Bab 8

125 24 14
                                    

Langkah kaki Alody kini dengan susah payah mengikuti langkah kaki seorang lelaki dihadapannya. Mereka menyusuri koridor lantai satu dengan telapak tangan Aidan yang melingkar erat dipergelangan tangan gadis itu.

"Mampus" dalam hati Alody tak henti-hentinya menyumpah serapahi dirinya sendiri. Bagaimana tidak, seseorang yang seharusnya tak ia usik, kini dirinya malah membuat masalah dengan orang tersebut.

Aidan membawa Alody ke koridor yang sangat sepi, tak ada seorang pun yang ada disana. Alody merasa was-was, apa yang akan dilakukan orang ini padanya?, apakah ia akan langsung dibunuh. Sedang asik memikirkan kemungkinan-kemungkinan apa yang akan terjadi padanya, Alody tiba-tiba merasakan punggung nya menghantam sebuah permukaan keras.

Aidan mendorong gadis itu kedinding dan mengukungnya disana, matanya menatap tajam gadis yang ada dihadapannya ini, nafasnya juga menderu dikarenakan emosi yang memuncak.

Alody hanya dapat menunduk ketakutan, tatapan mata itu, uh jika ini adalah dunia komik, mungkin mata itu akan digambarkan dengan pancaran sinar laser yang keluar dari bola matanya.

Aidan memandang heran tubuh gadis itu yang bergetar, apakah ia semenyeramkan itu sampai gadis ini sangat ketakutan?

"Lo-" belum selesai Aidan bersuara, gadis depannya ini lebih dulu menyela.

"M-maaf, aduuhh, beneran deh, aku gak sengaja" Alody menyatukan kedua tangannya meminta ampun dengan mata yang terpejam erat, sungguh dirinya sangat takut sekarang.

Melihat tingkah gadis dihadapannya ini, entah mengapa membuat kedua sudut bibir Aidan berkedut. Pemuda itu berusaha mempertahankan raut wajahnya agar tetap datar.

"Lo kalo bicara yang bener, tatap lawan bicara lo"

"Gak mau ah, muka kamu serem"

"Buka mata lo dan liat semenyeramkan apa muka gue" suara pemuda itu menajam, yang mana makin membuat Alody ketakutan.

Mampus, salah bicara. Alody menjerit dalam hatinya, merutuki mulutnya yang sangat kurang ajar.

Alody membuka sebelah matanya dengan takut-takut, dan kemudian diikuti dengan mata sebelahnya lagi. Kedua mata gadis itu kini menatap tepat pada mata hitam legam dihadapannya.

Oh my God, sebelumnya Alody tidak terlalu memperhatikan rupa pemuda dihadapannya ini. Tetapi kini ia dapat dengan jelas melihatnya, wajah tampan ini membuat dirinya terpesona.

Gadis itu menatap takjub ciptaan tuhan dihdapannya itu. Memang, tidak ada yang bisa menampik pesona seorang protagonis, mereka selalu diciptakan dengan sebuah kesempurnaan sedangkan yang lain hanya seorang pembantu yang dibuat untuk makin menyempurnakan mereka.

Tiba-tiba pemuda dihdapannya ini memajuka wajahnya, mengikis jarak antara mereka berdua. Hal itu sontak membuat Alody tersadar dari keterpukauannya.

Seketika alarm dalam tubuhnya menyala, tanda bahwa ia harus waspada. Mata gadis itu terpejam takut dengan kedua telapak tangannya mendarat tepat di atas dada bidang Aidan guna menahan jarak mereka agar tidak semakin terkikis.

Akan tetapi usahanya itu sia-sia, tenaga Aidan tentu lebih besar darinya "buka" ucap Aidan tepat di telinga kanan Alody.

Alody mengerjapkan matanya bingung, apa maksudnya?, apa yang harus dibuka?. Gadis itu kebingungan sekarang, belum lagi detak jantungnya yang berpacu sangat cepat seakan-akan ingin meledak sekarang.

Nafas beraroma mint pria itu dapat ia rasakan menerpa pipi kanannya, Alody tidak berani berbalik untuk menatap wajah itu

Mendapat keterdiaman gadis dihadapannya ini, Aidan kembali bersuara "seragam gue, buka" ucapnya lagi dengan suara memberat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Becomes An Extra In The NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang