Bab 1: Melodi Kesepian

57 6 3
                                    

Matahari pagi menyinari desa kecil yang terletak di tepi danau yang tenang, menciptakan bayangan panjang di atas jalan-jalan berkerikil. Dimas Ardian, adalah seorang siswa menengah atas kelas sebelas, dengan rambut hitam legam dan mata yang dalam, duduk di depan piano tua di ruang tamu rumah bibinya. Jari-jarinya yang lincah menari di atas tuts, mengalirkan melodi yang penuh emosi dan kedalaman sebagai cara Dimas untuk mengekspresikan perasaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.

Bibi Reni, wanita paruh baya dengan senyum lembut, mengamati Dimas dari dapur. Dia tahu betapa pentingnya musik bagi Dimas, betapa setiap nada yang dimainkan adalah cerminan dari jiwanya yang terluka. Setelah sekian lama merawat Dimas, ia melihat perubahan kecil namun signifikan dalam diri keponakannya itu. Dimas, yang dulunya pendiam dan tertutup, kini mulai menunjukkan tanda-tanda keberanian dan tekad untuk berubah.

Setelah menyelesaikan lagu terakhirnya, Dimas menghela napas panjang dan menutup tutup piano dengan lembut.

"Dimas, sini sarapan dulu," panggil Bi Reni.

Dimas menoleh dan tersenyum tipis. "Ya, Bi, sebentar lagi."

Dengan langkah yang ringan, Dimas berjalan menuju dapur, siap menghadapi hari baru dengan harapan dan impian yang perlahan mulai tumbuh.

Duduk di meja makan, Bibi Reni menyajikan sepiring nasi goreng dan telur mata sapi.

"Ini, makan dulu sebelum kamu berangkat ke sekolah," ucap Bi Reni sambil tersenyum.

"Makasih, Bi," jawab Dimas dengan suara lembut, sambil mengambil sendok dan mulai makan.

Bi Reni duduk di seberang meja, memperhatikan Dimas dengan penuh perhatian.

"Kamu kelihatan lebih bahagia akhir-akhir ini. Apa ada sesuatu yang membuat kamu senang?" tanya Bi Reni.

Dimas mengangguk perlahan. "Musik, Bi. Musik selalu membuat Dimas merasa lebih baik."

"Dhea bagaimana?" tanya Bi Reni dengan tatapan penuh pengertian.

Dimas tersenyum malu-malu.

"Dhea... dia sangat ceria. Melihat dia membuat Dimas ingin berubah, dan menjadi lebih baik," ucap Dimas


Bi Reni mengangguk setuju.

"Niat kamu bagus, Dimas. Dhea memang gadis yang baik. Tapi ingat, perubahan harus datang dari dalam diri kamu sendiri. Kamu harus melakukannya untuk diri kamu sendiri, bukan untuk orang lain."

"Dimas mengerti, Bi. Dimas akan berusaha," ucap Dimas penuh dengan keyakinan.

Setelah sarapan, Dimas bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Dia mengenakan seragamnya dan mengambil tas sekolahnya.

****

Sesampainya di sekolah, Dimas duduk di bangku kelasnya, mendengarkan pelajaran dengan seksama. Tapi pandangan nya teralihkan ke arah Dhea. Bagaimana keceriaan dan semangat gadis itu bisa mempengaruhinya sedemikian rupa? Dia tahu, meski hubungan mereka tidak akan selalu berjalan mulus, Dhea adalah sosok yang sangat berharga dalam hidupnya. Bagi Dimas kelas sebelas ini terasa seperti babak baru dalam hidupnya.

Ketika bel sekolah berbunyi, menandakan waktu istirahat, Dimas melihat Dhea di halaman sekolah. Dengan semangat, dia menghampiri gadis itu.

"Dhea!!!," tegur Dimas dengan penuh semangat.

Dhea menoleh dan tersenyum. "Hai, Dimas. Apa kabar?"

"Baik. Aku mau ucapin terima kasih," kata Dimas dengan tulus.

"Terima kasih buat apa?" tanya Dhea bingung.

"Makasih karena kamu selalu mendukung dan membantu aku," jawab Dimas dengan jujur.

Dhea tersenyum lembut.

"Aku senang bisa membantu kamu Dimas. Kita semua punya masa lalu, tapi yang penting adalah bagaimana kita menghadapi dan mengatasinya," ucap Dhea sambil mengelus kepala Dimas.

Dimas mengangguk dan tersenyum kepada Dhea, merasa lebih kuat dari sebelumnya. Dia tahu jalan yang akan ditempuh tidak akan mudah, tetapi dengan musik di hatinya dan bayangan Dhea di pikirannya, Dimas merasa lebih kuat dari sebelumnya. Masa depan masih penuh ketidakpastian, namun untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, Dimas merasa siap untuk menghadapi apa pun yang datang.

BERSAMBUNG

Hai guys

Untuk pertama kalinya aku menulis, mohon maaf jika ada salah kata yaa, karena aku bukan profesional melainkan pemula.

Jangan lupa vote, komen dan share yaa, biar aku semakin semangat buat nulis
Terima kasih.

dearlylili

Silent PresenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang