Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir Key merecoki Restoran Abangnya.
Selain karena jadwal latihan intensif yang sangat menyita waktu, di sekolah Ketua OSIS nya yang minta dihajar itupun sering melaksanakan rapat-rapat dadakan.
Iyasih minta dihajar, tapi cintanya bikin pengen dikejar-kejar.
"Mbak, Abang kemana, sih?" Tanya Key pada salah satu pelayan saat orang yang dicarinya tak ia temukan dimana-mana.
"Oh. Tadi dari pagi ada rapat di mana gitu katanya,"
Key cemberut. Sebenarnya, ia ingin membuat kejutan pada Leo. Dimulai dari kepulangannya tanpa dijemput, hingga tibanya ia di Le Raison.
"Yaelah. Sok sibuk amat. Masih lama enggak Mbak, kira-kira?"
"Kayaknya, sih enggak. Ditunggu aja dulu di ruangannya,"
Key menuruti pesan salah satu pelayannya kemudian masuk ke dalam ruang kerja Leo.
Aroma kayu manis menusuk sekaligus menyegarkan indra penciuamannya. Dekorasinya didominasi warna coklat, dan yang paling Key sukai dari ruang ini adalah foto dirinya yang sedang digendong Leo terpajang besar-besar disalah satu sisi ruangan.
"Ni sofa tambah empuk aja perasaan," Gumam Key saat merasakan posisi nyaman di sofa panjang ruangan milik Leo.
Key melemaskan tubuhnya dan melemparkan tas sekolahnya ke sembarang tempat. Lelah. Satu kata yang menggambarkan kondisinya saat ini.
Seharusnya siang ini ia menemani Tristan menemui Pembina OSIS mereka. Tapi Key kan sedang menghindari Tristan. Lebih tepatnya menghindari pertanyaan berupa keluarga dan latar belakangnya yang kemungkinan besar bakal dibahas habis-habisan.
Ya sudah, Key kabur saja dari pertemuan tersebut.
Tidak ada jadwal latihan intensif, jadi dia bisa berlama-lama di Restoran milik Abangnya ini.
Ia meraih earphone dan ponselnya, seperti biasa, diputarnya lagu dari list favorite nya.
Tiba-tiba ia teringat pada lagu yang Dhita putar. Gloomy Sunday. Hiii.
Key selalu percaya bahwa lagu adalah gambaran paling tepat akan kondisi hati pendengarnya.Gloomy Sunday disebut-sebut sebagai lagu kematian yang bisa menggiring penikmatnya untuk bunuh diri. Tapi Key tak percaya hal itu.
Musik yang manusia dengarkan boleh saja menunjukkan perasaannya kala itu, namun kalau sampai membawa manusia untuk melakukan hal hal yang tak masuk diakal dan sering dikaitkan dengan sesuatu yang mistis, Key tak mempercayainya.
Tapi satu yang Key percaya dan berusaha meyakininya dalam hati. Bahwa musik, menuntunnya pada kejadian-kejadian tak terduga akhir-akhir ini.
Dari semua situasi dadakan yang ia alami, musik menuntunnya pada sebuah keberuntungan.
Musik menuntunnya pada seorang Tristan Geoffrey.***
Berawal dari tatap...
Indah senyummu memikat...
Memikat hatiku yang hampa lara...
Key mengerjapkan matanya beberapa kali. Lantunan suara Yura Yunita terdengar sangat jelas dari telinga sebelah kirinya.
Loh. Cuma sebelah kiri?
Key ingin bangun dan membuka matanya lebar -lebar untuk melihat apa yang terjadi, namun semua bagian tubuhnya seakan menolak.
Ada kenyamanan tersendiri yang mengaliri darahnya dan meningkatkan suhu tubuhnya. Perasaannya menghangat tanpa sebab. Padahal, ia kan cuma ketiduran di sofa ruangan Leo.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEY [On Going]
Fiksi RemajaSekuel "You Are The Reason" *** Musik memberitahu kita, tentang apa yang tak bisa diceritakan. Tentang apa yang terpendam, dan selamanya hanya akan terjaga dalam kebisuan. Disetiap lagu kesukaanmu, disitulah kisahmu kamu bagikan. Sama halnya dengan...