Bab 7

1.6K 143 9
                                    

Derap langkah itu berpacu cepat dari arah halte bus, seorang gadis kini berlari cepat, membuat tas ransel biru mudanya ikut terantuk-antuk, langkah kakinya menuju gerbang sekolah. Sial, sungguh sial dirinya hari ini, Alody hampir terlambat ke sekolah.

Derap langkah itu makin cepat ketika melihat satpam sekolah hendak menggeser gerbang itu agar tertutup "TUNGGU PAK!" Teriaknya menghentikan satpam itu.

Dengan nafas ngos-ngosan Alody berdiri tepat di hadapan satpam itu. Tubuhnya sedikit merunduk dengan tangan kirinya yang bertumpu pada lutut dan tangan kanannya berpengangan pada gerbang. Alody mencoba mengatur nafasnya agar kembali stabil

Setelah selesai, ia pun berdiri tegak, mengucapkan terima kasih pada pak satpam itu karena telah membiarkannya masuk. Langkah kaki itu kini melangkah cepat menuju kelasnya karena bel masuk sudah berbunyi

Sesampainya di depan pintu kelasnya, tangannya terangkat meraih gagang pintu itu, lalu mendorongnya pelan sembari mengintip apakah guru sudah masuk atau belum. Beruntung didalam sana belum ada guru, jadi dirinya bisa lebih santai ketika memasuki kelas.

"Pagi semuanya" sapanya dengan menunjukkan senyum manisnya kepada teman-teman sekelasnya. Sapaan itu disambut baik oleh mereka dan dibalas dengan tidak kalah ramahnya.

"Kenapa bisa telat?" Tanya Indira ketika melihat gadis itu sudah duduk disampingnya

Dengan menghela nafasnya kasar Alody pun menjelaskan "tadi tuh aku kan udah pesen gojek, pas udah deket gojeknya eh abangnya tiba-tiba cancel, jadinya mesan lagi yang lain, terus nunggunya lama banget karena jarak abangnya lumayan jauh, jadinya telat deh"

"Om Rayhan emang kemana?" Indira kembali bertanya

"Papa udah berangkat pagi-pagi banget tadi, keknya ada masalah deh dikantor, akhir-akhir ini juga keliatan sibuk banget" Indira hanya berohria. Setelahnya atensi keduanya teralihkan kearah pintu kelas yang terbuka, memperlihatkan seorang guru laki-laki yang melangkah memasuki kelas.

Keduanya pun mengatur duduk mereka agar terlihat rapi, hari ini pembelajaran dibuka dengan matematika, ilmu yang menyenangkan.

Keadaan kantin cukup ramai hari ini, setelah pembelajaran matematika tadi Indira segera menyeret Alody ke kantin

"Haahh anying, hampir mati gue" ujar Indira seraya menelungkupkan kepalanya pada meja.

Karina menatap heran gadis dihadapannya itu "kenapa?" Tanya-nya kepada Alody. Mendengar pertanyaan itu Alody hanya terkekeh "habis ujian matematika tadi" jawabnya

Mendengarnya, karin hanya mengangguk-anggukan kepalanya "pantes." Ucap gadis itu seraya meminum jus jeruknya.

Alody hanya menepuk-nepuk punggung Indira yang masih setia merebahkan kepalanya di atas meja "kamu mau makan apa?, biar aku pesenin" tanya gadis itu pada Indira.

Indira hanya menggeleng "enggak ah, gumoh gue liat soal matematika tadi, beliin es jeruk aja, lagi seret ini" Alody segera melangkah kepada stand yang menjual minuman, gadis itu terlihat mengantri karena ramainya pembeli.

Gadis itu tidak sadar bahwa ada sepasang mata yang terus menatapnya sedari tadi, tatapan orang itu tak pernah teralihkan darinya

"Gak usah gitu kali matanya natap orang" tiba-tiba celetukan dari samping kirinya membuat Aidan mengalihkan pandangannya, disana Rianno menatapnya dengan senyum aneh dan kedua alisnya naik turun menggoda Aidan.

Aidan hanya mendengus, tak menggubris celetukan itu, dirinya kembali menyendokkan nasi gorengnya berniat untuk memakannya.

Tak menyerah, Rianno kembali mencondongkan badannya kearah kanan sembari berbisik kepada Aidan "by the way, cantik ya Dan" ujarnya sambil terkekeh jahil yang dibalas dengan tatapan tajam dari Aidan.

Becomes An Extra In The NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang