Part 5 | Manusia Ribet

62 6 0
                                    

Groowl.

Groowl.

Ghazam memundurkan badannya dari Frea, laki-laki itu menyadari suara perut istrinya sedang bergemuruh.

Laki-laki itu masuk ke dalam kamar membuat Frea menyatukan kepalanya dengan meja, rasanya pusing sekarang.

"Ganti celanamu."

Frea mendonggak mendapati Ghazam mengulurkan celana borgo panjang. "Pakai itu? Nggak ah, panas."

"Pakai atau ...."

"Atau apa?" Frea bangkit dari duduknya mengambil celana borgo dari tangan Ghazam kasar.

"Pertama, gue males berdebat. Kedua, gue lagi nggak mood. Ketiga, gue nggak peduli sama lo. Terakhir, gue laper. Jadi gue pakai celana ini lo beli'in makanan di luar. Kita imbas. Nggak ada perdebatan, semua beres." Frea memutar mata malas. Berjalan ke arah kamar meneteng celana borgo di tangannya.

"Nasib emang, nikah sama manusia super ribet. Ribet emang hidupnya." Perempuan itu menutup pintu kamar kasar.

Membuat dua bahu Ghazam sedikit bergetar, lagi-lagi laki-laki itu menghela. Entah sampai mana batas kesabarannya nanti. Ini baru satu hari pernikahannya, hanya Tuhan yang tahu, bagaimana nasib pernikahannya ke depannya.

Tuk.

Tuk.

"Assalamu'alaikum Warohmatulohi Wabarokatuh."

Ghazam menoleh, satu orang Tentara ada di ambang pintu. "Wa'alaikumsalam warohmatulohi wabarokatuh, " jawab Ghazam.

"Siap maaf ganggu Ndan, ini air galonnya dua."

"Taruh di dalam."

"Siap, Ndan, " ucap Prada itu. "Kalau gitu saya permisi, Ndan."

Ghazam mengangguk sebagai respon. Pintu kamar terbuka, Frea kemudian berjalan ke luar dengan langkah seperti setengah laki-laki. Tomboy.

Dua mata perempuan itu seketika menangkap dua galon di samping pintu, seketika Frea mengangkat satu air galon ke dalam. Membuat Ghazam sedikit terkejut.

Frea meletakkan air galon itu di atas dispenser, "Sebenarnya gue males, tapi karena haus jadi yaudah. Cuman angkat 'kan?" Perempuan itu menaruh lengannya di atas galon, seperti bodyguard style.

Lalu ia ambil satu gelas di rak piring, dan mulai mengisinya dengan air. Diteguk sampai tandas, "Ah, segarrr!"

"Kalau minum usahakan duduk. Lalu ucapkan basmalah."

"Emang yah, ribet." Frea langsung berjalan mendahului Ghazam sudah tidak peduli dengan laki - laki itu. Ia muak dengan semua perintahnya harus ini, harus itu, pakai ini, pakai itu.

Frea langsung mendudukkan tubuh di lantai ruang tamu dengan satu kaki dilipat ke atas, satu tangan perempuan itu mengibas-ngibas wajahnya. Mirip laki-laki banyak pikiran.

"Saya mau ke pasar dulu," pamit Ghazam.

"Hm," balas Frea tak menoleh fokus bermain handphone.

"Jangan ke luar."

"Hm."

Ghazam masih terdiam di tempat mengamati Frea. Karena netra perempuan selalu peka, sehingga Frea masih menyadari keberadaan Ghazam.

Frea menoleh. "Ngapain masih disitu? Katanya mau ke pasar? Gue udah laper nih."

'Lain kali harus saya ajarkan sopan santun anak itu.' Ghazam berjalan melewati Frea dengan tatapan dingin. Untuk pertama kali seseorang tidak sopan padanya padahal orang-orang Batalyon senggang pada laki-laki itu. Untung istri.

Sky & LandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang