Part 18 | Sabar

64 6 1
                                    

Frea meletakkan kepala di atas meja, perempuan itu mendengus di atas kertas bindernya.

"Kenapa panjang amat sih Ghan jawaban lo, kan bawaannya malas buat nulis," gerutu Frea.

"Cuman sepuluh lembar Fre. Nggak masalah itu daripada tugas di mata kuliah konsentrasi gue kemaren tiga puluh halaman," ujar Desi, jemari-jemari perempuan itu bermain di atas keyboard laptop.

Ghani menutup stabilonya setelah menandai beberapa catatan penting di bukunya, ia melirik Desi.

"Gimana luka lo yang kemaren? Berbekas?" tanya Ghani melirik tangan Desi. 

Frea yang sudah bersandar di kursi berdecak, "Heleh cuman percikan setuil air panas doang, lo alay amat sih Ghan. Orang Desi biasa-biasa aja yah nggak Des?"

Desi tertawa kecil mendengar ucapan Frea, "Gue nggak papa kok Ghan. Fre bener cuman luka kecil doang, sekarang udah sembuh kok."

"Hm, lain kali hati-hati."

Frea mendengus, "Giliran gue yang jatoh dari motor nggak dibilangin hati-hati malah dimarahin, si Desi diceprat dikit air panas lo bilang hati-hati, dasar pilih kasih lo Ghan sama temen sendiri."

"Yah, lo 'kan udah kebal, Fre. Mau dibanting sana - sini, dibakar sekalipun tetap awet."

Mendengar ucapan Ghani membuat Desi tertawa lepas hingga Frea menjitak kepala laki-laki itu, suasana di cafe menjadi lucu dan dengan pertengkaran kecil Ghani dan Frea.

Ting.

Frea mengernyit saat melihat notifikasi pesan masuk dari 'Manusia ribet' alias Ghazam di handphone–nya.

Manusia Ribet
Sebentar sore, latihan pertamamu.
Belajar jadi wanita anggun.

"Pppfffft." Frea menahan tawa membaca pesan dari Ghazam.

Belajar jadi wanita anggun.

Ia tahu maksud Ghazam tentang latihan itu, pasti tertuju untuk Darel. Hanya saja lucu, jika Frea akan benar-benar belajar jadi wanita anggun, sebab ia sudah nyaman dengan dirinya yang sekarang. Tapi tidak masalah Frea akan melakukannya jika itu cara mendapatkan hati seorang Darel.

Manusia Ribet
Sebentar sore, latihan pertamamu.
Belajar jadi wanita anggun.

Frea
Oke.

Desi yang menyadari Frea tertawa sendiri membuat perempuan itu bingung. "Lo kenapa ketawa ketiwi gitu, habis lihat apa di handphone Fre."

Ghani yang fokus pada tab gigitan setengah apelnya ikut bersuara, "Paling pesan dari suami mah."

"Cieeee." Goda Desi mengedip-ngedipkan mata.

"Apaan sih, orang cuman lihat video lucu."

Tiba-tiba sebuah kaki dari arah yang tak disangka-sangka tersandung di sepatu Ghani hingga orang itu kehilangan keseimbangan dengan cepat Ghani beranjak dari duduknya menimang orang itu yang juga laki-laki.

Frea dan Desi menoleh mendapati tontonan yang tak biasa dan secara langsung seperti di sinetron-sinetron, lihat saja posisi Ghani menahan punggung laki-laki itu hingga dua mata mereka saling adu pandang.

Desi tertegun melihat itu dan mendapati fakta bahwa. 'Apa bener Ghani pecinta sesama jenis?'

Hingga tiga detik berlalu Ghani menyadari tatapannya seketika dua tangannya langsung melepas punggung laki-laki itu membuatnya terjatuh di lantai, laki-laki itu meringis.

"O–ouh sorry lo nggak papa?" Ghani mengulurkan tangannya dan laki-laki itu meraihnya.

Laki-laki itu berdiri kemudian menatap Ghani dengan menarik rambut ke belakang daun telinganya seperti sedang caper. "Nggak papa, makasih yah."

Sky & LandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang