Episode 22

368 43 2
                                    

FAHIM POINT OF VIEW

Aku diantar pulang sama Mas Mirza, walaupun Mas Mirza sempat nggak bolehin aku buat pulang tapi aku harus pulang karena besok aku udah mau pindah. Lagipula barangku juga banyak jadi nggak mungkin semalam aja beresinya.

Dio masih tertidur, kalau dia tidur sore kayak gini pasti nanti malam bangun. Alhasil aku nggak bakal tidur buat nemenin Dio yang udah bangun. Aku tidurkan Dio di kamar lebih dulu lalu aku tinggalkan buat mengemasi barangku.

Waktu buka lemari, rasanya berat buat aku ambil baju. Semua kenangan aku sama Mas Anton tiba-tiba muncul begitu saja, saat pertama kali kami nikah bahkan bayang-bayang Mas Anton sewaktu ambil baju berantakan terbesit dalam otaku.

Aku menghela nafasku, aku harus bisa hadapi semua masalah ini. Kubayangkan sewaktu Mas Anton bersama Mas Rama membuatku segera mengambil baju lalu menatanya dalam koper.

“Him, kamu mau kemana?”

Aku mendengar suara sewaktu menata baju, waktu kulihat ternyata Mas Anton yang sudah berdiri di depan pintu sambil membawa jasnya. Mas Anton berjalan menghampiriku, memandangiku tanpa arti sama sekali.

“Aku udah nemu apartemen buat aku tinggali, besok aku pindah.” Balasku lalu kembali menata baju, menghiraukan Mas Anton yang berdiri di sampingku.

Tiba-tiba saja Mas Anton menarik tanganku, membuatku berdiri dan menghadapnya. Mas Anton menggelengkan kepalanya padaku. “Kamu nggak boleh pergi Him.”

“Aku harus pergi Mas.”

“NGGAK!” kembali Mas Anton menggelengkan kepalanya, samar-samar aku lihat kedua mata Mas Anton berkaca-kaca. Tiba-tiba saja Mas Anton menjatuhkan dahinya di bahuku, tanganya memeluk tubuhku.

Tentu aku terkejut dengan tindakan Mas Anton yang tiba-tiba saja seperti itu. Aku masih kecewa denganya tetapi untuk sekarang aku nggak bisa ngelepasin Mas Anton dariku.

“Aku bingung Him.” Ujar Mas Anton.

Tanganku bergerak mulai menyentuh punggung Mas Anton. Perlahan aku mengelusnya. “Semua ada di keputusanmu Mas, kamu yang mulai lebih dulu kamu juga yang harus selesaikan semuanya.”

Mas Anton menarik wajahnya, kini aku lihat Mas Anton seperti baru saja menangis. Tanganku bergerak buat mengusap pipinya. “Aku yakin yang kamu pilih itu pasti terbaik buat kamu. Aku cuman butuh istirahat sebentar.”

Setelah aku mengatakan itu jantungku berdetak lebih cepat. Aku tarik lagi tanganku, lalu kembali mengambil baju untuk aku kemasi. Selesai mengemasi aku taruh di pinggir pintu, kulihat Mas Anton masih duduk di ranjang memandangiku.

Perlahan aku keluar kamar kembali ke kamarnya Dio. Aku nggak bisa berbuat apa-apa, aku butuh menyembuhkan dari luka yang masih baru ini. Termasuk melupakan semua kenangan yang pernah ada.

Pagi sekitar pukul tujuh aku sudah menyiapkan sarapan. Bersyukur tadi malam Dio nggak bangun, tumben sekali Dio bisa nyenyak dan tidur lama walaupun tadi malam sempat minta buang air kecil tapi akhirnya kembali tidur.

Dio sudah di kursi sambil nonton film kartun di ipadnya. Tangan satunya memegang roti sedangkan tangan satunya memegang robot spiderman. Dio bangun bersamaku makanya dia sekarang juga ikut di dapur.

Baru selesai menghidangkan makanan, Mas Anton datang ke meja makan. Mas Anton menatapku entah apa artinya, tetapi aku ngerasa berbeda dari sebelumnya. Lalu mencium Dio yang masih setia dengan ipadnya.

Aku segera beranjak pergi sewaktu Mas Anton akan sarapan, alasanku pergi adalah aku ingin melupakan kenangan pagi yang biasa kami lakukan bersama. Aku nggak mau terjebak dalam kebiasaan itu.

Aku ambil kesempatan buat bersiap-siap pindah. Aku bawa koper sampai depan hingga semua barangku sudah di tempat. Dio berlari ke arahku yang baru selesai dengan kotak barang terakhir. “Baba mau kemana?” tanya Dio melihat barang-barang disampingku.

Aku jajarkan tubuhku dengan Dio. “Kemarin Dio kan udah Baba ajak ke apartemen. Baba mau pindah ke sana.”

“Jadi kita pindah ya Ba?” tanya Dio lagi.

Aku menganggukan kepala. “Tapi nanti Papa masih di rumah ini, Dio boleh mau tidur sama Papa di sini atau mau sama Baba.”

“Dio mau tidur sama Baba.” Dio langsung memeluku. Aku peluk Dio sambil aku cium rambutnya.

Aku lihat Mas Anton berjalan menghampiriku dan Dio. “Biar aku antar” ucapnya.

Aku mengangguk sebagai jawabanya, sekarang aku bersiap mandi tapi aku selesaikan tugas dapurku lebih dulu. Setelah itu aku pergi ke kamar untuk mandi dan ganti baju. Baru aku keluar kamar mandi dengan handuk masih di pinggang, tiba-tiba pintu kamarku terbuka, sempat aku terkejut tetapi ternyata hanya Mas Anton.

“Eee.. kamu udah bilang sama Dio?” tanya Mas Anton.

“Udah” jwabku dengan senyuman.

“Terus?”

“Dio sementara waktu ikut aku dulu, tapi kalau kamu mau sama Dio bisa kamu ambil” balasku. Mas Anton mengangguk sebagai jawabanya, aku pikir Mas Anton akan keluar setelah tanya Dio tetapi dia malah duduk di ranjang kasur. “Mas?” panggilanku membuat Mas Anton menatapku seketika.

“Bisa keluar sebentar nggak. Aku mau ganti baju dulu.”

Sempat Mas Anton memicingkan matanya, untuk kali ini aku minta Mas Anton keluar cuman aku mau ganti baju. Mungkin bagi Mas Anton juga terasa aneh. “Emm.. oke.”

Perlahan Mas Anton berjalan keluar kamar tapi sesekali Mas Anton melihat kebelakang. Masih aku tunggu dia keluar hingga benar-benar menutup pintu. Setelah tertutup aku segera ganti baju, baru memakai celana dalam pintu kembali dibuka.

Mendadak aku ambil handuk buat menutupi badanku. “Maaf, ponsel aku ketinggalan.” Ujar Mas Anton lalu mengambil ponselnya yang kulihat di atas kasur.

Tapi karena aku terus ngelihat Mas Anton, dia sesekali ngelihat aku. Kemudian Mas Anton berbalik arah dan kembali menghadapku. “Ada yang ketinggalan lagi?” tanyaku.

Mas Anton menggelengkan kepala. “Aku tunggu di bawah.”

Aku mengangguk sebagai jawabanya, kembali pintu tertutup tetapi mendadak dibuka lagi. Sumpah rasanya aku kesal sama Mas Anton. “Baju Dio jangan di bawa semua.”

Aku kembali mengangguk menahan kesalku dengan Mas Anton. Terpaksa tersenyum di depan dia barulah saat pintu kembali tutup aku menampilkan wajah kesalku. Kalau nggak diganggu Mas Anton aku udah selesai ganti baju sejak tadi.

---

Menetap Diantara Cinta Mereka [Season 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang