi gak ada dikelas, maka nya gak tau, lo mau gue masukin gak? Kalo gak mau yaudah," ujar Leka, seolah berniat akan memasukan lagi ponselnya kedalam saku.
"Yaudah mana sini!" Nala bergegas memegang tangan Leka, mencegah laki-laki itu untuk memasukan kembali ponselnya.
xxxx
"Nala!"
"Iyaaa!"
"Udah pulang?"
"Kalo belum pulang terus siapa yang jawab," Balas Nala yang baru saja keluar dari kamarnya. "Nenek abis dari mana?"
"Dari pasar," Jawab Nenek Nala sambil mengistirahatkan tubuhnya di sopa yang isian busanya sudah mengempos ke bawah.
Nala menghampiri nenek nya lalu mengambil dan meletakkan beberapa keresek belanjaan ke atas meja. "Tumben? Biasanya nyuruh Nala, nungguin Nala pulang sekolah juga masih keburu."
Nenek Nala berdecak. "Ck, hari ini hari pertama sekolah, kalo seragamnya kotor kena tanah pasar gimana?!"
"Ya tinggal cuci, kalo gak kering besok gak sekolah," ujar Nala sedikit bercanda.
Ucapan itu sontak membuat Nenek Nala mengeluarkan laser merah dari matanya. "Ngomong lagi!" Serunya sambil melepaskan pukulan ke tangan Nala.
"Aw iya-iya." Nala meringis sambil memeluk dirinya sendiri.
"Ngomong apa barusan?" Tanya neneknya lagi tidak lupa juga pukulannya.
"Aw sakit Nek," ujar Nala. "Iya ibu Halimah, Bercanda, udah nenek-nenek tapi suka kdrt," ejeknya.
"Itu," Nenek Halimah memberikan keresek berwarna putih kepangkuan Nala.
"Apa ini?"
"Tadi nenek ketemu ibu kamu di depan, ngasih itu buat kamu," Tutur nenek Halimah.
Nala terdiam sambil mengambil kardus dari dalam keresek putih itu. Sebuah sepatu kets berwarna putih.
"Coba kamu pakai!" Titah neneknya.
Nala pun langsung memakai sepatu itu seperti perintah neneknya. Dia hanya menatap kedua sepatu itu tanpa memberikan reaksi.
"Kenapa? kebesaran ya?" Nenek Halimah menghembuskan napas kasar seraya beranjak dari sopa. "Dia emang gak tau apa-apa tentang anaknya sendiri, masukin lagi ke kardusnya, biar nenek balikin sekarang juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Do you think i have forgotten?
Teen FictionSetelah 7 tahun berpisah. Leka secara tidak sengaja bertemu dengan Nala, cinta pertama sekaligus orang yang membuat luka di hatinya. "2017, SMA Mandala!" Leka berteriak, membuat perempuan itu berhenti berjalan. PUBLISH SETIAP HARI SABTU