Ketika hendak membuka matanya, Alody samar-samar mendengar perbincangan yang dilakukan oleh dua orang, dari suaranya dapat Alody tebak kalau mereka adalah sepasang pria dan wanita.
Suara sang wanita dapat Alody tebak jika itu adalah mamanya, walaupun ia belum lama berada di dunia ini tetapi dia sudah hafal akan suara wanita paruh baya tersebut, tetapi untuk sang pria ia tidak tahu itu siapa, seorang dokter? Eemm dia tidak yakin sebab suaranya berbeda dengan dokter yang datang tadi, atau mungkin dokter yang lainnya? Entahlah dia tidak mau ambil pusing.
"Pah, apa sebaiknya kita pindahin aja ya sekolahnya Alody" itu suara mamanya.
Terdengar helaan nafas kasar dari sang lawan bicara, Rayhan atau papa Alody, mereka berdua tengah duduk di sofa yang berada di sudut ruangan tersebut.
Sembari memijit pelipisnya Rayhan berucap "iya, mah, papa juga maunya gitu, papa kira kehidupan Alody baik-baik saja berada di lingkungan baru, ternyata tidak" ujarnya sembari tertunduk lesuh.
Ha? Apa maksudnya?, batin Alody bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi?, dirinya bingung, memangnya apa yang telah menimpa sang pemilik tubuh ini sehingga harus berpindah sekolah?.
"Iya, mama kira keadaannya selama ini baik-baik saja, ternyata anak kita sangat pandai menyembunyikannya"
"Nanti biar papa aja yang urus perpindahannya, sekaligus papa mau minta keatasan papa biar dipindahin balik ke kantor pusat supaya kita bisa balik lagi ke Jakarta".
Begitu pembicaraan itu selesai, tak lama terdengar sebuah suara dari brankar Alody, ternyata gadis itu sudah bangun, segeralah kedua orang tua itu mendatangi putri mereka.
"Alody sayang, pelan-pelan aja bangunnya" peringat Rayhan sembari membantu anak gadisnya itu untuk mengambil sikap duduk, tak lupa pula ia meninggikan bagian kepala brankar agar Alody dapat bersandar dengan nyaman.
Alody menatap bingung orang di depannya, dengan peka sang mama pun menjelaskan "ini papanya Alody" ujarnya sembari menunjuk sang suami.
Alody menatap Rayhan dengan lamat "papa?".
"Iya, papa, papanya Alody, Alody ada ngerasa sakit nggak?" Tanya Rayhan dengan tangan yang terangkat mengelus lembut kepala gadis itu yang terperban.
Alody hanya menggelengkan kepalanya pelan "mau minum aja, haus" ucapnya.
Dengan segera Atika menuangkan air kedalam gelas, lalu membantu gadis itu minum dengan perlahan, setelah Alody selesai minum ia mengambil gelas itu dan meletakkannya kembali ke tempat semula.
"Alody, papa ada bawa buah, kamu mau?" Rayhan memperlihatkan buah-buahan yang dibelinya pada saat menuju rumah sakit tadi.
"Ini ada apel, anggur sama jeruk, kamu mau yang mana?" Tanya Rayhan
"Apel aja" mendengar jawaban sang putri, dengan segera Rayhan mengupas buah apel tersebut kemudian mengirisnya menjadi beberapa bagian, lalu memberikannya kepada Alody.
Rayhan memperhatikan anaknya yang sedang memakan apel sembari mengelus kepalanya. Anaknya ini mengalami amnesia akibat benturan yang terjadi dikepalanya, dirinya tidak tahu, apakah ia harus senang atau sedih, senang karena putrinya tidak mengingat kejadian kelam yang menimpanya, dan sedih karena anaknya tidak mengingatnya dan juga istrinya.
Ia mengira dengan pindahnya mereka dari Jakarta ke kota Bandung dapat membuat hidup putri mereka menjadi lebih baik dengan lingkungan baru, namun ternyata dugaannya salah besar, putri kecil kesayangannya ini malah lebih menderita.
Saat mendapat kabar bahwa putrinya dilarikan ke rumah sakit, hatinya sangat hancur, apalagi melihat anaknya berada di ruang operasi, ia sangat sedih ketika mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada putrinya.
Putrinya ternyata mengalami perundungan selama bersekolah disalah satu sekolah top di Bandung. Gadis itu mengalami perundungan sejak kelas 10 hingga sekarang sudah memasuki semester awal kelas 12. Dan puncaknya ketika gadis itu dirundung di toilet lantai 3 tempat dimana ruangan kelas 12 berada. Disana putrinya dirundung habis-habisan, kepalanya dibenturkan dengan sangat keras hingga darah bercucuran banyak, dan kemudian dikuncikan didalam toilet tersebut, beruntung ada seorang siswi yang menemukannya, jika tidak Rayhan tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi kepada putrinya itu.
Rayhan ingin menuntut pertanggung jawaban pada pihak sekolah dan pelaku perundungan, namun apalah daya orang yang dilawannya adalah orang besar yang tidak bisa diganggu, ia tidak bisa berbuat apa-apa untuk putri tersayangnya ini.
Mengingatnya saja membuat Rayhan sedih "papa kenapa?" Tanya Alody ketika mendengar helaan nafas kasar yang keluar dari mulut ayahnya itu.
Rayhan yang tersadar dari lamunannya itu hanya menggeleng pelan dan tersenyum sebagai jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh putrinya.
Alody terus memakan buah apel itu dengan sangat khidmat, memasukkan irisan buah itu satu persatu ke dalam mulutnya, hingga seketika gadis itu teringat akan sesuatu.
Setelah memasukkan irisan buah apel terakhir kedalam mulutnya, Alody bertanya kepada sang ayah "oh iya pa, Alody mau tanya boleh gak?".
"Tanya apa sayang?" balas Rayhan dengan tangan yang terus mengelus rambut lembut Alody.
"Alody kok bisa masuk rumah sakit, mana sampe diperban kek gini, emang sebelumnya Alody kenapa?" dengan tangan yang memegang kepalanya Alody menatap sang ayah, menanti jawaban yang keluar dari mulut pria itu.
"Kalo kata guru, kamunya jatuh dari tangga, guling-guling gitu, terus kepalanya ke bentur, makanya bisa sampe di perban kayak gini. Kamunya sih, ceroboh banget, sampe luka kan, untung gak parah-parah banget, ya walaupun jadi lupa sama papa" jelas Rayhan sembari menghela nafas kasar dengan wajah cemberutnya.
Alody hanya mengangguk mendengarnya "terus sekarang kita dimana?" Kembali gadis itu bertanya.
"Lagi di Bandung sayang" bukan Rayhan yang menjawab, melainkan Atika.
"Buah apelnya udah habis, Alody mau papa kupasin lagi apelnya atau mau makan yang lain?" Rayhan kembali menimpali, bertanya kepada sang putri. Alody menunjuk buah jeruk, setelahnya Rayhan segera mengupas buah tersebut dan memberikannya kepada Alody yang disambut dengan senang hati oleh gadis itu.
___
02/08/2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Becomes An Extra In The Novel
Novela JuvenilAlody memasuki dunia novel sebagai seseorang yang entah secara kebetulan atau bagaimana memiliki nama yang sama dengannya, baik itu nama depan, tengah dan nama belakang. Ia berperan sebagai sosok figuran yang merupakan siswi pindahan di sekolah temp...