11. Tidak Wajar

375 38 2
                                    

Duaaaakk

"Apa yang kau lakukan?!"

Naruto meringis kesakitan sambil menyentuh bokongnya yang menatap di lantai, Naruto mendongak menatap ke atas kasur. Terlihat Sasuke yang menunjukkan wajah garang, tatapan tajam dengan sharingan aktif.

Sasuke baru saja menendangnya dengan keras dari kasur sehingga Naruto terjatuh di lantai, Sasuke menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.

"Sa..suke... tenanglah..." celetuk Naruto takut-takut menatap mata Sasuke.

"Apa yang kau lakukan, hah?!"

Naruto menunduk. "Aku hanya membantumu merasa hangat."

"Tidak usah mengelak! Kau melakukannya lebih dari itu," desis Sasuke penuh amarah.

"Kau juga tidak menolak, kan?"

"Semalam aku tidak sadar karena kedinginan dan kau mengambil kesempatan pada orang yang tidak sadar."

"Bagaimana lagi, rasanya manis."

"Apa?!"

Naruto mendongak, entah kenapa Naruto terkekeh saat melihat Sasuke yang semakin emosi. Padahal semalam Sasuke membalasnya, namun kini ia malah marah padanya.

Naruto berdiri, menyentuh kening Sasuke, melihat itu sontak Sasuke menepisnya dengan kasar. Tapi entah kenapa itu tak berpengaruh pada Naruto, Naruto memilih pergi keluar kamar sambil membawa mangkok bubur diatas meja.

"Ini masih bagus..."

Sementara itu, Sasuke langsung turun dari kasur dan pergi ke kamar mandi. Sasuke melangkah dengan gontai, deru nafasnya tak beraturan, namun Sasuke tetap memaksa untuk membersihkan dirinya.

Saat sementara membersihkan diri, bayangan tentang ciumannya dengan Naruto muncul, ini membuat wajah Sasuke memerah, tidak tipis, tapi terlihat sangat jelas.

Sasuke menggelengkan kepalanya, ini tidak wajar. Sasuke itu masih normal, hal seperti itu tidak akan mempengaruhinya. Tapi tiba-tiba Sasuke berhenti bergerak, selama ini Sasuke belum pernah menyukai seorang gadis.

Bagaimana bisa Sasuke yakin jika dirinya seorang pria yang normal sementara selama ini ia tak pernah menyukai siapapun, bahkan Sakura. Sasuke menggelengkan kepalanya, itu tidak mungkin.

Setelah membersihkan diri, Sasuke keluar dari kamar dan pergi menuju dapur. Disana terlihat Naruto yang sedang mempersiapkan makanan, Sasuke tak yakin jika Naruto bisa memasak.

"Apa yang kau lakukan disini? Kembalilah ke kamar mu," tukas Naruto tanpa menoleh.

"Memangnya kau siapa? Menyingkir dari sana, aku tidak ingin kau menghancurkan dapur."

Naruto mendengus. "Aku hanya memanaskan bubur."

"Bubur?"

Sasuke terkejut saat melihat satu mangkok bubur besar yang ada di tangan Naruto, ada sesuatu yang aneh dalam hatinya yang terasa tak wajar. Sasuke berjalan melewati Naruto.

"Kau mau apa?"

"Memasak."

Naruto menatap tajam. "Kau masih sakit."

"Aku bukan pria lemah," desis Sasuke.

Dengan gerakan kasar Naruto menarik bahu Sasuke dari belakang membuat tubuh Sasuke terhuyung dan hampir saja terjatuh namun Naruto menahannya dengan baik.

Deg

Jantung Sasuke berdebar, begitupun juga dengan Naruto. Mereka berdua saling menatap lama dan itu semakin tak wajar. Sasuke yang mencoba menepis pikiran anehnya, sementara Naruto yang masih belum paham namun mengikuti kata hatinya.

"Ini yang kau bilang kuat?"

"Tch."

"Jangan keras kepala, Sasuke."

"Kau yang keras kepala, dobe."

"Kembali ke kamarmu."

Sasuke terkekeh sinis. "Tidak, jangan mengaturku."

"Kalau begitu aku tidak punya pilihan lain."

Sasuke menaikkan sebelah alisnya hingga ia merasakan tarikan pada kerah belakang jubahnya, Sasuke terkejut Naruto menariknya masuk ke dalam kamar. Dan saat sudah dalam kamar, Naruto mendorong Sasuke untuk duduk di tepi kasur.

"Makan."

"Sialan kau, dobe," desis Sasuke.

"Atau mau ku suapi?"

Mata Sasuke melebar, Naruto semakin lancang padanya. Dengan terpaksa Sasuke menyuap bubur ke dalam mulutnya, rasanya tidak buruk, tapi ia tak suka dengan tingkah Naruto sekarang.

"Aku akan pergi menggantikan mu hari ini."

"Apa? Tidak, aku menolak."

Naruto mendengus. "Aku yang mengambil keputusan, teme!"

"Kau akan mengacaukan misi, jangan berbuat semua mu," tukas Sasuke.

"Tidak akan, aku janji tidak akan mengacaukan apapun."

Sasuke menatap wajah Naruto yang sedang tersenyum kearahnya, sangat manis, entah kenapa Sasuke terpesona dengan itu. Padahal bisanya tidak seperti ini, ini sangatlah aneh dan tak wajar.

Sasuke memalingkan wajahnya saat pipinya terasa panas, Sasuke yakin jika saat ini wajahnya memerah. Ini bukan dirinya, Sasuke mengumpat dalam hati, bagaimana bisa ia seperti ini.

"Sasuke, kau kenapa? Wajah mu memerah? Sepertinya kau semakin demam," Naruto menyentuh kening Sasuke.

Sasuke menepis tangan Naruto. "Enyahlah, usuratonkachi."

"Jangan keras kepala, Sasuke, kau demam!"

Sasuke terdiam mendengar bentakan Naruto, Sasuke merasa aneh dengan ini. Sasuke menyentuh dadanya, ia tak tahan dengan perasaan aneh ini. Naruto berjalan keluar dari kamar selama beberapa menit hingga ia kembali membawa baskom kecil.

"Berbaringlah," titah Naruto melihat bubur Sasuke yang sudah habis.

Sasuke tak bergeming, ia tak ingin dianggap lemah dan ingin melanjutkan misinya. Namun Naruto lebih keras kepala dan mengatur-atur diri seperti sekarang ini.

Sasuke tersentak saat Naruto tiba-tiba mendorongnya untuk berbaring, jantung Sasuke berdebar dan ia juga bisa merasakan debaran jantung Naruto karena tak ada jarak diantara mereka.

"Ini terasa menyenangkan," gumam Naruto. "Tetaplah diam seperti ini agar lebih mudah."

Naruto mendudukkan dirinya, Naruto mengambil kain lalu mencelupkannya ke dalam baskom kecil yang berisi air hangat, memeras kain itu lalu menempelkannya pada kening Sasuke.

Naruto melakukan hal itu secara berulang-ulang hingga Sasuke memejamkan matanya, dengkuran kecil terdengar dari bibir Sasuke, membuat Naruto menghentikan aktivitasnya dengan meletakkan kain itu pada kening Sasuke.

Naruto memilih memakai jubah samaran yang selalu Sasuke kenakan lalu ia pergi menjalankan misi menggantikan Sasuke, Naruto pergi selama seharian penuh, memeriksa banyak hal di kantor pemimpin.

Naruto juga berusaha tidak merusak misi untuk menepati janjinya pada Sasuke dan Naruto benar-benar melakukannya, Naruto melangkah pulang ke rumah nenek Una dengan senyum lebar.

Saat tiba di rumah, Naruto langsung masuk ke dalam kamar dan memeriksa kondisi Sasuke. Naruto mengambil kain dari kening Sasuke lalu menempelkan punggung tangannya pada kening Sasuke.

"Sudah tidak terlalu panas, ini lebih baik."

Saat tangan Naruto masih berada di kening Sasuke, tiba-tiba saja tangan Sasuke menarik tangan Naruto. Mata Sasuke terbuka dengan pandangan sayu, mereka saling bertatapan.

"Ini tidak wajar untuk perhatian seperti ini, apa kau tidak normal?"

.

.

.

Bersambung...

.

Jangan lupa tinggalkan jejak, komen & vote
Thanks for reading, see you next chapter

Matahari & Bulan[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang