Pusing Pala Barbie - Putri Bahar

376 20 0
                                    

Ehhheeehh. Saya kasih judul per-chapter sesuai judul lagu yang sedang Key dengerin yaaa. Karna setiap chapter nanti Key pasti dengerin, enggak sengaja denger, atau nyanyiin seenggaknya satu lagu. 

So, there are a looottt of songs until the end of the story :)

***

Ada yang bisa menebak pertemuan pertama Key dengan Tristan?

Kalian tak akan menyangka.

Di suatu pagi awal tahun ajaran baru, Key yang masih mengenakan seragam putih-biru untuk mengikuti masa orientasi, menemukan pemandangan langka di taman belakang SMA barunya.

Awalnya, ia hanya merasa bosan dan memilih untuk jalan-jalan mengelilingi sekolah. Tanpa disangka, ia bertemu seorang cowok yang sedang berjongkok di dekat pohon besar tempatnya sering duduk di kemudian hari.

Cowok itu bukan sekedar jongkok. Ia melihat kedua tangan cowok itu dipenuhi darah. Jaketnya pun dihiasi oleh bercak darah disana-sini. Key menedekat untuk mengintip hal mencurigakan apa yang sedang dilakukan cowok itu. Yang benar saja, masa baru hari pertama menginjakkan kaki berstatus murid SMA ia harus disuguhkan kasus pembunuhan tepat di pekarangan belakang sekolahnya!

Dan matanya terbelalak saat menyadari apa yang sedang dilakukannya.

Cowok berambut coklat tua itu sedang membantu proses kelahiran kucing liar yang sering dilihatnya mengelilingi komplek sekolah. Dengan berbekal karung beras—yang memang diharuskan dibawa saat masa orientasi—untuk alas, cowok itu begitu ulet dan kelihatan sudah begitu terlatih. Dengan senyum tulus yang masih setia mengembang di wajahnya, tak dibiarkan ibu si kucing kehilangan nyawa.

Dan dikemudian hari, akhir-akhir ini, Key baru mengetahui kalau cowok itu anak dari seorang Dokter hewan. Dimana membantu kelahiran kucing memang sudah menjadi kegiatan sehari-harinya untuk membantu orangtuanya.

Key sampai harus kembali berjalan mundur dan berlari menuju kamar mandi terdekat untuk memuntahkan isi perutnya yang terasa diremas-remas saat melihat kejadian tadi. Sumpah mati, Key tidak mau lagi menyaksikan kucing lahiran!

Tidak sampai disitu saja. Setelahnya, saat mereka disuruh berkumpul oleh Kakak-kakak kelas, ia melihat cowok itu dimarahi habis-habisan.

Klise. Ia tidak membawa barang yang kemarin diperintahkan. Key sedikit menguping dan—oh, astaga—ia tidak membawa karung beras. Namun dengan segenap keberaniannya, ia mengajak kakak-kakak kelas itu mengikutinya ke pekarangan belakang, dan ditunjukkannya tempat bayi-bayi kucing yang kini sedang bermanja ria bersama Ibunya. Perbuatannya membuat para senior dilanda syok berat.

"Untuk mereka tidur," Kata cowok itu kalem.

Mau tak mau, Key tersenyum. Karena pada akhirnya, cowok itu tetap bersedia menerima hukumannya. Ia melaksanankannya, seperti itu memang seharusnya yang ia lakukan.

Dan sejak saat itu, Key tahu siapa pemimpin sejati Global International School kelak. Yang tak lari dari tanggung jawab, dan tetap tak melupakan lingkungan sekitarnya dengan kepedulian yang luar biasa tinggi.

"Lo ngapain sih senyum-senyum sendiri gitu?" Tanya Naya tiba-tiba mengaburkan imajinasi Key akan kenangan masa lalunya.

"Ah, enggak. Lagi mikirin yang seneng-seneng aja,"

Naya mencibir. "Ah, seneng-seneng definisi lo, kan enggak jauh dari Tristan,"

"Psssttt!!!" Key membekap mulut Naya secepat mungkin saat dilihatnya Dhita dan kawan-kawan melintas di depan mereka. "Jangan keras-keras kalau sebut Tristan,"

Setelah mengangguk-angguk patuh, Key baru melepaskan tangannya dari mulut Naya.

Keduanya terpaksa berjalan dalam diam saat menyusuri koridor karena Dhita dan rombongannya berjalan tepat di depan keduanya sambil ketawa-ketiwi genit. Tujuan mereka jelas sama. Ruang OSIS.

KEY [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang