Gerbang sekolah hampir saja menutup ketika Leka dan Nala sampai. Sementara Leka memarkirkan motornya di parkiran, Nala menunggu Leka didepan ruang piket.
Leka mencabut kunci motornya lalu memasukannya kedalam saku, dia mengangguk pelan ke arah Nala, mengajak Nala untuk pergi.
Mereka berdua berjalan di sepanjang koridor yang mulai menyepi, karena para siswa telah masuk ke dalam kelas mereka masing-masing.
Sadar ada yang aneh dengan cara jalan Nala, Leka menarik Nala untuk berhenti berjalan. "Cara jalan lo aneh," ucap Leka.
"Apanya? Cara jalan gue emang gini," jawab Nala.
"Enggak, cara jalan lo gak biasa, entah itu kaki lo yang sakit atau ada yang salah sama sepatu lo."
"Udahlah, kalo sakit gue yang ngerasain, lo mau ngobrol terus disini?" Tanya Nala.
Leka melepaskan pergelangan Nala dari genggaman tangannya. "Yaudah."
Setelah itu mereka lanjut berjalan menuju kelas, walaupun Leka masih sesekali melihat cara berjalan Nala yang menurutnya tetap terasa aneh dan tidak biasa.
Tak lama setelah mereka masuk kedalam kelas, guru pun datang untuk melakukan kegiatan belajar-mengajar. Nala sibuk mencatat apa yang guru terangkan di bor, sementara Leka masih memperhatikan kaki Nala tidak ada habisnya.
Siapapun yang melihat pasti sadar bahwa Leka sedang memandangi kaki Nala, membuat Nala berdecak karena tidak nyaman.
"Lo mau terus liatin kaki gue? Lo kayak orang mesum tau gak?!" Ungkap Nala.
"Oke, sorry." Leka langsung memindahkan tatapan matanya ke arah bor di depan. "Lo gak lupa kan? Sama hutang lo tadi pagi?" Tanya Leka tanpa melihat ke arah Nala.
Nala mendelikkan mata, "iya, gue inget, lo mau apa emang?" Tanya balik Nala yang masih sibuk mencatat.
"Gue mintanya nanti."
"Terserah."
Usai jam pelajaran pertama, kelas ipa 6 ini mulai rusuh, semua anak perempuan pergi ke toilet untuk berganti pakaian, lalu anak laki-laki juga sibuk berganti pakaian, sebagian di toilet, sebagian lagi ganti didalam kelas.
"Ada yang punya peniti gak? Celana OR gue merosot terus, kayaknya gue salah ukuran," ucap salah satu siswa dikelas.
Nala membuka tas nya, lalu mengambil dua peniti dari dalam dompet. "Gue ada, nih," mengulurkan telapak tangannya yang diletaki peniti.
Perempuan itu mendatangi Nala dan mengambil peniti darinya. Perempuan itu tersenyum, "Makasih banyak," ucapnya. "Nama lo Nala kan?" Tanya nya.
Nala menggangguk dan balas tersenyum. "Kalo nama lo? Ah gue jelek banget kalo soal inget-inget nama," jelas Nala.
"Gue Ralin," jawabnya.
"Ahh oke, mulai sekarang gue pasti inget nama lo," ujar Nala.
"Santai aja," balas Ralin.
Selesai ketua kelas memastikan semua orang sudah berganti pakaian, seluruh siswa kelas akhirnya berkumpul di lapangan, lalu melakukan peregangan setelah guru olahraga datang.
"Setelah peregangan selesai, sebelum masuk ke bab awal, kita tes kebugaran terlebih dahulu yaitu tes lari 12 menit, tes ini dilakukan pada awal semester satu dan awal semester dua, laki-laki minimal 9-10 putaran sementara perempuan 6-7 putaran," jelas pak Bambang, guru olahraga.
"Kita mulai dari absen 1 sampai 15, lalu dari 16 sampai 30 bantu menghitung temannya. absen 16 menghitung absen 1, absen 17 menghitung absen 2 dan seterusnya. Siap?!" Tanya pak Bambang pada seluruh siswa kelas ipa 2.
KAMU SEDANG MEMBACA
Do you think i have forgotten?
Teen FictionSetelah 7 tahun berpisah. Leka secara tidak sengaja bertemu dengan Nala, cinta pertama sekaligus orang yang membuat luka di hatinya. "2017, SMA Mandala!" Leka berteriak, membuat perempuan itu berhenti berjalan. PUBLISH SETIAP HARI SABTU