9. Rencana Pindah

26 5 1
                                    


"Mau apa lagi kamu kesini, hah?!"

Ini sudah 3 hari Reiga terus mendatangi rumah Anindya sejak wanita itu pulang dari rumah sakit. Semenjak kejadian hari itu, Anindya langsung meminta pulang. Walaupun dokter sempat tidak mengizinkan, namun Anindya memaksa agar diizinkan pulabg dan berobat jalan saja di rumah.

Akhirnya Dokter mengizinkan setelah Respati dan Tyas ikut membujuk Dokter. Anindya sudah memberitahu semuanya pada orang tuanya dan Respati tentunya sangat marah. Saat Reiga mendatangi kamar rawat inap Anindya untuk menjelaskan, Respati langsung memberinya bogeman mentah pada Reiga.

Setelah Anindya pulang dari rumah sakit, Reiga terus mendatangi rumahnya dan menunggu dari pagi hingga malam. Padahal tak ada seorang pun yang keluar untuk menemui Reiga. Namun ini sudah yang ketiga kalinya, Respati muak.

"Om, saya mohon izinkan saya untuk menemui Anin. Ada hal yang harus saya jelaskan sama Anin."Mohon Reiga dengan wajah lelahnya.

Kedua kantung matanya yang terlihat jelas menandakan bahwa Reiga sangat kelelahan, wajahnya sedikit pucat. Tiga hari ini Reiga terus mendatangi rumah Anindya dan menunggunya dari pagi hingga malam hingga dirinya kurang istirahat. Bahkan Reiga tidak pulang ke rumah karna ia masih marah dengan Rianti.

"Tidak ada hal yang dijelaskan. Apa kamu tuli sehingga tidak mendengar apa yang saya bicarakan sama kamu waktu itu? Jangan temui anak saya lagi. Anak saya juga tidak ingin bertemu kamu. Dia sangat membenci kamu."Ujar Respati.

Reiga menggelengkan kepalanya,"Enggak Om. Saya ingin bertemu Anin. Saya mau minta maaf atas perkataan Bunda saya hari itu. Saya juga tidak menyangka Bunda akan berbicara begitu pada Anin, saya mohon Om izinkan saya bertemu Anin."

"Perkataan Ibu kamu itu sangat menyakiti perasaan keluarga saya. Saya tidak terima anak saya dikatai wanita murahan dan calon cucu saya dikatai anak haram. Walaupun saya mengakui bahwa Anin memang salah, tapi Anin bukanlah aib keluarga."

"Kalau Ibu kamu tidak merestui hubungan kamu dan Anin, ya sudah tidak apa-apa. Toh saya juga tidak setuju kamu menikah dengan anak saya. Laki-laki seperti kamu tidak pantas untuk anak saya. Apalagi kamu adalah teman si bajingan itu, saya tidak percaya kamu serius dengan Anin dan bisa membahagiakan Anin. Pasti kamu ada niat terselubung kan? Ngaku kamu?!"Maki Respati.

"Nggak Om. Saya tidak ada niat buruk sama Anin. Saya serius sama Anin. Saya sangat mencintai Anindya. Bahkan saya sudah menganggap anak yang dikandung Anin adalah anak saya sendiri."Ujar Reiga.

Respati tertawa,"Sudahlah tidak usah bersandiwara lagi. Ibu kamu saja tidak ingin mengakui Anin dan calon anaknya sebagai bagian keluarga kalian. Bagaimana nasib Anin nanti kalau kalian menikah? Kamu mau Anin semakin stress?"

"Lebih baik kamu lupakan Anin dan lanjutkan hubungan kamu dengan wanita itu. Saya masih mampu membahagiakan anak dan calon cucu saya sendiri. Saya yakin pasti nanti akan ada laki-laki yang tulus menerima Anin dan keluarga mertuanya yang sayang sama Anin. Jadi saya mohon jangan ganggu keluarga kami lagi, saya hanya ingin Anin bahagia."

Respati menepuk pundak Reiga sekilas lalu masuk ke dalam rumahnya kembali.

Reiga menggelengkan kepalanya, membayangkan bila nanti Anindya bertemu dengan laki-laki lain dan berhasil membangun keluarga kecil yang bahagia. Mendengar suara anak kecil yang memanggil lelaki itu dengan sebutan Ayah membuat Reiga menggeleng keras tidak ingin hal itu terjadi.

Hanya Reiga yang akan menikah dengan Anindya. Dan hanya Reiga yang akan dipanggil Ayah oleh anak mereka nanti. Reiga tidak ingin ada penyesalan untuk kedua kalinya, jadi kali ini Reiga harus berjuang keras untuk mendapatkan Anindya.

"Saya tidak akan menyerah Om. Saya akan terus memperjuangkan Anin sampai kapan pun itu."

"Gue yakin lo pasti denger gue, Anin. Gue gak akan nyerah. Gue akan terus perjuangin lo dan buktiin sama lo kalau cinta yang gue miliki tulus, bukan main-main."Teriak Reiga dari luar.

REIGA : The Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang