Part 3 | Saya Suamimu

83 5 0
                                    

'Gue tahu umur dia pasti kisaran 26 atau nggak 27 ke atas.'  Frea menatap punggung laki-laki itu.  Berpikir sambil menggerakkan bibir ke kanan dan kiri.

"Ghazam," jawabnya singkat. Tidak peduli dengan panggilan 'Om' perempuan itu padanya.

Tringgggg.

Tringgggg.

Ghazam berbalik menatap Frea. "Masuklah duluan, saya ada urusan sebentar."

Frea mengangguk, dan Ghazam berjalan ke belakang sambil mendekatkan benda pipi di telinganya.

Saat ingin masuk, langkah Frea terjeda menatap tiga koper, dan satu tas ransel yang masih berada di luar. Ia mendengus. "Ini masalahnya gue males hidup mandiri, kan ribet. Besok-besok mau nyewa pembatu di sini."

Frea menarik satu persatu kopernya masuk dengan kekuatan yang ia bisa, hingga ransel terakhir sudah masuk. Ia menghembuskan napas pasrah, cukup berat dan sedikit menguras tenaga. 

Ia kembali menghela melalui mulut, menatap ke beberapa sudut ruangan yang dindingnya di cat putih seperti baru, dan beberapa ruang masih kosong.

Frea berjalan masuk lagi dan menemukan satu ruangan yang di dalamnya sudah ada ranjang  berlapis tiga, lemari coklat menyamping dengan kaca full di tengahnya.

Selain itu ada televisi juga berdepanan dengan ranjang yang di tempel di atas dinding, di bawah televisi, ada meja yang di atasnya ada rak buku yang tersusun rapi.

Kamar itu juga terkesan elegan dan tenang, ada karpet bulu warna ungu tua yang ditaruh di bawah tepat samping ranjang, kamarnya cukup luas.

Kesenangan Frea bertambah saat melihat AC di samping kirinya. Entah kenapa, menatap selimut abu-abu yang dibentangkan di atas ranjang membuatnya ingin mencoba untuk berbaring. Perempuan itu membuang tubuh ke atas ranjang. Dingin, lembut, dan wangi. Aroma bunga lavender menyeruak masuk ke penciumannya. Frea memutar tubuh ke kanan dan kiri, rasanya nyaman sekali.

Lain sisi, Ghazam masih berdiri di luar tepatnya di samping pohon mangga.

[Frea nggak bandel 'kan sama kamu? Anaknya itu susah diatur, kadang-kadang keras kepala susah dibilangin, dia nggak nakal 'kan?]

[.... ]

"Dia baik, Om."

"Ghazam."

Mendengar suara seseorang dari belakang, Ghazam berbalik, ia melepas benda pipi yang menempel di telinganya.

"Om Maula."

Tuan Maula berjalan ke hadapan Ghazam, "Saya datang ke sini karena ingin menyampaikan sesuatu padamu."

"Perjodohan ini mungkin sedikit canggung untukmu. Saya tahu, kamu baru mengenal Frea, bahkan belum tahu sikap aslinya. Tapi saya harap, kamu bisa menerimanya, dia memang anak yang nakal dan keras kepala. Tapi Frea tidak bisa melihat luka. Suatu hari, kamu akan paham maksud saya."

Maula memegang pundak Ghazam. "Hari ini saya menyerahkan tanggungjawab Frea padamu. Saya memilihmu untuk menjaganya." Laki-laki itu kemudian melepas pegangannya dari pundak Ghazam.

Dua mata Maula menatap serius Ghazam. "Saya meminta satu permohonan lagi darimu."

Ghazam terdiam menunggu lanjutan ucapan Maula.

"Ubah pribadi Frea, perbaiki. Ajarkan ia tentang agama, kenalkan ia pada Tuhan, ajarkan ia sholat. Dan jadikan dia perempuan yang berakhlak mulia."

"Berjanjilah pada saya, kamu akan mengubah Frea, Ghazam."

Sky & LandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang