7. Ciuman Ketiga

489 37 1
                                    

Bruk

"Sasuke!!"

"Sasuke? Uchiha Sasuke?"

'Kenapa si bodoh itu ada disini?!'

Sasuke membuka matanya, ia mengeluarkan beberapa shuriken dari saku belakang celananya dan melemparkannya pada seseorang di depannya, pria itu tak menyangka jika Naruto mengikutinya ke tempat pertemuan tamu pemimpin.

Seharusnya Naruto tidak disana dan menghancurkan rencananya, padahal tadinya Sasuke hanya berpura-pura pingsan. Ini di luar dugaan, dengan terpaksa Sasuke menyerang tamu pemimpin.

"Eh?" mata Naruto melebar.

Sasuke bertarung melawan tamu itu, namun ternyata orang itu merupakan seorang ninja yang cukup tangguh. Tapi tetap saja Sasuke memenangkan pertarungan dengan mudah, bagaimanapun Sasuke bahkan pernah mengalahkan seorang Dewi.

"Bodoh, apa yang kau lakukan disini?" Tanya Sasuke setelah melumpuhkan musuhnya, Sasuke kemudian melepas jubah samaran dari orang itu. "Apa kau pernah melihat orang ini?"

"Mana ku tahu jika kau akan berpura-pura pingsan," Naruto melangkah mendekat.

"Lalu? Kau pikir aku akan tiba-tiba pingsan dengan kekuatan ku? Orang ini bukan seorang dewa."

"Baik, baiklah..." Naruto memperhatikan wajah orang di depan Sasuke. "Oh!"

"Ada apa?"

"Wajahnya.. wajah orang ini aku tahu! Dia berdiri di samping Omoi saat aku berbicara dengannya!" Seru Naruto sambil menunjuk-nunjuk sosok di depannya.

"Apa yang kau bahas dengannya?"

"Hanya.. mengatakan jika aku akan kesini."

"Bodoh," desis Sasuke menghela nafas gusar.

"Memangnya ada apa?!"

Sasuke melempar sebuah gulungan yang ia ambil dari saku celana tamu pemimpin kearah wajah Naruto, ingin marah namun fokus Naruto teralih pada gulungan itu. Naruto membuka gulungan itu dan matanya membulat saat membaca isinya.

"Ada pengkhianat di desa Kumo, dugaan ku yang menjadi pemimpin di desa ini adalah ninja dari desa Kumo yang berada di jalan berbeda dari Raikage. Dia pasti tidak sendiri, dia mengetahui misi kita dan pastinya akan ada beberapa tamu lain yang akan datang." Sasuke memanggil burung elang miliknya untuk membawa dua surat beserta menyalin gulungan itu.

Sasuke mengambil pelindung kepala dari saku celana orang itu. "Jangan terus menjadi bodoh, dobe."

"Apa katamu?!" Seru Naruto tak terima.

"Kau tidak akan mendapatkan gelar Hokage jika kau terus bodoh seperti itu."

"Sialan kau!"

Sasuke berjalan pulang, namun sebelumnya ia memberikan sebuah gulungan pada Naruto untuk diserahkan ke pemimpin. Ia membuat gulungan berbeda ya meminta pemimpin untuk hati-hati, anggap saja sebagai ancaman.

Saat pulang ke rumah nenek Una, Sasuke memilih langsung pergi ke belakang rumah untuk menyiram tanaman dan memberi makan kucing. Setelahnya Sasuke memilih membersihkan tubuhnya dan kemudian ia memasak untuk makan malam.

Brak

"Sialan!"

"Ada apa, tuan?"

"Apa maksudnya mengirim gulungan surat seperti ini?! Apa dia merendahkan ku?!"

Naruto menatap heran, pemimpin itu terlihat sangat marah, Naruto jadi penasaran isi dari gulungan yang Sasuke berikan padanya.

"Hei, nomor 14!"

"Hah?"

"Cari orang yang membawa gulungan ini dan bawa dia ke hadapanku, jika tidak kau tidak akan menemukan imbalan apapun!"

Naruto manggut-manggut dan pergi begitu saja, ia keluar dari kantor pemimpin lalu berjalan pulang ke rumah nenek Una. Sesampainya di rumah Naruto langsung berlari kearah dapur saat mencium bau makanan.

"Wah.. kau memasak lagi, Sasuke!"

"Bersihkan dirimu dulu sebelum bergabung disini," tegur Sasuke.

"Tapi aku lapar sekali, Sasuke," rengek Naruto cemberut sambil menyentuh perutnya.

"Jika tidak kau tidak akan mendapat jatah makanan malam ini," ancam Sasuke.

Mendengar itu Naruto langsung pergi ke kamar mandi, membersihkan dirinya dan setelahnya Naruto bahkan menggunakan parfum. Sasuke melirik kearah Naruto yang berjalan keluar dari kamarnya.

"Hmm.. hmm.. hmm..."

Naruto berjalan kearah meja makan sambil bersenandung, sementara Sasuke tanpa sadar terus melirik mengikuti gerakan Naruto. Dan saat Naruto menarik kursi di sampingnya, Sasuke sedikit terkejut.

"Wah.. enak sekali!"

"Berlebihan."

"Oh ya? Sepertinya aku tidak bisa kembali ke kantor pemimpin, aku harus menyeret mu kesana jika ingin kembali."

"Sepertinya kau ingin membunuh ku."

Naruto terkekeh. "Tidak juga."

Sasuke menghela napas panjang, ia tahu jika hal ini akan terjadi. Namun ini lebih baik daripada ia meneruskan gulungan yang asli pada pemimpin desa itu, bisa-bisa mereka akan langsung ketahuan karena mereka pendatang baru disana.

"Aku akan mengurus ini."

Setelah mereka makan malam bersama, Sasuke pergi ke kamarnya untuk mempersiapkan sesuatu hal dalam menjalankan misinya besok, sementara Naruto merasa sakit perut dan masuk ke dalam toilet yang berada dalam kamar Sasuke.

Sebenarnya mereka berdua berbagi kamar di sana karena nenek Una hanya memiliki dua kamar di rumahnya, walaupun begitu mereka hanya tidur di teras belakang rumah.

Dan kini, Naruto keluar dari toilet sambil memegang perutnya, rasanya masih sedikit sakit. Saat di depan pintu toilet, kain lap yang Naruto injak tiba-tiba menjadi licin.

Naruto melotot saat ia hampir saja terjatuh dan ada Sasuke yang baru saja berdiri dari kursi, Sasuke juga sama terkejutnya karena hal itu terjadi tiba-tiba.

Cup

Naruto menindih tubuh Sasuke di lantai dengan bibir mereka yang saling bersentuhan, Sasuke mendorong Naruto untuk berdiri, namun pria itu hanya diam saja dan Sasuke hanya bergeser ke samping.

Uek uek

Sasuke menunjukkan raut wajah ingin muntah, sementara Naruto hanya terdiam di tempatnya dengan ada sedikit semburat merah tipis di pipinya. Hal itu tentunya membuat Sasuke menatapnya dengan heran.

"Oi!"

'Manis, ini berbeda saat ciuman pertama ku dengannya saat di akademi,' Naruto meneguk ludahnya kasar.

"Oi, usuratonkashi," desis Sasuke menatap tajam.

"Ha-hah?!"

Naruto mundur melihat sharingan Sasuke yang aktif, tubuhnya tiba-tiba merinding melihat raut wajah Sasuke. Hingga mata Naruto tak sengaja melihat kearah bibir Sasuke, Sasuke mengepalkan tangannya.

"Apa yang kau lihat?"

"Apa?" Tanya Naruto berpura-pura tak tahu.

"Apa yang kau lihat, dobe?"

"Tidak ada," elak Naruto.

"Kau membuat bibir kotor mu menempel pada bibir ku lagi, itu menjijikkan, kau tidak akan meminta maaf? Hah?"

"Untuk apa? Itu manis."


.


.


.


Bersambung...

.

Jangan lupa tinggalkan jejak, komen & vote
Kalau mau bisa follow akun ku untuk lihat cerita ku yang lain; sudah tamat, on going atau cerita baru yang akan di publish...
Thanks for reading, see you next chapter

Matahari & Bulan[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang