Part 7 | My Crush

61 6 0
                                    

"Diam atau saya kecup langsung. Hm." Ghazam menarik tangannya dari bibir Frea kemudian.

Frea tidak lagi buka suara, pipinya terasa panas.

Ghazam kemudian memasang 'kan jilbab putih di kepala perempuan itu. "Tutup mahkotamu, jangan biarkan siapapun yang melihat itu, kecuali saya." Laki-laki itu mencubit hidung Frea dengan lembut.

Tuk.

Tuk.

Keduanya menoleh saat suara ketukan dari luar terdengar.

"Saya ke luar dulu." Ghazam mengusap-ngusap kepala Frea membuat perempuan itu menangkis  tangan Ghazam pelan.

"Jangan sentuh kepala gue."

Ghazam melipat bibir, dan menghela. "Ada nasi goreng di meja." Laki-laki itu kemudian ke luar tanpa menunggu respon Frea.

Usai kepergian Ghazam ia melepas hijab yang terpasang di kepalanya. "Ngapain gue pakai jilbab, emang harus nurut? Selama ini gue nyaman dengan rambut yang terbuka, Momy sama Dady nggak ngelarang kok. Emang apa-apa selalu dia yang atur. Gue punya pilihan sendiri." Frea melempar jilbab putih di lantai.

***

Langit sudah petang. Frea baru selesai mandi, perempuan itu menggosok-gosok rambut dengan handuk putih. Ia mengenakan celana jeans sepaha dan kaos hitam sepaha. Hingga kulit putih susunya nampak.

Saat Frea baru ingin duduk di ranjang terdengar suara berisik dari luar. Penasaran, Frea berjalan ke luar, ia mengernyit saat melihat tiga laki-laki ke luar masuk rumahnya membawa sofa.

Frea berjalan mendekat ke arah ruang tamu. "Siapa yang suruh kalian bawa sofa ke sini?"

"Siap, Komandan Ghazam, Ibu," jawab salah satu  laki-laki itu.

Frea melipat tangan dan manggut-manggut. Laki-laki itu kemudian pergi lagi mengangkut sofa masuk. Frea menatap sofa panjang berwarna abu-abu, menyentuh kulitnya terasa lembut dan sedikit berbulu halus.

'Selera si Om-Om itu bagus juga yah. Kayaknya dia mempertimbangkan dari segi kualitas dan kenyamanan.'

Frea kemudian berjalan masuk kamar lagi, ia mengambil handphone di atas nakas. Lalu duduk bersila, jemari-jemarinya begitu lihai menggeser beberapa foto seorang laki-laki yang memiliki tai lalat di atas sudut bibir kanannya.

Tujuh tahun lalu.

Seorang perempuan berambut keriting yang diikat satu namun menyisahkan beberapa gerai di depan daun telinganya berjalan riang dengan bersiul. Hari ini, hari ulang tahunnya dan kado terindah yang ingin ia dapatkan adalah menjadi kekasih Kakak kelasnya. Darel.

Tepat di belakang sekolah, perempuan itu berhenti dan berdiri. Tidak ada orang atau siapapun di sekitarnya, hanya ada satu orang yang kini berdiri di depannya.

"Kak Darel gue mau ngomong sesuatu sama lo."

Laki-laki bertubuh tinggi itu melipat dua tangan di dada dan membungkuk. "Mau ngomong apa Fre? Lima belas menit yah. Gue masih ada urusan setelah ini soalnya."

Frea mengangguk, perempuan itu tertegun.

"Gue, ehm, gue." Frea tertunduk.

Darel mengangkat dua sudut bibirnya, laki-laki itu mengacak-acak rambut Frea dengan gemas. "Nggak usah takut, ngomong aja. Mau ngomong apa?"

"Kak Darel mau jadi pacar gue nggak?" Ia mengulurkan coklat batang bungkus ungu pada laki-laki di depannya.

Darel terdiam sejenak menatap dua mata coklat di depannya. Hingga satu tangan laki-laki itu mengambil coklat yang diulurkan. "Mau."

Sky & LandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang