13. DYTIHF🌷

4 1 0
                                    

Rasanya sangat tidak bertenaga, Nala malah membungkus bakmie yang tadi hanya dimakan satu suap oleh Leka. Katanya biar gak mubazir, gak salah sih, tapi gimana ya bilang nya.

Leka gengsi sebenarnya, namun dia tutupi dengan wajah dongonya. Apa ya yang dipikirkan Nala? Setelah melihatnya berlari dengan mulut yang penuh dengan susu dan muntahan.

"La, gue sebenernya gak suka—"

"Lo mau tau gak?" Tanya Nala, menghentikan ucapan Leka dengan sengaja.

"Apa?"

"Gue suka banget sama makanan pedes, gue pengen punya orang yang bisa diajak makan pedes kapan aja. Gue juga suka banget sama susu murni. Lo suka kan?" Nala tiba-tiba berbagi informasi mengenai apa yang dia suka. Niatnya ingin menyalakan api masalah.

"Mm," jawab Leka bergumam sambil melayangkan senyuman.

Nala menelan ludah, pura-pura menggaruk dahi untuk menutupi ekspresi kecewanya. Harusnya gak gini. Kenapa laki-laki itu tidak marah? Atau setidaknya kesal walaupun sedikit.

Nala kalau ada di posisi Leka, pasti sudah mencak-mencak penuh emosi.

"Sorry gue ninggalin lo dikantin," ucap Leka, tidak mau Nala marah.

"Hm, iya." Nala masih menahan ekspresinya.

Normalnya Nala yang meminta maaf. Memang pasangan ini sangat-sangat tidak normal.

Nala menghela napas sambil menancapkan sedotan pada kotak susu.

"Anak kita apa kabar?"

Brengsek. Nala hampir tersedak setelah menyedot susu pisang yang Leka kasih tadi pagi. Bisa-bisanya bahas anak.

"Anak?!" Seru Nala sambil memukul kecil dadanya.

"Gak papa?" Khawatir melihat Nala yang hampir tersedak.

Gema dan Hanif yang baru saja datang langsung senyap terdiam dan hanya bisa berkedip. Netra mereka bergerak bersamaan ke tempat yang sama, melihat perut Nala.

Nala menggeleng keras. "Gak gitu!" Seru Nala sambil berdiri memegangi perutnya.

Nala menunduk sambil tersenyum kaku, setelah beberapa orang menengok ke arahnya. Lupa kalau sekarang mereka sedang ada di dalam perpus. Leka kurang ajar!

"Hah kepala gue," ujar Nala sambil memegangi kepalanya, pusing bin puyeng, tidak bisa berkata-kata lagi.

xxxx

"Bisa gak? Kalo ngomong tuh di pikir dulu?"

Nala murka, terus menggerutu sepanjang lorong. Bagaimana kalau ada guru yang salah paham? Bagaimana nasib Nala jika tiba-tiba dipanggil pak Bayu?

"Iya maaf." Leka hanya bisa menjawab intonasi lirih. Menyesal.

"Bukan maaf-maaf aja! Tapi dengerin!" Cercah Nala.

"Iya, di dengerin."

"Mereka mana tau kalo yang lo bahas itu kucing!"

Salah Leka. Yang di cari kucing kenapa yang ditanyain anak? Sehari gak bikin emosi berdosa banget kayaknya.

"Iya gue salah."

"Diem! Jangan jawab terus!"

Leka langsung merapatkan bibirnya.

"Pilih kata-kata yang gak bikin salah paham, ngerti gak?"

Leka diam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 15 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Do you think i have forgotten?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang