12. Menyadari Perasaan

406 44 2
                                    

"Apa kau tidak normal?"

Naruto memikirkan lebih hal itu cukup lama, jika ditanya seperti itu Naruto tidak bisa mengelak melihat bagaimana sikapnya sekarang ini. Naruto bahkan menikmati berciuman dengan Sasuke.

Tapi Naruto berkencan dengan Hinata dan bahkan akan menikah, tetap saja Naruto tahu jika ia tak normal. Debaran jantungnya juga mengatakan hal itu padanya, debaran yang begitu aneh.

Menyadari dirinya dengan perasaan yang berbeda dengan yang selama ini ia rasakan, ini hal pertama kali dan Naruto sudah tak bodoh seperti dulu. Saat Naruto mengatakan ia menyukai Sakura, sebenarnya Naruto tidak merasakan apapun.

Sebenarnya ada, tapi hanya rasa suka sebagai teman, tidak lebih dari itu. Naruto baru menyadarinya, bahkan saat Hinata menyukainya, Naruto hanya menyadari hal itu melalui genjutsu, namun Naruto hanya membalasnya saja.

Naruto belum tahu perasaannya, bahkan pandangannya pada Sakura sama terhadap Hinata. Tidak ada yang berbeda, hingga Naruto mulai berdebar di dekat Sasuke. Perasaan itu berbeda, dan Naruto sadar akan perasaan apa yang ia rasakan saat ini.

Kini Naruto memandangi wajah Sasuke, terlihat mempesona, menawan dan cukup cantik menurutnya. Naruto menangkup wajah Sasuke dan mendekatinya, entah kenapa Naruto ingin melakukan hal ini.

"Ya, aku tidak normal."

Naruto menarik Sasuke, mencium bibirnya dan membuat Sasuke terkejut. Awalnya Sasuke memberontak, tapi kemudian Sasuke membalasnya.

"Naruto..."

.

.

.

Sasuke membuka matanya perlahan, matanya langsung menatap wajah Naruto, pria itu tertidur lelap. Jantung Sasuke berdebar, ia benar-benar sudah tidak normal sekarang.

Tiba-tiba saja matanya melotot saat menyadari jika dirinya menjadi pihak bawah, itu benar-benar menurunkan harga dirinya. Sasuke malu dengan hal ini, namun entah kenapa Sasuke tidak menyesalinya.

Sasuke memperhatikan tiap garis wajah Naruto, ia tidak menyesali apapun. Perlahan mata Naruto terbuka dengan mulutnya yang terbuka lebar untuk menguap, Sasuke langsung berpaling.

"Oh? Sudah bangun?" Tanya Naruto menempelkan punggung tangannya pada kening Sasuke. "Sudah membaik."

Sasuke menoleh menatap Naruto, Naruto tersenyum lebar, senyumannya terlihat begitu manis. Sasuke baru menyadari hal ini, Sasuke mulai mengingat semua hal bersama Naruto.

Selama ini Sasuke selalu merasa ingin melindungi Naruto, bahkan saat mereka saling bermusuhan, perasaan ingin melindungi dan bertarung bersama tetap ada. Hingga Sasuke merasakan sesuatu yang lain, terdengar konyol, tapi itulah kenyataan.

Sasuke menepis tangan Naruto dari keningnya. "Kau tidak waras."

Naruto menyeringai. "Kau juga."

Sasuke terkejut mendengar ucapan Naruto, wajahnya memerah dan Sasuke langsung saja memalingkan wajahnya. Ia malu, malu karena menerima perlakuan Naruto, apalagi cara Sasuke membalasnya.

"Minggir, aku ingin membersihkan diri."

Sasuke berujar dengan ketus, sementara Naruto langsung bangun dan membuat mata Sasuke melotot karena Naruto tak memakai apapun dan berdiri dengan percaya diri di depannya.

"Pakai baju mu sialan!"

Naruto tersadar dan langsung tertawa, pria itu pun pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya hingga beberapa menit kemudian ia keluar dari kamar mandi dengan memakai handuk.

Sasuke menatap wajah Naruto yang terlihat lebih menawan dengan rambutnya yang basah, hingga Sasuke tersadar dan ia membungkus tubuhnya dengan selimut sebelum memasuki kamar mandi.

"Ada apa dengannya?" Tanya Naruto bingung sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.

Setelah berganti pakaian, Naruto berjalan keluar kamar lalu pergi ke teras belakang rumah. Naruto melihat kucing yang sering datang kesana, Sasuke suka memberi makan kucing itu.

Naruto mendudukkan dirinya di teras dan mengelus kepala kucing itu, sangat lembut. Hingga Naruto mengingat banyak kenangan dengan Sasuke, bagaimana Naruto mengejarnya selama ini.

Itu semua keinginan Naruto sendiri, bukan karena janjinya pada Sakura. Naruto menganggap Sasuke sebagai ikatan pertamanya hingga terus mengejar Sasuke, tapi entah kenapa hatinya mengatakan hal lain.

"Aku memang tidak normal..." Naruto mengusap wajahnya kasar.

Beberapa saat kemudian, aroma wangi masakan tercium dari dalam dapur. Naruto berjalan masuk dan menemukan Sasuke yang sedang memasak, terlihat dari  gerak-geriknya dari belakang cukup baik.

Tanpa sadar Naruto tersenyum, jika ia menikah dengan Sasuke ia akan merasakan masakan enak buatan Sasuke setiap hari. Naruto langsung menggeleng, ia akan menikah dengan Hinata.

"Berhenti menatap atau ku colok mata mu," desis Sasuke.

"Menakutkan..." Naruto berujar seolah meledek.

Sasuke menoleh menatap tajam dengan sharingan aktif, itu membuat Naruto bergidik ngeri. Walaupun Sasuke tampak marah, tetap saja Sasuke menyembunyikan sesuatu dalam hatinya, ia tentu saja malu.

"Malam ini tidur di kamar lagi ya, Sasuke."

Berrrrr

Naruto melotot karena mereka sementara makan dan Sasuke menyemburkan makanan yang sudah ia kunyah ke wajah Naruto, Naruto langsung berlari ke kamar mandi dengan berteriak histeris.

Sasuke yang melihatnya hampir saja tertawa seandainya ia tak mengingat apa yang Naruto ucapkan barusan, beberapa menit kemudian Naruto kembali sambil mengusap wajahnya dengan tisu.

"Dasar, teme! Apa-apaan kau?!"

Sasuke mendelik. "Kau yang apa-apaan, dobe. Kau tidak sadar dengan ucapan mu barusan, hah? Aku akan membunuhmu jika kau melakukannya lagi, lagipula aku ini dominan."

"Benarkah?"

Naruto tiba-tiba terkekeh, ia baru mengingatnya, Naruto memperlakukan Sasuke layaknya seorang gadis. Menyuruh Sasuke melakukan apa yang ia inginkan, tapi Sasuke tetap mengikutinya.

"Tapi kau menyukainya, kan?" Naruto menggoda.

Sasuke melotot mendengar pertanyaan Naruto barusan, ingin marah, namun entah kenapa Sasuke hanya memalingkan wajahnya. Padahal Naruto itu bodoh, tapi ia jadi gila seperti ini hanya dalam satu malam.

"Kau sudah bisa melanjutkan misi mu, Sasuke?"

Sasuke mengangguk. "Aku hanya mengizinkan mu kemarin, tapi tidak dengan kedepannya."

"Oh, ya sudah, nanti aku menunggumu ya."

"Mesum!" Seru Sasuke.

Naruto hanya tertawa dan menghindar dengan cepat saat Sasuke melempar sendok dari tangan kearahnya, Sasuke bertingkah menggemaskan sekarang. Begitulah menurut Naruto.

Namun saat malam hari tiba, Naruto pikir Sasuke tidak akan masuk ke kamar. Tapi Sasuke benar-benar datang, ia masuk ke kamar dengan sangat pelan, walaupun Naruto masih bisa mendengarnya.

Naruto berpura-pura tidur, sementara Sasuke mulai naik keatas kasur, memunggunginya Naruto dan memejamkan matanya. Sasuke mengeluh tak nyaman apalagi tiba-tiba saja tangan Naruto melingkar di perutnya dari belakang.

"Kenapa baru pulang, hm?"

.

.

.

Bersambung...

Jangan lupa tinggalkan jejak, komen & vote
Thanks for reading, see you next chapter

Matahari & Bulan[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang