Cuaca hari ini sangat kontras dengan hari-hari sebelumnya.
Sejak pagi, matahari membenamkan dirinya dibalik awan. Menjelang siang, gerimis menyelimuti bumi. Terus turun hingga sore datang.
Key menatap rintik itu dari jendela besar The Rhythm. Hari ini adalah jadwal latihan intensif nya menjelang pentas yang sebentar lagi akan digelar besar-besaran.
Selain keluarganya yang sudah langganan menonton pentas tersebut, tahun ini akan ada tamu spesial yang menyaksikan penampilannya di atas panggung.
Adalah Tristan Geoffrey yang membuat Key berlatih gila-gilaan.
Meski jarang sekali kesalahan yang Key perbuat di atas panggung, tetap saja ia grogi setengah mati kalau ditonton langsung oleh Tristan.
“Key. Lima menit lagi bagianmu ya. Violin. Kiss The Rain.”
Panggilan dari Ms. Anne menyentakkan Key. Ia buru-buru meraih alat musik di pangkuannya.
Lima menit. Masih ada sedikit waktu untuk dirinya memperhatikan butiran-butiran hujan.
Kiss The Rain.
Lagu yang selanjutnya ia bawakan. Bisa pas sekali bukan?
Key mendengus.
Ia tahu setiap pesan yang ingin hujan sampaikan ketika turun. Tentang kesunyian, tentang misteri hidup yang sering diabaikan, dan tentang sebuah rindu yang tak tersampaikan.
Hujan selalu membawa sejuta kenangan. Ia membawa beribu-ribu kisah yang telah tersimpan dalam-dalam.
Dan lewat hujan kali ini, ia titipkan rasa pada setiap butirnya yang turun. Ia bawakan kerinduan, kasih sayang, juga cinta pada orang yang tak pernah ia coba jangkau.
Ia antarkan perasaannya yang terdalam melalui rinai hujan. Yang menyentuh lembut malamnya, pada seseorang bernama Tristan.
“Key! Masuk ke ruangan!” Seru Ms. Anne
Ya, latihannya kali ini. Juga hari-hari berikutnya, demi Tristan.
***
Hujan sudah berhenti saat Key turun dari Taksi.
Ibunda nya belum pulang kerja, Abangnya sedang sibuk, Ayahnya apalagi.
Makanya Key harus naik taksi untuk sampai ke rumahnya.
Menjelang petang saat Key menginjakkan kakinya di halaman rumahnya yang basah dan mengeluarkan aroma Petrichor.
Ada yang aneh dengan keadaan rumahnya kali ini.
Sebuah motor ninja hitam terparkir mulus disana. Itu jelas bukan milik Leo apalagi keluarganya. Tapi tunggu deh, kayaknya Key pernah lihat motor itu.
“Assalamu’alaikum! Mbak Asriiii. Lagi ada tamu yaaa???” Teriak Key sambil membuka sepatunya yang basah.
Pembantu yang dipanggilnya keluar dari garasi.
“Anu non. Ada temennya tuh nunggu di dalem,” Jawabnya seraya membawa kain pel.
Key berpikir sejenak, kemudian menuju pintu utama.
“Naya kesini pake motor siapa, Mbak? Gaya gaya an banget tuh bocah,” Balas Key sambil menyebutkan nama tamu langganan di rumah ini.
“Anu non,”
“Anu apasih, Bi?” Key membuka pintu utama.
Matanya langsung menangkap sesosok cowok yang juga sedang balas menatapnya.
“Tristan…?” Gumamnya pelan.
“Anu non, maksud saya, tamunya bukan non Naya. Tapi Den Tristan.” Lanjut Mbak Asri sambil ikut masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEY [On Going]
Novela JuvenilSekuel "You Are The Reason" *** Musik memberitahu kita, tentang apa yang tak bisa diceritakan. Tentang apa yang terpendam, dan selamanya hanya akan terjaga dalam kebisuan. Disetiap lagu kesukaanmu, disitulah kisahmu kamu bagikan. Sama halnya dengan...