Prolog

230 5 0
                                    


Copyright © 2024 oleh PatimKP
___

Di balik penerangan lampu-lampu yang mengitari cermin panjang, duduk perempuan berkebaya putih memandangi wajahnya.

Untuk pertama kali seumur hidup, ia melihat wajah itu dihiasi make up seajaib ini, alis yang ditata rapi tanpa ukuran yang tebal, alisnya sudah alami lebat, eyeshadow coklat tan dipadukan sedikit coklat gelap ditaburi glitter putih, ditambah polesan lip glow pink memberi kesan manis pada bibir mungilnya. Cantik. Itu kata Rasa - Momynya. Bahkan ia sendiri pun tidak bisa mengenali wajah itu, apa itu dirinya? Frea Eulalia.

"Sekarang berdiri, " pintah Bunda Eulis - MUA Frea.

Perempuan itu kemudian berdiri dari duduknya, kebaya putih panjang melebar ke bawah bagai sayap yang menutupi punggungnya di belakang. Mutiara putih kecil mengitari kerah lehernya. Rok wiru coklat motif batik melekuk indah di pinggul ramping dan anggun, pas. Ia menyatukan dua tangan di bagian perut, hingga punggung tangannya mengilau, nampak putih susu diterpa cahaya dari jendela yang masuk.

Mahkota kecil tersemat di atas pucuk kepalanya . Jenis-jenis bunga kecil nan indah di tusuk masuk dalam sanggul hitam hingga beberapa helai rambutnya yang keriting di biarkan tergantung. Cantik, sangat cantik.

Sebentar lagi, dua jam lagi. Ia akan jadi milik seseorang, mengikat tali ibadah bersama laki-laki yang tidak pernah Ia tahu latar belakang, sikap bahkan wajahnya.

"Anak saya sekarang udah jadi feminim yah." Rasa mencubit kecil pipi chubby Frea.

"Feminim? Ha ha." Sikap anggun itu seketika lebur dan kembali ke karakter aslinya, blak-blak 'an dan tomboy.

Frea mengangkat roknya yang terasa sempit, Ia membuang napas kasar ke samping, sambil menggarut lehernya.

"Feminin apanya, jadi feminim itu ribet. Pakai kebaya ini aja gerah, berat, apa nggak ada pakaian pengantin yang santai Mom? Sampai lutut kek, pakai kaos kek, jaket. Ini kebaya."

Rasa langsung menjewer telinga Frea membuat perempuan itu meringis. "Kamu ini baru beberapa menit pakai kebaya banyak keluhnya, nggak malu dilihatin sama Bunda Eulis, tuh. Cewe kok gitu ngomongnya."

"Maaf Bunda Eulis," ucap Frea seperti orang terpaksa, langsung duduk di atas ranjang menaikkan satu kaki kanan dan bermain handphone.

Rasa memutar mata menatap Bunda Eulis, "Emang gitu anaknya Bun, saya jadi khawatir gimana respon suaminya nanti kalau udah tahu tingkah lakunya yang kayak gini."

"Nggak usah dipikirin Bun, emang kalau masih muda bawaanya suka maen - maen, eke waktu masih muda juga kayak gitu, nanti kalau udah lama-lama bakal dewasa sendiri, " perjelas laki-laki gemuk berkulit putih itu dengan tubuh tangan yang di letoykan.

"Hm, semoga saja.

Klek.

"Nona Frea sudah waktunya untuk ijab kabul," ucap seorang perempuan berambut sanggul di ambang pintu.

Deg.

***

Dibalik tirai abu-abu berkilau, duduk pria berambut licin menatap ke arah cermin. Jas warna beige dalaman kaos putih sudah tersemat rapi di tubuh kekarnya.

Hari ini, hari yang teramat membingungkan ia sendiri tidak tahu perasaannya bahagia atau gelisah semua terasa hilang dan masuk secara bergantian.

Hari ini, ia akan meminang seorang wanita yang tak ia tahu rupanya, karakternya, bahkan namanya. Kadang-kadang ia penasaran dengan sosok calonnya itu seperti apa. Katanya jodoh itu tidak jauh dari cerminan diri, jika memang seperti itu, mungkinkah calon istrinya nanti memiliki watak keras sepertinya? Berprinsip? Atau taat aturan. Ia sendiripun tidak tahu cara bahagia itu seperti apa, lalu bagaimana dengan calonnya nanti.

"Masha Allah, selamat Komandan Ghazam. Saya sudah tidak sabar msnyambut kedatangan Ibu Komandan baru di Batalyon, sebentar lagi anda akan berstatus suami. Wanita siapa yang beruntung itu," ucap Yuda - Komandan Peleton I, duduk di kursi samping Ghazam.

"Terima kasih Lettu Yuda."

Hingga dari belakang laki-laki berjas hitam ikut masuk, "Bismillah. Komandan Ghazam sudah waktunya anda ke luar. Ijab kabul akan segera dilangsungkan," ucap Hasan - Komandan Peleton II.

Ghazam berdiri dari duduknya, tubuh tinggi dan tegapnya nampak beribawa dengan balutan rok wiru coklat motif batik. Laki-laki itu memasang blankon senada dengan wirunya.

"Bismillah, ayo." Ia berjalan ke luar ruangan dengan kesiapan penuh.

***

» Update : Tiap Hari
» Follow akun ig : @patimkp_29
» Follow akun WP: Patim_KP

Vote yh! Makasih

______

Ouhiya buat kamu yang baru mampir baca cerita abdi negaraku yang lain yu' cari aja di profilnya yah ^^

Sky & LandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang