"Astaga, sudah siang saja! Waktu cepat sekali berjalan," tukas Naruto lesu.
"Memangnya kenapa?"
"Aku tidak ingin berpisah denganmu secepat ini!"
Sasuke melotot karena Naruto berteriak sambil mengatakan itu, mereka sekarang berada di tengah keramaian di desa Suna. Ini sama sekali tidak lucu saat hubungan tidak jelas mereka ketahuan hanya karena teriakan Naruto.
Sasuke menatap sekitar, semua orang sudah melihat kearah Sasuke dan Naruto. Semua orang berpikir jika yang dikatakan Naruto itu konyol, tapi itu terdengar lucu, Naruto selama ini mati-matian membawa Sasuke kembali.
Itukan bagian dari tindakan persahabatan, apalagi selama ini tidak ada hubungan sesama jenis di dunia shinobi. Lebih tepatnya mereka tidak pernah melihat hal seperti itu, jadinya tidak ada kecurigaan sama sekali.
Sasuke bersyukur tentang hal itu, mereka satu-satunya yang tidak normal disini, bahkan pikiran mereka saja yang tidak normal. Sebagai pahlawan itu akan menjadi aib bagi mereka, Sasuke tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi orang-orang saat mereka ketahuan.
Lagipula semuanya akan berakhir malam ini, tidak ada yang perlu ditakutkan. Namun mengingat hal itu Sasuke jadi merasa tidak senang, Sasuke tidak ingin memikirkan hal itu untuk sekarang.
Sasuke hanya menginginkan hari terakhir bersama Naruto dengan bersenang-senang, Sasuke berusaha untuk tidak memikirkan hal tidak menyenangkan.
Hingga Naruto menggenggam tangannya, menarik Sasuke pergi ke kedai ramen untuk makan siang. Naruto menariknya sambil berlari dan Sasuke hanya bisa memandang punggung Naruto.
Naruto menghentikan langkahnya saat mereka sudah berada di depan kedai ramen, pria itu menatap Sasuke sambil tersenyum lebar. Sasuke mengalihkan pandangannya, entah kenapa ia jadi malu.
"Satu mangkok ramen porsi jumbo!"
"Aku biasa saja dengan ekstra tomat."
"Baik!"
Naruto menatap heran Sasuke. "Kenapa kau suka tomat yang rasanya memuakkan itu?"
"Kau tidak tahu?"
"Apa?"
"Rasa tomat itu seperti rasa bibirmu."
"Apa katamu?! Rasanya berbeda tahu! Rasa tomat itu membuat seseorang ingin muntah, tapi kalau bibir ku ini rasanya ini di- hmmpph!"
"Sudah ku katakan padamu, dobe," desis Sasuke.
"Baik, baik.. tapi jangan menutup mulut ku dengan kasar begitu, nanti kau tidak bisa menikmatinya lagi."
"Memang tidak akan," gumam Sasuke. "Yang akan menikmatinya itu seorang perempuan dari klan Hyuga."
Naruto tersentak mendengar ucapan Sasuke, Naruto menundukkan kepalanya, entah kenapa rasanya sesak. Naruto kembali menatap kearah Sasuke, Naruto tidak ingin memikirkan hal seperti ini dan mengacaukan hari terakhir yang menyenangkan bersama Sasuke.
"Mau ku suap?"
Sasuke mendelik. "Jangan konyol."
Naruto tertawa, ini lebih baik daripada bersedih, bisa-bisanya ia bersedih karena akan meninggalkan Sasuke dan menikah dengan Hinata. Naruto menggelengkan kepalanya, ada sesuatu di hati Naruto yang mengganjal.
Setelah makan bersama, mereka lagi-lagi memainkan banyak permainan dan kali ini Naruto yang terus-terusan memenangkan permainan. Jika ditanya kenapa, Naruto hanya memberi alasan jika itu karena ia sudah mengisi energi dengan ramen.
Di akhir permainan, Naruto tertawa dan tampak meledek Sasuke. Sementara Sasuke menunjukkan tampang muram, ia berjalan pergi menjauhi Naruto, namun tentunya Naruto langsung merangkul Sasuke.
"Jangan marah begitu, sayang," bisik Naruto menggoda.
"Tch. Sudah ku bilang jangan memanggilku seperti itu, itu terdengar menjijikkan, dobe."
Naruto memanyunkan bibirnya. "Kau ini sensi sekali."
"Hn."
Mereka pergi ke tempat yang sepi, sebuah daratan yang lebih tinggi di pinggir desa, dimana mereka bisa melihat seluruh desa Suna yang terlihat indah karena perayaan festival.
Mereka berdua duduk bersebelahan, Naruto membaringkan dirinya dan kepalanya bersandar pada paha Sasuke yang ia jadikan sebagai bantal. Sementara Sasuke hanya diam saja sambil memandangi desa Suna yang ada di depannya.
"Jangan pergi.. tetaplah disini bersamaku.. jangan menikah dengannya.. jangan tinggalkan aku.. aku ingin bersamamu.. aku.. aku menginginkanmu..."
Sasuke terkejut mendengar ucapan Naruto yang tiba-tiba, Sasuke berpikir jika Naruto hanya melantur karena ia sudah memejamkan matanya sejak tadi. Tapi Sasuke tidak bodoh untuk memahami kata-kata Naruto, itu tidak tepat jika Naruto yang mengucapkan.
"Tidak bisakah kau menahan ku?" Tanya Naruto dengan lirih sambil membuka matanya.
Mata Sasuke berkaca-kaca, namun ia memalingkan wajahnya, Sasuke tidak akan berlaku lunak hanya karena hal seperti ini. Lagipula mereka hanya bermain-main, mereka tidak benar-benar bersama.
"Jangan konyol," desis Sasuke.
"Kau tidak menyukai ku?"
"Kita sama-sama pria, dobe, jangan melewati batas."
Naruto terkekeh kecil, ia tersenyum kecut. "Tapi disini..."
Naruto menyentuh dadanya yang terasa sesak, wajah Naruto memerah, air matanya sedikit menetes membuat Sasuke memalingkan wajahnya lagi, ia tak tahan melihatnya.
"Menginginkanmu.. rasanya sakit jika harus berakhir seperti ini..."
"Naruto," gumam Sasuke. "Tidak ada yang berakhir, sejak awal tak ada apa-apa diantara kita."
"Begitu ya... ku rasa memang hanya aku yang menganggap mu, dan... mencintaimu."
Sasuke terkejut mendengar ucapan Naruto, ucapan tentang mencintai, itu sudah terlalu jauh. Sasuke memejamkan matanya, ia benar-benar tak sanggup dengan hal ini, hingga ia tak merasakan kepala Naruto pada pahanya.
Tiba-tiba ada yang menariknya dari belakang, Sasuke menoleh, ternyata Naruto duduk di belakangnya. Naruto melingkarkan tangan di perutnya dari belakang, Naruto melebarkan kakinya dan memaksa Sasuke untuk duduk di pangkuannya.
"Sebentar saja tidak masalah, kan?"
Sasuke menghela napas pasrah, tatapan Naruto tampak menghipnotisnya, sorot mata Naruto terlihat sendu. Itu menyakitkan, Sasuke hanya duduk mengikuti keinginan Naruto, lagipula ini yang terakhir.
"Besok pagi-pagi aku akan pergi, terimakasih untuk beberapa hari ini. Aku sangat bahagia bersamamu, ini konyol, kan? Hahaha... tapi, Sasuke, kau yakin tidak akan menyesal membiarkan ku pergi?"
Sasuke terdiam cukup lama sebelum akhirnya ia menggelengkan kepalanya, Naruto tersenyum, senyumannya terlihat semakin tidak tulus, Sasuke tahu hal itu. Tapi Sasuke tidak bisa merubah keputusannya, bukannya tidak bisa, tapi Sasuke merasa itu harus.
Naruto membuat Sasuke berbalik kearahnya, Naruto semakin memeluk Sasuke dengan erat dan mencium bibirnya. Saat itu juga air mata Sasuke langsung menetes, ini menyakitkan.
Mereka terus berada disana sampai larut malam, sampai kembang api dinyalakan dan terlihat mekar diatas langit, mereka menikmati pemandangan itu dan melihat kemeriahan di bawah desa.
.
.
.
Bersambung...
.
Jangan lupa tinggalkan jejak, komen & vote
Thanks for reading, see you next chapter
KAMU SEDANG MEMBACA
Matahari & Bulan[✓]
Roman d'amour"Aku menginginkanmu, Naruto..." "Akhirnya kau mengakuinya, mengingat semua sifat tsundere mu selama ini." Matahari dan bulan itu seharusnya tidak bisa bersama, apalagi keterikatan matahari dengan siang dan keterikatan bulan dengan malam. Tapi apa ja...