Part 11 | Pesta Kebab Sapi

62 7 0
                                    

"Emang kenapa, emang kenapa? Gila. Sekali lagi lo kecup kening gue. Gue robek bibir lo itu! Yang laen gue ngalah tapi masalah kecup, itu sensitif buat gue." Frea melepas mukenah membuangnya di kasur begitu saja, ia gerah.

Groowwl

"Ayo makan malam." Ghazam berdiri dari duduknya lalu mengantung sajadah di tiang besi.

Frea memegangi perutnya ia mengangguk kecil walau wajahnya masih jengkel dengan kecupan tadi.

Frea berjalan mengekori Ghazam dari belakang. Saat berada di dapur, mulutnya terbuka dengan aneka masakan di atas meja, sayur bayam,  jagung manis, prakedel, tempe tahu oreng, sambal tumis cabai hijau dan satu piring pisang kecil manis.

Frea menarik kursi sambil tertegun, matanya meneliti setiap makanan di atas meja, dilirik Ghazam yang mengambil teko dan dua piring.

"Beli atau masak?" tanya Frea.

"Masak."

"Siapa yang masak?"

"Saya."

"Lo?" Alis Frea terangkat sedikit meragukan. "Kapan?"

"Sebelum magrib."

Frea manggut-manggut, ternyata multitalent, selain mapan dari fisik, laki-laki itu mapan dari dapur juga.

Ghazam kemudian duduk di depan Frea. "Makanlah." Laki-laki itu menyendokkan nasi di atas piring Frea.

Frea menaikkan satu kaki di atas kursi, tanpa rasa hormat pada suami dan sopan santun istri, ia menyendok satu persatu lauk pauk di atas meja dengan rakusnya.

"Pelan-pelan saja, nanti perutmu sakit."

"Laper soalnya, Om." Frea duduk kembali dengan tenang, ditatap piringnya yang sudah penuh. Ia tersenyum riang.

Sedang Ghazam menyendok nasi sepertiga, lalu ditambah beberapa porsi lauk pauk. Laki-laki itu menatap Frea yang langsung melahap makanannya begitu rakus hingga pipinya ikut kembung.

"Frea, bacalah basmalah sebelum makan."

"Biar apa? Biar setan nggak makan di dekat gue?  Tenang aja semua setan takut kok sama gue." Frea menepuk - nepuk dadanya.

Ghazam menghela, laki-laki itu berdiri dari duduknya karena sudah habis kesabaran Frea bicara hingga nasi di mulutnya terhambur-hambur.

Ghazam mengambil satu piring lagi, ia tarik piring Frea yang dipenuhi nasi dan dipindahkan ke piring kosong lalu menyisahkan sisanya.

"Makanlah dengan sopan!"

Mulut Frea yang awalnya mengunyah langsung tertegun. Ini pertama kali ia melihat dua mata Ghazam setajam silet. "Kok marah sih."

"Turunkan kakimu."

"Gue suka makan posisi gini."

"Hargai saya, turunkan kakimu."

"Oke, oke gue turunin kaki, nih. Galak amat sih. Makan dengan tenang juga nggak boleh." Frea kembali menyantap makanannya walau tinggal setengah gara-gara diambil Ghazam.

Ghazam juga manusia, ia punya batas kesabaran, kekanak-kanak 'an Frea dan sikap sembrononya kadang-kadang membuat Ghazam muak. Terlebih laki-laki itu sangat benci kotor dan sesuatu yang menjijikkan.

"Mau tambah?" tawar Ghazam melihat makanan di piring Frea sudah mau habis.

"Nggak, udah kenyang." Frea menepuk-nepuk perutnya.

Untung saja Ghazam mengindahkan beberapa nasi Frea di piring kosong, hampir mubazir. Sehingga yang akan menghabiskan sisa makanan Frea, Ghazam.

Ting.

Sky & LandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang