Nala menggaruk pelipisnya, dia terlihat sedang memikirkan sesuatu. Ekspresi wajahnya tidak menunjukan rasa senang, dia memperlihatkan banyak keraguan.
Gadis ini melihat sekeliling, tidak sadar bahwa hanya ada dirinya di dalam kelas, kemana semua orang?
Dalam waktu yang sama, seseorang masuk ke dalam kelas, membuat Nala mau tidak mau harus bertanya. Siapa itu? Ah ternyata Gema.
"Gema!" Panggil Nala, "yang lain pada kemana?" Tanya nya.
"Semua nonton pertandingan basket di lapang, tapi kalo yang lo cari Leka, dia di lapang indoor, lagi main voli sama anak bahasa," jelas Gema yang sedang membawa botol minum dari dalam tas nya. "Kalo mau liat, ayo bareng gue," ajak nya.
"Oh, nggak."
"Judes mulu," bisik Gema sambil berjalan keluar. Entah sengaja atau tidak, tentu saja Nala mendengar bisikan yang tidak berbisik itu.
"Gema!"
"Hah? Gue gak bilang apa-apa La, serius!" Gema terkejut sampai membuat jawaban yang tidak Nala tanyakan.
"Yang nonton banyakan?"
Gema mengelus dada dengan pelan, tiba-tiba merasa lega. "Ohh, lumayan, cewek ada tapi kebanyakan cowok," jelasnya. "Kalo mau liat yang rame banget liat nya basket."
"Gue ikut."
xxxx
Benar, lapang indoor juga tidak kalah ramai, walaupun jika dibandingkan basket masih sedikit jauh, setidaknya ada yang nonton.
Seperti yang pernah Nala lihat, Leka sedang bermain dengan serius, dia tidak pernah terlihat bercanda sesaat setelah peluit dibunyikan, baik itu latihan maupun tanding unformal seperti sekarang.
Harusnya anak-anak yang liat basket liat voli juga, toh paras anak-anak voli juga tidak kalah menawannya. Apalagi Leka, mereka harusnya tau betapa sexy nya Leka ketika bermain, bonusnya ketika pakaian anak-anak voli yang basah dan memperlihatkan kelekatan otot tangan mereka.
"Nggak-nggak." Nala menggelengkan kepalanya cepat lalu menampar kedua pipinya, menyadarkan diri secara mandiri. "Sadar Nala, lo harus bikin Leka muak liat lo," lanjutnya. Dia beranjak dari duduk nya berniat keluar dari lapangan.
"Nala!!"
Suara itu membuat kaki Nala ngerem secara mendadak. Gadis itu menutupi wajah dengan rambutnya dan berjalan membungkuk diam-diam.
"Ngapain?"
Nala yang awalnya membungkuk, berdehem sambil membenarkan lagi posisi badannya jadi berdiri normal. Leka berhasil memanfaatkan kaki panjang nya untuk berlari mengejar Nala.
"Gue? Itu, tadi ada yang jatoh," jawab Nala, beralasan.
"Mau kemana?"
"Gue gak ada niatan kesini, cuma di ajakin Gema tadi, liat bentar doang, kenapa emangnya?" Tanya balik Nala ketus, gadis ini tidak pernah lupa meninggalkan wajah juteknya.
"Yang gue tanyain, lo mau kemana?"
"Mau ... gue mau ke sana." Tunjuk Nala asal, sejujurnya Nala tidak ada tujuan mau kemana.
"Mau kemana? Gue udah nanyain mau kemana tiga kali loh, La."
"Ke- ke kantin."
"Gue anterin." Leka menawarkan diri tanpa dipinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Do you think i have forgotten?
Teen FictionSetelah 7 tahun berpisah. Leka secara tidak sengaja bertemu dengan Nala, cinta pertama sekaligus orang yang membuat luka di hatinya. "2017, SMA Mandala!" Leka berteriak, membuat perempuan itu berhenti berjalan. PUBLISH SETIAP HARI SABTU