Part 1 | Wet Suspect

97 6 0
                                    

Pukul satu dini hari, seorang gadis berjaket kulit hitam berjalan lunglai dengan satu puntung rokok terjepit di antara sela jari telunjuk dan jari tengahnya. Saat tubuhnya hampir tumbang seorang laki-laki bertubuh tinggi langsung membopong tubuhnya dari belakang.

"Gue masih mau party kena ... pa, di bawa pulang, kenapaaa."

"Cowo tampannya mana, mana! Cowo-cowo gue ... di mana mereka, aah sial"

"Aduh panas, gue mau buka baju, ambil es batu! Hey!" Ia memberontak kecil memukul-mukul punggung Satga membuat laki-laki itu terpaksa menurunkan dan mengambil lengannya menaruh di leher.

Tubuh perempuan itu tak mampu berdiri tegap lagi, kepalanya berputar dan dua matanya dipaksa untuk terbuka. Ia mabuk.

"Gue mau buka ba-"

"Jangan Nona, jangan!" tahan Satga - asisten pribadi Tua Maula menarik tangan perempuan itu yang sudah ingin melepas kancing kemejanya.

Dari sana perempuan berambut sanggul berlari menuruni tangga. "Ya ampun Nona Frea anda mabuk lagi." Setibanya di depan Satga, perempuan itu langsung mengambil alih lengan perempuan bernama Frea itu, mengaitkan ke lehernya.

"Lusyi itu lo? Ambilin gue air es, gue, gue, panas, haus. Ambilin sekarang." Frea menggoyangkan kepala ke kanan dan kiri, penglihatannya seperti berdiri di atas tanah yang gempa.

"Kok ada pesawat kecil melayang yah ha ha kayak siluman tokek. Lihat, syungggg." Frea menirukan gerakan pesawat dengan melayangkan tangannya ke kanan dan kiri.

Lusyi menatap Satga, "Tuan Besar Maula, tahu?" tanyanya khawatir.

Satga mengangguk kecil, ia menggerakkan dagunya ke samping kanan seolah menunjuk jika sosok Tuan Besarnya sudah tiba.

"Ouh, Tuan Besar Maula. " Nada suara Lusyi - asisten pribadi Frea jadi turun menatap dua mata elang di belakang Satga sudah menajam.

Laki-laki itulah yang menyuruh Satga untuk memata-matai Frea, dan benar sesuai dugaannya, perempuan itu sudah melanggar peringatan terakhirnya, bukan cuman sekali tapi sudah lima kali.

Tuan besar Maula berjalan dan berdiri di samping Satga. "Frea memang sudah di luar batas."

Frea menghisap rokoknya dua matanya menangkap kabur sosok laki-laki berjas hitam di depannya. Perempuan itu menghembuskan asap ke luar dari mulutnya.

"Ah tam ... pan. Tapi kok tua? Laki-laki itu siapa Lusyi?"

"Apa perlu buka baju."

"Nona, jangan!" Lusyi langsung menahan tangan Frea dan memberi kode pada Satga lalu laki-laki itu segera memegangi dua tangan Frea.

"Aduh kenapa jadi di tahan sih, ini siapa lagi, Ah! Panas tahu!"

"Lagi, lagi dan lagi! Kamu melanggar, Daddy sudah kasih peringatan terakhir. Tapi memang diotakmu itu cuman mabuk-mabuk 'an tiap hari."

"Ouh itu Daddy ... toh? Ki-rain Om - Om gatel ha ha. Siapa bilang tiap hari mabuk ... Dad, cuma tiga kali seminggu kok. Ouh iya, gimana kabar selingkuhan Daddy?" nada suara Frea melayang-melayang bagai orang yang baru bangun tidur.

"FREA!" Dua mata Tuan Maula membesar, tangannya terkepal kuat. Satga dan Lusyi yang menyadari itu saling lempar pandang.

Lusyi mencoba menenangkan Frea dengan bisikan tapi perempuan itu tetap bicara lepas.

"Aduh Daddy kenapa marah sih, Frea cuman nanyain kabar. Anaknya ... udah gede yah? Segede FRE-"

Pak!

"Tuan Maula!"

"Daddy!"

Satga dan Rasa - Mommy Frea menghampiri Tuan Maula yang tersungkur di lantai memegangi dadanya, sedang Frea memegangi pipinya yang memerah karena tamparan. Rasa terbangun dari tidurnya karena mendengar suara kegaduhan diluar hingga ia berada di ambang pintu tadi sudah mendapati sang suami tersungkur.

Sky & LandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang