"Menjauh, Naruto!"
"Ada apa?"
"Jangan bersikap seenaknya tiap hari! Aku mulai merasa tidak nyaman."
"Jahat," Naruto memanyunkan bibirnya.
"Hah..." Sasuke menghela nafas gusar. "Ini yang terakhir."
Naruto tersenyum lebar entah kenapa Sasuke tak dapat menolak saat Naruto sudah bertingkah seperti anak-anak. Apalagi seharian ini mereka hanya menjalani misi di tempat yang berbeda.
Mereka baru bertemu malam dan Naruto sudah berbuat seenaknya, walaupun Sasuke menerimanya. Ini sudah hari ke dua belas Naruto di desa Hare, Sasuke mulai merasa gelisah.
Naruto harus pulang dua hari lagi, rasanya aneh. Walaupun Sakura akan menggantikan misi Naruto disini, Naruto harus pulang karena ia akan segera menikah.
Kata pernikahan itu semakin membuat Sasuke gelisah, padahal Naruto sudah tidur bersamanya, tapi pria itu akan menikah dengan Hinata. Tapi itu memang lebih wajar, daripada menikahi sesama jenis.
"Tunggu-"
"Ada apa, hm?"
Sasuke menggeleng, ia tak sadar telah mengeluarkan suaranya. Kenapa Sasuke jadi memikirkan pernikahan sesama jenis, itu akan aneh, tidak ada yang akan menerima hal seperti itu.
Sasuke lagi-lagi menggelengkan kepalanya, ia tidak bisa memikirkan hal bodoh seperti ini. Ia jadi tak waras setelah mengikuti permainan Naruto, semua kegilaan yang mereka lakukan ini hanyalah kebodohan sesaat.
Tiba-tiba saja air mata Sasuke menetes dan membuat Naruto terkejut, Sasuke memalingkan wajahnya namun Naruto memaksa agar Sasuke menatap matanya, itu hanya membuat Sasuke kembali meneteskan air matanya.
"Kau seperti anak gadis saja, sayang."
Sasuke mengetuk kening Naruto dengan keras membuat Naruto meringis kesakitan, Sasuke berjalan keluar dari kamar dan pergi ke teras belakang rumah. Kucing hitam yang biasa ia beri makan pun mendatanginya.
"Apa yang harus ku lakukan?"
Sasuke menghapus kasar air matanya, bagaimana bisa ia menjadi lembek seperti ini. Sasuke tak ingin menjadi lebih bodoh dari ini, ia tak boleh meneteskan air mata hanya karena hal seperti ini.
"Sasuke!"
"Kau di kamar saja, dobe," desis Sasuke.
"Ada apa denganmu?"
"Tidak ada apa-apa, kembalilah ke kamar."
"Tidak."
Sasuke mengerutkan keningnya, Naruto mendekatinya, berbaring di samping Sasuke dan menjadikan paha Sasuke sebagai bantal. Itu membuat Sasuke tak nyaman, tapi ia tak bisa menolak.
Sasuke memejamkan matanya dan kemudian ia terlelap, begitupun juga dengan Naruto. Sasuke terlelap dengan keadaan duduk, tentu saja Naruto menyadari itu dan tiba-tiba terbangun.
Naruto terduduk di samping Sasuke, ia melebarkan kakinya dan membawa Sasuke untuk duduk di depannya. Membuat punggung Sasuke bersandar pada dada bidangnya.
Sementara Naruto mulai memeluk tubuh Sasuke, sementara dagunya menyender pada pucuk kepala Sasuke. Posisinya terasa nyaman, Naruto memejamkan matanya.
"Maafkan aku, Sasuke..."
.
.
.
Sasuke mengerjap-ngerjapkan matanya, ia merasa tidak ingin bangun karena terlalu nyaman dengan posisinya, apalagi bagian belakangnya merasakan kehangatan dan ada tangan yang memeluk tubuhnya.
Sasuke tersentak, tangannya menyentuh punggung tangan yang berada di perutnya. Tiba-tiba tatapan Sasuke berubah sendu, besok adalah hari terakhir Naruto disini.
Kegelisahan pun menggerogoti hatinya, Sasuke tak ingin bangun dan mengakhiri hari ini dengan hanya menjalankan misi. Tapi tetap saja itu semua salah, Sasuke merasa ada yang aneh dengan dirinya.
Sasuke mendongak ke belakang dan saat itu mata Naruto terbuka, tanpa pikir panjang Sasuke berbalik lalu mencium bibir Naruto, itu membuat Naruto sedikit terkejut karena ia baru bangun.
"Tak ku sangka kau akan memulai ciuman denganku, sayang."
"Jangan memanggilku sayang, itu menggelikan."
"Kau tidak suka?" Tanya Naruto sambil menarik tengkuk Sasuke. "Entah kenapa aku merasa selalu menginginkanmu."
"Jangan bercanda, ini hanya permainan."
"Permainan ya..."
Awalnya tatapan Naruto terlihat sayu karena ucapan Sasuke barusan, tapi Naruto tak ingin terlalu memikirkannya. Naruto hanya ingin menikmati yang ada padanya saat ini, walau mungkin hanya sesaat.
Saat matahari mulai meninggi, Sasuke pergi ke dapur untuk memasak karena ia perlu melakukan hal itu untuk melanjutkan misinya lagi. Sasuke hanya baru menemukan sedikit petunjuk tentang pengkhianatan shinobi dari desa Kumo.
Sarapan pagi itu cukup hangat, ada nenek Una yang bergabung dengan mereka dimana Naruto terus berbicara dengan nenek Una dan Sasuke yang hanya memperhatikan.
Setelah sarapan tentunya Naruto juga pergi menjalankan misi, ia pergi ke tempat pertemuan para pembelot yang datang dari Kumo setiap dua hari. Namun hari ini lebih banyak yang datang, itu membuat Naruto cukup kewalahan.
Tapi Naruto malah jadi punya bukti yang kuat sebelum ia mengakhiri misinya, lagipula Sakura akan menggantikannya, sepertinya Sakura juga akan melakukan yang terbaik, itu pasti, apalagi karena ia bersama Sasuke.
Memikirkan Sakura yang akan tinggal bersama Sasuke untuk menggantikannya membuat Naruto gelisah, ini sangat berat, ada yang aneh dalam dirinya yang membuatnya tak bisa begitu fokus.
Salah satu dari pembelot desa Kumo berlari melewati Naruto, tiba-tiba saja Kurama menegurnya dengan suara keras yang membuat Naruto terkejut. Pria itu langsung mengejar pembelot yang melewatinya, ia hampir saja mengacaukan misi Sasuke.
"Ku pikir Sasuke akan membunuh ku karena ini."
Naruto bergumam setelah menangkap pembelot desa Kumo, ia lalu mengikatnya dan membawa orang-orang itu ke desa Kumo. Mereka tentunya langsung di interogasi dan berhadapan dengan Raikage langsung.
Naruto menghela nafas lega karena ia tidak akan berhadapan dengan mereka lagi, setelahnya Naruto pergi ke dalam desa Hare. Membantu para warga dan melihat bagaimana agar kehidupan mereka berlangsung dengan baik.
Walaupun Naruto tidak bisa terlalu melakukannya karena dibatasi oleh pemimpin desa itu, Naruto hanya melakukan semuanya secara sembunyi-sembunyi dan tidak terlalu efisien.
Namun Naruto menyadari jika yang dilakukannya membuatnya belajar tentang desa dan warga, Naruto jadi memiliki pandangan kedepannya untuk menjadi seorang pemimpin.
Tapi Naruto memikirkan hubungannya dengan Sasuke, lagi, memangnya seorang pemimpin bisa melakukan yang terbaik jika ia tidak normal. Semua orang disini normal, hanya Naruto dan Sasuke yang seperti ini.
Tapi jika menikah dengan Hinata membuatnya terlihat normal- Naruto menggeleng, ia sudah sampai sejauh ini, Naruto tidak mungkin tidak mencintai gadis cantik seperti Hinata.
"Tapi.. aaaarrggh! Kenapa aku seperti ini?!"
"Apa kau gila?"
Naruto menoleh. "Sasuke? Tumben kau pulang cepat."
"Terserah aku."
.
.
.
Bersambung...
.
Jangan lupa tinggalkan jejak, komen & vote
Thanks for reading, see you next chapter
KAMU SEDANG MEMBACA
Matahari & Bulan[✓]
Romance"Aku menginginkanmu, Naruto..." "Akhirnya kau mengakuinya, mengingat semua sifat tsundere mu selama ini." Matahari dan bulan itu seharusnya tidak bisa bersama, apalagi keterikatan matahari dengan siang dan keterikatan bulan dengan malam. Tapi apa ja...