XV

46 4 2
                                    

Sial. Sosok berdaster putih dengan muka yang separuhnya penuh darah itu tengah berdiri tepat di depan pagarnya.

Tanpa berpikir dua kali, Jaehyuk segera lari tunggang langgang masuk ke dalam kamar sembari membawa barang-barangnya asal.

Ayolah. Jaehyuk terlalu lelah menghadapi hari dan sekarang ia dipertemukan dengan sosok yang tak tahu sudah mengawasinya dari kapan itu.

Tak lama setelah itu, Jaehyuk mendengar suara seseorang menangis lirih di bawah jendela kamarnya. Dengan keberanian yang tersisa, ia berlari mengambil Rosario dan dibawanya tidur dengan selimut yang menutupi dari ujung rambut hingga ujung kaki.











*****

"Sa. What should I do? Mereka nyari gw Sa. Gw takut"-ucap Jaehyuk pilu pada Asahi yang tengah duduk dengan tenang di depannya. Mereka saling berbisik karena suasana sekolah yang bisa dikatakan ramai itu.

"What do you mean? Mereka siapa?"-tanya Asahi yang kebingungan dengan ucapan yang diutarakan Jaehyuk itu.

"Organisasi itu. Mereka nggak terima gw keluar. Yang jelas mereka nggak akan biarin gw keluar dengan membawa banyaknya informasi ini. What if I don't survive their hunt?"-ujar Jaehyuk dengan suara parau seperti orang yang menahan tangis.

Mereka, organisasi itu mengincarnya. Ia sendiri tidak tahu, apa yang sekiranya akan dilakukan organisasi kriminal itu?

Yang ia tahu hanyalah, mereka tak akan pernah membiarkannya lolos meskipun pimpinannya sendiri adalah orang terdekatnya. Jaehyuk khawatir bahwa mereka akan mencelakai orang-orang yang ada di sekitarnya.

Sempat terpikirkan olehnya untuk memilih menjauhi Asahi demi kebaikannya. Namun justru ia mendapatkan amukan dari sahabatnya itu dengan alasan Asahi dapat membantunya mencari jalan keluar.

Haruskah ia kembali ke organisasi itu dan membuat sumpah ataupun perjanjian mengenai rahasia yang tak akan pernah ia bocorkan?

Dari awal ia bergabung, Jaehyuk adalah orang yang juga memiliki peran untuk memburu mereka yang melarikan diri dan mereka dapat dipastikan berakhir kembali ke dalam lingkaran hitam tak jelas itu.

Di usianya yang begitu muda, justru memudahkan Jaehyuk untuk dikirim sebagai mata-mata di tempat umum. Jejak kriminalnya sangatlah jelas di mana-mana. Namun dengan segala perlindungan sang pimpinan organisasi, para polisi lebih memilih menerima uang dari organisasi gelap itu dibandingkan memburu mereka yang berjumlah ratusan.

Pikirannya kalut membayangkan apa yang akan terjadi dengannya nanti. Kepalanya sudah terlalu panas memikirkan berbagi cara untuk meloloskan diri dari organisasi itu.

Merekalah yang membawanya dalam botol minuman yang tak seharusnya diminum anak seusianya. Merekalah yang membawanya dalam sebatang nikotin penuh candu itu. Merekalah yang membawanya untuk menghadirkan neraka dunia milik orang lain. Mereka juga yang telah membawanya dalam orang-orang yang dapat menerima semua keburukan dan kekurangannya.

"Coba Lo tenang dulu bentar. You said that the leader is your best friend, right? Apa salahnya kalo Lo coba jelasin pelan-pelan tentang apa alasan Lo milih buat out. You want to live in peace, right? So, this is the initial risk, Jae"-ujar Asahi yang mencoba menenangkan dan memberi Jaehyuk jalan keluar meskipun ia sendiri tak yakin apakah itu akan berhasil.

Mendengar tuturan Asahi itu membuat Jaehyuk merenungkan diri. Mencoba meyakinkan dirinya kembali untuk menjadi manusia yang lebih manusiawi. Berpikir untuk menjadi seseorang yang tak merusak kebahagiaan orang lain.

Dosa-dosanya kepada sang pencipta sudah tak terkira. Menyengsarakan banyaknya orang untuk tumpukan uang di tangan. Tak menghiraukan tangisan pilu dari para targetnya dan berkata bahwa ia tak melakukan apapun. Ia tak pernah mematahkan mereka secara langsung karena organisasinya hanya bergerak dalam urusan mental.

Berlindung dari gelapnya malam dan cerahnya Surya di antara senja. Membela diri sendiri dan selalu yakin bahwa Tuhan pasti mengampuni pendosa sepertinya.

Mengingat ia sendiri yang telah menyalahi aturan Tuhan dengan mencintai sesamanya. Jaehyuk paham dengan benar bahwa ia yang mencintai Asahi adalah dosa besar yang tak mampu ia kendalikan.

"Kalo gw kenapa-kenapa. Lo jangan kaget ya Sa? Tapi gw janji bakal keluar dari sana. Gw janji berhenti ngisap nikotin itu walaupun susah. But, you promised not to leave me alone, right?"-ujar Jaehyuk yang kini mulai terdengar yakin.

Pertanyaan itu hanya dijawab Asahi dengan senyuman yang ia tampilkan di wajahnya. Yang Jaehyuk yakini hanyalah sahabatnya itu tak akan pernah pergi dari sisinya.

Setelah percakapan tadi, mereka memutuskan pergi ke kantin sekolah untuk mengisi energi. Jaehyuk dan Asahi tengah duduk berdampingan menikmati makanan masing-masing di meja. Menghiraukan banyaknya orang yang lalu lalang dan suara bising dalam kantin.

"Nggak mau cari pacar lagi Sa?"-tanya Jaehyuk pada Asahi setelah menyelesaikan makanan yang ia beli tadi.

"Kayaknya nggak dulu deh. I want to stop. Apapun yang terjadi, dunia punya norma. Gw nggak bisa nerusin that illicit love"-jawab Asahi tanpa ada keraguan di dalamnya.

Jaehyuk tersenyum miris atas jawaban sahabatnya itu. Cinta yang haram? Jaehyuk tak buta agama.

"Iya sih... Haram kan ya?"

Karena sebenernya Asahi sendiri tak tahu jika Jaehyuk swing that way kayak dia. Yang ia tahu hanyalah Jaehyuk yang memiliki mantan perempuan dan menormalisasikan hubungan sesama jenis.










*****

Sepulang sekolah, Jaehyuk segera mandi dan melanjutkan artikel yang belakangan ini ia garap. Setelah mencari referensi topik sebanyak mungkin, ia memutuskan untuk duduk di balkon kamarnya dengan buku puisi kesayangannya.

Melamun pada kertas berisi puisi dan bolpoin yang tergenggam di tangannya. Suara dan wajah Asahi terputar dengan sangat jelas di kepalanya.

Lingkungannya jelas membenci orang-orang salah jalan sepertinya dan teman-temannya. Apa kata orang jika mereka tahu bahwa ia mencintai pria dan bukan wanita?

Jihoon dan Junkyu yang baru datang ke rumahnya menyadari keheningan Jaehyuk itu. Mereka paham apa yang Jaehyuk pikirkan setelah membaca puisi yang Jaehyuk tulis.

"Cinta yang sebenarnya tak pernah memandang fisik yang hanyalah tulang berlapis kulit Jae. Sidik jari sekalipun bukan menjadi penentu harus kepada siapa hati kita berlabuh. They can call us what they like, we are just a human. Maybe I love em my equal? Or maybe, we just love people"-ujar Junkyu setelah beberapa detik memperhatikan buku yang Jaehyuk pegang.

"I don't know. It feels strange. Tuhan bilang kalo kita could be whatever we like. Tapi khusus ini, why?"

"Lo pernah denger kalo semua yang terjadi itu ada rahasia di baliknya? God always has a good plan behind everything we experience today, yesterday, or tomorrow. Tugas kita cuma percaya kalo Tuhan nggak pernah tidur. Jalani apa yang ada saat ini dan untuk kedepannya just leave everything to God"-tambah Jihoon yang mencoba meyakinkan Jaehyuk dan juga mungkin dirinya sendiri?

"Kalian?"

"Jangan Lo tanya deh Jae. Kita sendiri juga yakin nggak akan pernah bisa bersatu kecuali pindah negara. Tapi ya kita jalanin aja dulu apa yang ada sekarang"-jawab Jihoon.

Tuhan. Jika kau membenci orang-orang yang mencintai sesamanya, kenapa kau ciptakan samudera cinta ini dengan begitu dalam? Kenapa kau bangun istana cinta ini dengan begitu megahnya?
Tuhan. Aku tau jika aku menyalahi aturan yang telah kau ciptakan. Namun mengapa hanya dapat kurasakan cinta yang sebenarnya dengan yang sesamaku?












*****
Your votes and comments mean a lot to the author.


Cerita ini saya persembahkan untukmu wahai orang asing yang mengetahui semua kisah dan rahasiaku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 09, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jaesahi - Two of Us Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang