10. Kehidupan Baru

25 8 1
                                    

DIY Yogyakarta, Indonesia.

Hampir sebulan Anindya tinggal di kampung halamannya. Jujur Anindya merasa aman, nyaman dan tenang sekali berada disini. Karena tak ada siapapun yang mengenalinya dan tak mengetahui kehamilannya.

Walaupun ini tempat tinggal dirinya dahulu saat masih kecil, namun tak ada yang mengenali mereka karna mereka sekarang tinggal di rumah yang baru. Bukan di rumah yang lama. Lebih tepatnya mereka tinggal di dekat Restorant milik Respati, agar lebih dekat dan tidak perlu keluar biaya transportasi lagi.

Ayahnya memang mempunyai bisnis Restorant yang besar dan terkenal, pusatnya di Jakarta dan cabangnya sudah di beberapa kota dan provinsi. Salah satunya di Yogyakarta ini. Itulah alasan kenapa Respati memilih Yogyakarta sebagai tempat tinggal mereka yang baru. Selain karna Yogyakarta adalah kampung halamannya, Respati juga bisa mengurus cabang Restorant miliknya disini.

Seperti sekarang, Anindya sedang membantu Respati dan Tyas untuk melayani para pelanggan dan mengantarkan makanan. Kebetulan Restorant sangat ramai dan Anindya merasa bosan di rumah. Padahal kedua orang tuanya sudah melarang dirinya untuk ikut dan istirahat saja di rumah.

"Anin, udah ya, kamu pulang aja. Bunda takut kamu kecapekan. Ingat loh, kata dokter kamu harus full istirahat karna kondisi kandungan kamu masih muda."Ujar Tyas khawatir.

"Tapi Bunda, Anin gak capek. Anin malah merasa senang. Anin bosan tidur terus di rumah. Gak ada siapapun yang bisa Anin ajak ngobrol."Balas Anindya.

Tyas menghela nafasnya,"Oke, tapi siang nanti langsung pulang ya. Udah dua minggu kamu terus kerja disini dari pagi sampai sore, Bunda cuma gak mau kamu kecapekan. Kasian cucu Bunda. Kamu udah janji kalau kamu bakal jaga anak kamu, kan?"

Anindya menundukkan kepalanya sambil mengusap perutnya. Anindya tersenyum tipis,"Iya Bunda. Nanti siang Anin pulang."

Tyas tersenyum,"Yaudah duduk dulu. Dari tadi kamu berdiri terus, nanti kaki kamu keram."

"Iya Bunda. Oma cerewet banget ya, dek."Gumam Anindya sambil mengusap perutnya.

Tyas hanya menggelengkan kepalanya lalu pergi ke dapur untuk membantu karyawan yang lain mempersiapkan bahan makanan.

Anindya menghela nafas bosan karna belum ada pelanggan lagi yang datang. Ia memainkan ponselnya menghilangkan rasa bosan tanpa menyadari ada seorang lelaki bertubuh tegap dan menjulang tinggi di hadapannya.

Lelaki itu tersenyum kecil melihat sang wanita yang terus menatap ponselnya. Lelaki itu berlutut mensejajarkan tubuhnya dengan meja kasir lalu mengetuk meja tersebut.

"Permisi mbak, saya mau pesan boleh?"

Anindya sontak menyimpan ponselnya sembarang dan menatap laki-laki di hadapannya yang tersenyum tengil. Anindya berdecak kesal,"Ih ternyata kamu, Danu. Aku kira pelanggan beneran."

Danuar tertawa kecil lalu berdiri tegak kembali menghadap Anindya yang terlihat bete,"Makanya kalau kerja tuh yang bener. Jangan main hp terus. Ada pelanggan datang jadi gak sadar, kan. Untung gue yang datang loh."

"Iya-iya, aku salah. Jangan ganggu aku, pergi sana ah. Aku sibuk."

"Sibuk main hp?"

"Ih terserah kamu lah!"

Danuar tertawa kembali. Memang sudah kebiasaan dirinya membuat wanita ini kesal. Gemas sekali melihatnya.

"Lagian, gue datang bukan untuk gangguin lo. Gue emang mau pesan."

"Yaudah mau pesan apa?"Anindya memberikan buku menu pada Danuar.

"Gue mau pesan lo."Danuar menatap Anindya dengan dalam.

REIGA : The Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang