Nala menekan foto profil Leka, melihat wajah Leka yang terpampang disana, Nala memandangi foto itu cukup lama sambil menopang wajah dengan tangan.
"Dia serius?" ujarnya. Nala menggaruk kepalanya jenuh. "Ah tau ah, bikin pusing."
Di atap yang lain, Leka yang sedang asik rebahan sambil bermain game di ponsel langsung membenarkan posisi duduknya. Tiba-tiba saja ada panggilan yang masuk.
Laki-laki itu lalu menempelkan benda pipih itu ke telinganya. "Kena--"
"Tapi dia suka ganggu, kenapa harus ngomong gitu sih?!"
Leka mengerutkan kening, melihat layar lalu kembali menempelkannya ke telinga.
"Foto profil nya ganteng, gue akuin aslinya lebih ganteng, tapi apa itu penting?"
"Tunggu dulu, kenapa gue harus mikirin Leka?"
Leka menaikan sudut bibirnya membentuk lengkungan sempurna. Agaknya Nala tidak sengaja menelepon Leka saat ini.
Leka terkekeh mendengar bagaimana Nala membicarakan dirinya. Ia menarik bantal dan menaruhnya di punggung sebagai sandaran.
"Dia baik, dia gak pernah marah juga, padahal gue sering bikin jengkel tapi dia gak pernah keliatan marah sama sekali."
"Tapi harusnya, kalo dia mau, dia bisa deketin cewek yang lebih cantik dari gue, kenapa gue?"
"Kalo gue bilang gini waktu ketemu, pasti dia udah jemawa kegirangan."
"Dia bilang apa? Gue kalo senyum manis?"
Terdengar suara gebrakan meja dari seberang sana.
"Emang manis," bisik Leka.
"Dia bilang gitu punya maksud tertentu pasti, iya kan?"
"Ishhh, Leka Raja Jenggala!!!"
"Iya Nala." Leka terus menyahuti dengan lembut dan tersenyum.
"Berhenti muncul di kepala gue!"
Leka tersenyum hingga menampakan deretan giginya. Nala benar-benar membuat wajah Leka berseri kegirangan.
xxxx
Nala tidak sempat sarapan karena Halimah bangun kesiangan tidak sempat memasak nasi, kebetulan juga roti dirumahnya sedang habis, alhasil Nala diberi uang tambahan untuk membeli makan di sekolah.
Nala yang baru makan bubur dua suap di kantin kemudian berdecak, memandang seseorang dengan dengusan. Siapa lagi kalau bukan Leka.
Laki-laki itu selalu muncul kapan saja entah dari mana datangnya.
"Bang Udin, satu ya!" Ucap Leka seraya duduk di sebelah Nala.
Pagi ini kantin sangat ramai, entah kebetulan atau bukan, tapi banyak dari mereka yang sarapan di kantin. Atau mungkin, memang setiap hari mereka sarapan dikantin tanpa Nala tahu.
"Bisa stop ngikutin gue gak?" Ketus Nala, tetap fokus pada bubur nya.
"Gak bisa," bangkang Leka. Tidak pernah sekalipun setuju jika Nala melarangnya.
"Tinggal ngejauh dari gue aja, kok gak bisa?!"
"Gimana ya La, gak tau kenapa kalo ngeliat lo gue ketarik sendiri." Leka beralasan, atau mungkin lebih cocok jika di sebut ngegombal.
"Gila! Lo." Nala menggeser mangkuk buburnya menjauh dari Leka.
"Malem tadi mimpiin gue gak?" Tanya Leka sambil menggeser duduknya mendekati Nala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Do you think i have forgotten?
Teen FictionSetelah 7 tahun berpisah. Leka secara tidak sengaja bertemu dengan Nala, cinta pertama sekaligus orang yang membuat luka di hatinya. "2017, SMA Mandala!" Leka berteriak, membuat perempuan itu berhenti berjalan. PUBLISH SETIAP HARI SABTU