River Flows in You - Yiruma

378 20 2
                                    

Kalau kata orang Jawa, Key itu orangnya selalu nrimo kok. Apapun yang ia dapat, selalu dilaksanakannya dengan sepenuh hati dan rasa ikhlas se ikhlas ikhlasnya.

Memandang Tristan dalam diam setiap pagi contohnya.

Key tidak pernah mengharap interaksi yang muluk-muluk bersama Tristan. Ia yakin hidupnya bukan sinetron yang dengan ajaib bisa mempertahankan cinta pertamanya hingga akhir hayat.

Hidupnya seperti musik. Yang mengalun lembut mengikuti irama yang diciptakannya sendiri. Key sudah terlalu banyak belajar bahwa semua hal di dunia ini tak bisa diatur semudah menyusun playlist favorite nya.

Maka, ia biarkan cinta pertamanya hanya menjadi nada tinggi, yang selamanya tak dapat ia capai. Namun suatu hari nanti, kalau Key sudah menemukan cinta sejatinya, dengan bangga ia akan katakana bahwa Tristan Geoffrey tetap akan menjadi laki-laki pertama di muka bumi ini yang dapat menyusupi relung hatinya begitu dalam.

Nah, kalau masalah keputusan baru Tristan ini jelas tak dapat ia terima dengan penuh rasa ikhlas!

Di luar jantungnya yang berdetak kacau setiap sepasang mata Tristan bertemu pandang dengannya, ada sorot mata penuh kebencian yang kini menguar dari sisi kirinya.

Siapa lagi kalau bukan Praditha Ineke.

Key mau sumpah pocong, kalau ia lebih sudi main cidaha-cidaha an sama Tristan daripada harus main kucing-kucingan sama Ditha yang kayaknya sudah siap meledak sewaktu-waktu.

"Ada yang keberatan dengan pembagian tugasnya?" Tanya Tristan saat ia mengakhiri penyebutan nama dan kelompok.

Ruang rapat heninng. Key merutuki diri sendiri yang tidak mendengar apa-apa sejak tadi. Sejak namanya disebut lebih tepatnya. Ia bahkan tidak tahu Naya bekerja sebagai seksi apa.

"Bagus kalau enggak ad-"

"Tunggu," Potong Dhita cepat sambil berdiri dari kursinya.

Mendadak Key diserang panas dingin hebat. Merasa bahwa ajalnya sudah diujung tanduk. Mati! Udah Mati! Bentar lagi gue kena semprot!

"Pertimbangannya apa, ya. Kok dia bisa jadi Wakil Ketua Pelaksana?" Tanya Dhita kejam sambil menunjuk Key yang mukanya sudah pucat pasi. "Bukannya enggak setuju, tapi menurutku, masih banyak kok anggota lain yang lebih berpotensi mensukseskan acara daripada dia,"

Nyeeeessss.

Kini, seluruh pandangan terarah pada Key. Sebagian menatapnya penuh iba, sebagian lagi menatapnya dengan sorot mata penuh ketabahan seolah menyampaikan free puk puk jarak jauh.

"Kalau gitu, coba sebutkan anggota lain yang kata lo lebih berpotensi itu?" Tantang Naya dengan gaya santai.

Semua membelalakkan mata tak percaya. Ada yang berani menentang Dhita! Dan Naya melakukannya bukan semata-mata demi sahabat seumur hidupnya yang sekarang kayaknya udah enggak bisa bertahan hidup. Tapi juga demi seluruh anggota, yang sudah terlalu jengah sering terkena perintah semena-mena dari Dhita.

"Ya... gue misalnya," Balas Dhita nyolot. Membuat beberapa anak mencibir karenanya. Jelas tak ada anggota lain yang pantas disandingkan dengan Tristan bagi Dhita, hanya dirinyalah seorang yang boleh mendampingi cowok itu.

Jadi, walau bukan Key. Siapapun yang dipilih sebagai Wakil Ketua Pelaksana, jelas akan dihujat habis-habisan oleh Dhita. Dan kini, Key sedang kena sialnya saja.

"Ehm. Menurut gue, anggota lain yang sangat berpotensi itu... kayak Fitri misalnya. Yang selalu bersemangat dan melakukan semua pekerjaan dengan senyum ikhlas, dia juga nyambung kalau diajak ngobrol, bikin orang yang baru kenal nyaman-nyaman aja berkomunikasi panjang lebar sama dia." Naya tetap mempertahankan sikap tenangnya. "Atau Joe yang kritis. Dia berpotensi banget loh mensukseskan acara pentas seni yang pasti masih banyak kekurangannya nanti. Dia selalu mengungkapkan pendapatnya secara jujur tapi tetap berusaha menerima usulan orang lain dengan sebaik mungkin. Enggak kayak elo yang...

KEY [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang