Episode 11

591 47 0
                                    

ANTON POINT OF VIEW

Gue nggak ngira kalau Fahim bohongin gue sendiri. Bahkan Dio udah segitu akrabnya sama orang lain yang jelas-jelas nggak ada hubungan keluarga. Gue sebagai suami rasanya nggak dihargai sama Fahim, dia nggak pernah bilang apa-apa ke gue kalau mau ngelakuin sesuatu.

Setelah gue marahin Fahim, dia masuk ke kamarnya Dio dan nggak keluar lagi mungkin dia sengaja tidur disana buat ngehindar dari gue. Sekarang di kamar gue berbaring sendiri, rasanya aneh nggak ada Fahim waktu gue tidur.

Bahkan gue aja nggak bisa tidur, keinget sama marahnya gue ke Fahim. Jelaslah marah, secara Mirza itu mantanya Fahim walaupun udah lama putus tapi bisa jadi kalau mereka balikan. Masa bodoh sama masalah itu gue capek ngurusinya.

Malam itu gue butuh temen, akhirnya gue ke kamarnya Rama, tapi dia nggak ada di dalam. Alhasil gue cari Rama sampai ternyata dia lagi di dapur ambil minum. Langsung aja gue peluk dia, gue deketin wajah gue dilehernya. “Kenapa?” tanya dia.

“Nggak tau, hari ini bikin emosi aja.” Balas gue.

“Soal cowok yang kesini itu?” gue mengangguk sebagai jawabanya.

Setelah itu Rama berbalik badan menghadap ke gue. Sekarang dia sandaran di wastafel. “Emang kenapa kalau Fahim sama cowok itu?”

“Ya nanti gue ditinggalin dong.” Balas gue.

Ekspresi wajah Rama malahan tenang aja, gue cium bentar bibirnya dan dia sama sekali nggak ngelawan. “Padahal kalau Fahim sama cowok itu kan kita jadi bisa bebas Mas buat ngapain aja.”

“Nggak gitu konsepnya.”

Gue sekarang malah semakin terbebani, gue ambil kursi terus duduk. Tangan gue menopang kepala kemudian menatap Rama sekilas. “Nggak gitu gimana Mas? Kita aja udah main dibelakang Fahim. Harusnya kamu bisa relain dia dong kalau sama cowok lain.”

Sumpah gue nggak berpikir sejauh itu, tapi kenapa kali ini Rama ada benarnya juga. “Gue capek, mau istirahat.” Final gue yang terlalu pusing mikirin semua masalah ini.

Namun, tangan Rama ngecegah gue. “Mas, kamu cinta nggak sih sama aku sebenarnya?” tanya Rama ke gue.

Gue tatap Rama yang juga ngerasain hal sama kayak gue yaitu marah. “Iya gue cinta sama lo.”

“Kalau cinta kenapa kita harus sembunyi terus Mas? Aku pengen jadi kayak Fahim bisa bebas sama kamu.” Telunjuk Rama menekan dada gue.

Gue paham sama yang dibicarakan Rama tapi gue nggak bisa menyanggupinya. Gue udah punya Fahim yang jelas-jelas keluarga gue udah tau. Udah jelas di surat nikah kalau gue suaminya Fahim. “Sorry nggak bisa Ram, gue nggak bisa bicara kalau lo itu selingkuhan gue didepan orang-orang yang jelas mereka tau gue suaminya Fahim.”

Rama menghela nafas lalu bersandar di dinding sambil lihatin gue. “Padahal kamu yang bilang cinta sama aku, kita sering liburan sama-sama, aku ngasih semuanya ke kamu tapi kamu cuman bilang gitu aja nggak bisa.”

Kepala gue semakin panas, padahal tadi gue nyari Rama buat ngelepasin penat gue tapi malahan nambahin. “Gue mau tidur Ram.”

Gue berlalu dari hadapan Rama menuju kamar gue lagi, gue ambil selimut terus berbaring di atas ranjang sendiri. Namun, tiba-tiba aja ada orang yang langsung narik gue dan cium bibir gue. Waktu gue lihat ternyata itu Rama, dia masuk ke kamar gue dan Fahim.

Gue dorong dia yang baru cium bibir gue. “Lo apa-apaan masuk kesini?”

“Aku mau tau gimana perasaan cinta kamu ke aku.” Katanya sambil kami saling memandangi satu sama lain.

Waktu kami hendak ciuman, pintu kamar seperti baru terbuka. Alhasil gue sama Rama ngelihat ke samping. Buru-buru gue dorong Rama sampai dia ngejauh dari gue, dengan cepat gue berjalan ke arah pintu dimana Fahim yang ngelihat gue barusan.

“Aku bisa jelasin dulu.” Tatapan Fahim begitu berbeda sekarang. Gue pegang tangan dia tapi langsung Fahim tepis gitu aja.

Dia balik berjalan menuju kamarnya Dio, gue ngikutin Fahim sampai di depan kamarnya Dio gue hendak memaksa Fahim buat dengerin gue. “Tolong dengerin aku dulu, aku tadi nggak tau kalau Rama ke kamar kita.”

“Dio lagi tidur Mas, aku juga ngantuk. Maaf udah ganggu kamu.”

Gue hendak ngelawan tapi entah kenapa gue nggak bisa. Pintu kamar udah ditutup sama Fahim dari dalam, sial emang gue nggak tau kalau Fahim belum tidur. Akhirnya gue balik ke kamar dan Rama lagi duduk di tepi ranjang.

Gue duduk samping dia dan kami sama-sama nggak bicara karena gue capek banget, gue mutusin buat tidur. Hari ini kenapa semakin suram dengan ketahuanya gue sama Rama dihadapan Fahim sendiri.

“Mas aku minta maaf soal yang barusan.” Ucap Rama tapi nggak gue bales. “Aku nggak tau kalau Fahim lihat tadi.”

Lama nggak gue balas, sekarang gue bisa ngebuka mulut gue. “Udah terlanjur Fahim tau hubungan kita.”

Gue dengar pintu kamar tertutup, mungkin Rama udah keluar dari kamar gue. Disini sekarang pikiran gue berkecamuk, gue bingung nanti jelasinnya ke Fahim gimana. Kedepanya gue bakal gimana entah nggak tau. Gue nggak ada niatan ngelepas Fahim, gue nggak pernah ada niatan itu tapi gue sendiri juga belum bisa ngelepas Rama.

“Aaaargggg!” malam gini gue teriak dikamar saking pusingnya gue mikirin. Samar-samar gue mulai terisak entah kenapa gue bisa begitu tapi rasanya nggak enak banget. Gue udah nyakitin Fahim, sungguh gue perlu Fahim buat sekarang tapi gue sadar kalau gue sendiri masih belum diterima sama dia.

---

Menetap Diantara Cinta Mereka [Season 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang