Episode 5

745 41 1
                                    

FAHIM POINT OF VIEW

Malam ini rumah terasa ramai, walaupun biasanya ramai juga tapi kali ini lebih. Mungkin karena kedatangan Mas Rama jadi terkadang kami tertawa bersama saat menonton tv atau ngusilin Dio. Bahkan Dio sekarang lebih dekat dengan Mas Rama ketimbang waktu pertama kali bertemu.

Seperti sekarang ini, Dio lagi mengajak Mas Rama bermain pistol-pistolan padahal hari udah malam. Sejenak aku melihat jam dinding dan sudah pukul sembilan malam. Waktunya Dio untuk tidur, mengingat sudah larut malam aku segera mencoba menghentikan Dio supaya tidak main lagi.

“Dio belum ngantuk? Udah jam sembilan malam loh?” tanyaku ke Dio.

Tapi Dio sama sekali tidak membalasku, malahan mengambil robot dan memberikannya ke Mas Anton. “Mainnya udah, lanjutin besok aja ya?” ucap Mas Anton yang mencoba membantuku.

Setelah mendapat teguran dari kedua orang tuanya. Kini Dio mulai murung, dirinya duduk di depan meja sambil memainkan robotnya sendiri dengan lesu. Aku biarin dulu emang kalau Dio belum mau tidur bakal seperti itu tapi nggak lama pasti ketiduran.

“Dio tidur dulu ya? Kasihan Baba udah nungguin Dio.” Kini Mas Rama mulai beraksi membantuku, aku kira pria berotot sepertinya akan terlihat garang tetapi malahan Mas Rama begitu lembut ketika berbicara.

Dio menoleh ke arahku masih dengan ekspresi wajahnya yang murung. Tiba-tiba saja perlahan Dio menghampiriku, menaiki badanku yang sedang duduk dan langsung memeluk leherku sambil menidurkan kepalanya di dadaku.

Kucium rambutnya Dio dan benar saja sekarang Dia sudah menguap. Aku izin ke Mas Anton sama Mas Rama buat ke kamar duluan karena harus menidurkan Dio. “Mas, aku nemenin Dio tidur dulu ya.” Izinku.

“ Iya, kamu tidur juga sekalian kelihatan capek banget.” Balas Mas Anton.

“Nanti habis beresin mainannya Dio, aku kesini lagi kok buat beresin ini.” Tunjukku ke meja yang tadi buat main Dio.

“Biar aku aja yang beresin, kamu istirahat aja Him.” Mas Rama mencoba membantuku dengan membereskan mainannya Dio, malahan aku nggak enak hati karena dia juga tamu yang baru datang udah bantuin beresin rumah.

“Nggak apa-apa Mas, nanti biar aku aja.” Aku terus mencoba menyuruh Mas Rama supaya tidak membereskan tetapi dia tetap melakukannya.

“Nggak apa-apa Him, aku kan numpang disini jadi bantuin kamu juga.” Balasan Mas Rama masih membuatku nggak nyaman, aku lihat Mas Anton niatnya mau minta bantuan tapi malahan dia mengisyaratkanku buat bawa Dio ke kamar.

Selesai disuruh Mas Anton, akhirnya aku tinggalin aja mereka, kini aku menidurkan Dio di kamarnya. Aku berbaring di samping Dio, tangan Dio masih memelukku sehingga aku harus tetap berada di kamar Dio sebentar menunggu Dio tidur nyenyak.

Setelah aku rasa bisa di tinggalkan, perlahan aku melepaskan tangan Dio dari leherku. Sedikit ada gerakan darinya, tetapi tidak lama kemudian Dio kembali tidur. Aku benarkan selimutnya hingga menutupi tubuh kecil Dio.

Kutinggalkan Dio yang tidur sendirian, entah rasanya hari ini berat sekali pisah dengan Dio walaupun tadi sempat jengkel ketika diajak tidur. Pengen tidur sama Dio tapi kadang juga Dio sering ke kamarku kalau bangun tengah malam.

Aku kembali ke ruang tengah dan semua mainan Dio sudah dibersihkan sama Mas Rama. “Jadi ngerepotin kan Mas,” ujarku lalu membantu menata mainan.

Mas Rama kembali ke sofa, dia duduk samping Mas Anton dan sesekali mereka mengobrol. “Kalau di rumah sini jangan heran berantakan, maklum Mas ada anak kecil.” Ucapku.

“Aku senang malahan kalau ada anak kecil.”

Aku terkekeh mendengarnya, setelah selesai menata aku kembali duduk buat istirahat sebentar. Aku sandarkan kepalaku di bahunya Mas Anton sambil melihat ke tv. “Udah ngantuk?” tanya Mas Anton padaku.

“Belum,” balasku. “Aku rasanya pengen nemenin Dio tidur, lihat dia tidur itu jadi keinget tadi waktu jengkel.” Jelasku memberitahu Mas Anton.

“Dio bawa ke kamar kita aja kalau pengen tidur sama Dio.” Suruh Mas Anton.

“Capek bawa Dio, udah berat sekarang.” Keluhku.

Tangan Mas Anton memainkan tanganku. “Tadi mau dibawa aku nggak mau.”

“Emang Mas nawarin?”

Mas Anton berlagak sombong di depanku, padahal ekspresi wajahnya enggak banget kalau dilihat lama-lama tapi aku tetep aja ketawa. Lagi lihat Mas Anton memperlihatkan wajah jeleknya, tiba-tiba saja Mas Rama berdiri.

“Aku izin tidur dulu ya, udah ngantuk besok juga udah mulai kerja.” Mas Rama meregangkang ototnya sambil menguap.

“Iya Mas silahkan.” Balasku.

Mas Rama akhirnya berjalan menjauhi aku dan Mas Anton, samar-samar Mas Rama masih meregangkan ototnya sambil jalan menuju kamar. Aku yang lihat agak lumayan heran dengan bentuk tubuhnya.

“Mas?” panggilku ke Mas Anton.

“Apa?”

“Mas Rama tubuhnya bagus ya, aku jadi iri sama Mas Rama apalagi dadanya bisa montok gitu.” Ujarku menceritakan keirianku kepada Mas Anton.

“Dia kan latihan terus, pergi ke gym, olahraga rutin ya badanya bagus.” Jawab Mas Anton.

“Kalau aku ngegym kira-kira jadi kayak Mas Rama nggak ya?” tanyaku sendiri membayangkan aku mempunyai tubuh seperti Mas Rama walaupun terbilang nggak mungkin.

“Kamu mau ngegym?” Mas Anton tiba-tiba saja seperti terkejut setelah aku baru saja bilang ngegym. Aku menganggukan kepala, padahal nggak seutuhnya pengen ngegym. “Enggak boleh!”

“Kenapa? Kan olahraga baik buat kesehatan.” Balasku. “Itu di tempat gym kamu waktu dulu aku nemenin kan deket.”

“Nggak, gym banyak cowoknya gitu!”

“Aku kan juga cowok Mas, aneh kamu.” Heran sama Mas Anton namanya tempat gym ya rata-rata cowok yang dateng.

“Bukan gitu, kalau kamu ngegym disana nanti diculik sama cowok yang ada aku sama Dio nangis ditinggal kamu.” Kirain gimana ternyata gitu aja.

“Aku nggak lemah banget ya, bisa tau ngadepin cowok-cowok sana.”

Mau tau reaksi Mas Anton gimana? Dia lagi niruin aku bicara tapi bibirnya di buat-buat. Aku yang gemas langsung pegang mulutnya. “Lihat yang ganteng dikit aja langsung mleyot.” Sindirnya.

“Kan yang paling ganteng kamu.”

---

Menetap Diantara Cinta Mereka [Season 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang