"Eh, Key. Gimana penampilan Mak Lampir semalem?" Tanya Naya begitu Key menginjakkan kaki di kelasnya.Gadis berkucir kuda itu mengangkat bahu. "Gue enggak bisa hadir semalem. Ada latihan intensif dari sore untuk konser. Terus belom telpon Bang Leo juga, enggak sempet." Jawab Key jujur seraya melangkahkan kaki ke mejanya.
Kalau boleh jujur, Key juga kepo setengah mati sama penampilan Dhita dan kawan kawan di Le Raison semalam. Berhasilkah? Gagalkah? Lagu apa yang Dhita bawakan? Apa Gloomy Sunday? Hiiiiiii.
Habis mau bagaimana lagi. Sejak sore, The Rythm sudah menunggunya, kemudian menjelang Maghrib, peserta yang mengikuti konser harus mencoba kostum yang baru datang dari butiknya. Belum lagi Gala Dinner yang diadakan para peserta sekalian untuk memanjatkan doa agar diberi kelancaran untuk pentas yang digelar beberapa hari lagi.
"Lelah gue, Nay." Ucap Key jujur. "Udah gitu, masih harus jalanin hukuman dari Tristan, lagi!"
"Hukuman apa?" Tanya Naya penasaran.
Key baru ingin menjawab pertanyaan Naya sampai tiba tiba sang ketua OSIS tercinta muncul di depan pintu kelas. "KAYYISA RAJATHA PRATAMA!" Panggilnya heboh.
"NYAUT!" Jawab Key tak kalah keras.
"Ke ruang OSIS sekarang juga." Titahnya tak terbantahkan.
"Tapi, Tan... sebentar lagi kan bel masuk,"
"Sosiologi kan lo pertama? Gue udah minta izin," Balas Tristan tenang sekaligus tak sabaran.
"Eh, demi apa, Tan? Cabut dong nih kita?"
"Cabutlah. Jaman kali belajar?" Ungkap Tristan seraya pergi meninggalkan kelas Key.
"Sorry ya Nay. Murid teladan mau menghadiri pertemuan penting dulu." Pamit Key seraya berlari mengikuti Tristan ke ruang OSIS.
"Najis. Tengil banget tuh bocah."
Sementara Naya melanjutkan gerutuannya, Key sudah berhasil menyejajari langkah Tristan.
"Ada apaan sih, Tan?"
"Ada yang mau ketemu," Jawab Tristan pendek seraya mempercepat langkahnya.
Key memilih bungkam sampai Ruang OSIS, meski penasaran namun dirinya juga akan tahu dengan sendirinya.
"Pagi, Key." Sapa seorang laki-laki dari dalam ruang OSIS. Tuxedo hitamnya dilipat hingga mendekati siku, tatapan bersahaja nya itu tak pernah luntur sejak pertama kali Key menemuinya di rumah Leo, bartahun-tahun lalu,
"Kak... Alan?"
"Hai,"
"Ih! Kakak katanya ke Jepang dua bulan! Ini belum sebulan, tapi kok udah nongkrong di sini?" Tanya Key heboh sambil berlari ke pelukan Alan.
Tristan hanya bisa menatap keduanya dengan bingung. Demi Tuhan, Key bisa dikeluarkan dari sekolah kalau berperilaku seperti itu dan ketahuan kepala sekolah! Bagaimana tidak, cowok yang sedang dipeluknya itu adalah Alan, Kepala yayasan Global International School merangkap sebagai suami Lana Amira yang baru beberapa hari lalu datang kesini.
Dan Tristan merasa sangat beruntung. Tidak semua siswa dapat bertemu langsung dengan kepala yayasan sekolahnya yang sering main ke negara tetangga itu, apalagi berada dalam satu ruangan seperti yang ia alami saat ini.
Di samping itu, di kepalanya timbul tanya besar. Sedekat itukah Key pada orang-orang berpengaruh di negeri ini? Dari pemilik restoran, Kepala Chef-nya, Ballerina kelas dunia, Kepala yayasan Global Internationa School, penulis Mega-Best Seller, dan selanjutnya... apa lagi?
KAMU SEDANG MEMBACA
KEY [On Going]
Teen FictionSekuel "You Are The Reason" *** Musik memberitahu kita, tentang apa yang tak bisa diceritakan. Tentang apa yang terpendam, dan selamanya hanya akan terjaga dalam kebisuan. Disetiap lagu kesukaanmu, disitulah kisahmu kamu bagikan. Sama halnya dengan...