"Danu, makasih kamu udah repot-repot nemenin aku check up. Padahal aku bisa sendiri."Ujar Anindya merasa tak enak.
Hari Rabu memang jadwal Anindya untuk check up kandungan. Biasanya Anindya selalu ditemani oleh Tyas, namun hari ini kebetulan restorant sedang ramai-ramainya dan Tyas tidak bisa meninggalkan restorant menggantikan suaminya yang sedang pergi menemui rekan bisnisnya.
Tyas menyuruh Danuar menggantikan dirinya untuk menemani Anindya. Danuar sama sekali tak keberatan, apapun itu untuk Anindya, Danuar siap. Mereka sudah se-percaya itu pada Danuar, karna memang Danuar bagian dari keluarganya. Danuar adalah sepupu Anindya, tak heran bila Danuar dekat sekali dengan keluarga Anindya.
"Lo gak ngerepotin gue, Nin. Gue selalu siap kapan pun asalkan buat lo."Danuar mengedikan sebelah matanya genit.
Anindya bergidik ngeri lalu keluar dari mobil Danuar. Lelaki itu segera menyusul Anindya lalu mengenggam tangannya memperlihatkan gelang couple yang masih mereka pakai hingga sekarang.
"Diem Nin, gue pegang lo biar lo gak kabur. Sekalian gue mau pamer gelang couple kita."Bisik Danuar.
"Tapi Danu, kita bukan pasangan. Kalau nanti orang-orang salah paham gimana?"
"Ya biarin aja. Toh mereka gak kenal kita, kan?"
Ah, terserah Danuar saja lah. Anindya terlalu malas menanggapi ucapannya. Mereka memasuki koridor rumah sakit lalu berjalan menuju area dokter kandungan. Sesampainya disana, bangku dipenuhi oleh ibu-ibu hamil yang ditemani oleh suami mereka. Danuar menuntun Anindya duduk di salah satu bangku yang kosong.
"Itu suaminya, Mbak?"Tanya salah satu ibu hamil di sebelah Anindya.
"Ah bukan. Itu sepupu saya."
"Sepupu tapi terlihat seperti seorang suami. Cocok banget Mas dan Mbak-nya."
"Jangan bilang gitu sayang, kalau nanti suaminya dengar bisa sedih loh."Kata suami wanita itu.
"Ah iya, Maaf ya Mbak. Kalau boleh tau suaminya kemana? Kok sepupu Mbak-nya yang nemenin."Tanya Wanita itu penasaran.
Anindya tersenyum tipis,"Suami saya lagi ada dinas di luar kota."
"Ah begitu.. Yang sabar ya Mbak. Saya doakan semoga suami Mbak cepat pulang. Pasti Mbak kangen sekali sama suaminya kan?"
Anindya tersenyum kecut. Yang ada di pikirannya saat ini adalah Gino. Ayah biologis dari anak yang dikandungnya dan laki-laki yang harusnya menjadi suaminya. Entah ada dimana keberadaan laki-laki itu sekarang, Anindya tak tahu. Sampai saat ini saja Gino masih tidak peduli dengan dirinya, bahkan dengan darah dagingnya sendiri.
"Ibu Anindya."
Anindya tersadar saat namanya dipanggil. Ia masuk ke dalam diikuti Danuar di sampingnya.
•••
"Reiga, Reiga!"
Kinara memanggilnya dengan suara terengah-engah setelah berlarian mencari keberadaan Reiga. Saat melihatnya, Kinara langsung saja memanggilnya. Kinara yakin saat Reiga tahu informasi ini, Reiga akan senang sekali.
Reiga memberikan sebotol air mineral pada Kinara yang langsung diterima wanita itu,"Makasih Rei, aku minum sebentar."
"Kenapa Ra? Ada masalah di bangsal nomor berapa?"
Kinara menggeleng,"Bukan itu! Saat aku menemani pasien jalan-jalan, aku liat Anindya di bangku poli kandungan. Anindya ada di rumah sakit ini, Rei. Kita berhasil menemukan Anin."
Reiga terkejut. Jantungnya berdegub kencang bercampur rasa gugup, bahagia dan rindu. Kedua matanya berkaca-kaca menandakan bahwa ia sangat menantikan momen ini. Akankah Rumah sakit tempat pelatihannya kini yang berada di Yogyakarta menjadi tempat pertemuan kembali dirinya dan Anindya?
KAMU SEDANG MEMBACA
REIGA : The Perfect Husband
Chick-Lit"Gino, aku hamil." "Nggak Nin. Kamu pasti lagi prank aku. Kamu gak mungkin hamil. Kalau pun kamu hamil itu bukan anak aku." Disaat Gino, kekasihnya lari dari tanggung jawabnya. Ada seorang lelaki yang datang padanya, lelaki itu adalah Reiga. Teman d...