"Besok, kan, gue tampil di Le Raison. Nonton dong, Key... Malem Minggunya kan gue nonton lo Konser. Timbal balik gitu."
Ucapan Tristan saat menuruni Key di depan rumahnya masih terbayang-bayang hingga istirahat sekolah pagi itu.
Key hafal betul jadwal manggung Tristan-Dhita di restoran abangnya. Setiap malam Rabu dan Sabtu. Sekarang hari jum'at, dan Tristan memintanya menonton penampilan dirinya nanti malam.
Key menghela napas pasrah. Latihan intensif menjelang konser adalah satu-satunya alasan yang dipakai Key untuk menolak hadir pada acara di restoram Leo. Aslinya, Key enggan melihat duet maut yang selalu bikin Key cemburu buta.
Tapi setelah apa yang dilakukan Tristan semalam, Key tidak bisa menolak permintaan yang diucapkan seorang cowok manis bermata hijau keabu-abuan tepat di depan rumahnya.
"Key!"
Naya yang sepertinya baru balik dari kantin menepuk pundak sahabatnya. "Ngapain, sih, ngelamun mulu? Masih mikirin kucing yang Tristan belai-belai?" Tanyanya yang telah mendengar cerita perihal apa yang Tristan dan Key lakukan semalam.
"Bukan lah!"
"Terus...?" Naya berpikir sejenak. "Lo mau nonton Dhita-Tristan di Le Raison malam ini?" Tebaknya tepat sasaran.
Key mengangguk lemah.
"Ya ampun, Key. Gitu aja bikin galau! Lo malah makin dicurigai kalo nolak terus-terusan! Udahlah, refreshing dikit sebelum konser, dengan menghabiskan malam di restoran abang lo!"
"Refreshing mata lo? Bukannya santai, nonton mereka bikin gue merasa di bawah tekanan tau!" Balas Key sebal.
"Tekanan untuk apa? Untuk ngajak Tristan selingkuh?" Tanya Naya jahil diiringi tawa kecil membuat sahabatnya yang gampang uring-uringan itu makin cemberut.
"Bercanda. Bercanda." Lanjut Naya. "Eh tapi beneran. Lo harus nonton mereka malem ini. Hormati ratu nya Tristan malem ini, atau mungkin lo sekalian minta izin. Karena besok malemnya lo bakal nyulik Tristan dari dia, kan?"
Key melirik Naya dengan malas.
"Gue ngomong serius Key,"
Key menguap. "Urusan Tristan bakal nonton konser gue mah, biarin dia aja yang izin ke pacarnya. Gue enggak mau ikut campur."
"Eh, emang berapa lama sih besok malem lo bakal culik Tristan?" Tanya Naya yang tiba-tiba penasaran.
Key berpikir sejenak. "Yahhh. Konser gue mulainya jam 9, biasanya selesai dua jam. Tapi habis itu gue utang cerita sama dia, jadi mungkin kita bakal ngobrol agak lama—satu jam lah kira-kira. Hhhmmm... paling cepet, kita pulang jam 12."
"12 MALEM?!" Tanya Naya heboh. "KONSER LO KOK MALEM AMAT!"
"Jangan norak! Kalo pagi namanya topeng monyet, bego, bukan konser." Jawab Key tak habis pikir. Padahal, kan, Naya sering ia curhati tentang konsernya yang berlangsung sangat larut.
"Lo balikin Tristan ke tangan orangtuanya tengah malem gitu?" Tanya Naya kembali.
"Yaiyalah. Emang mau gue ajak nginep di hotel sampe subuh?" Tanya Key balik dengan dongkol.
Naya tersenyum geli. "Aw. Aw. Kalo gue jadi lo sih, iya, bakal gue ajak dia nginep di hotel, terus gue apa-apain ."
Key melotot tak percaya. "Maksud lo?"
Naya berdehem. "Jangan munafik, deh, sayang. Setiap siswi di sekolah ini pasti memiliki keinginan terdalam untuk punya anak dengan darah Kaukasia Tristan yang mengalir di dalamnya." Kemudian ia melanjutkan, "Lo ada kesempatan, tuh, nyulik Tristan malem-malem. Buat dia mabok, terus bikin keturunan sama dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
KEY [On Going]
JugendliteraturSekuel "You Are The Reason" *** Musik memberitahu kita, tentang apa yang tak bisa diceritakan. Tentang apa yang terpendam, dan selamanya hanya akan terjaga dalam kebisuan. Disetiap lagu kesukaanmu, disitulah kisahmu kamu bagikan. Sama halnya dengan...