H-14 Pentas Seni Global International School
Kalau Key bisa menjelaskan mengapa senyum tak pernah lepas menghiasi wajahnya maka sudah ia lakukan sejak lama.
Namun sayangnya ia tak mampu mengungkapkan termasuk soal kupu-kupu yang terbang menyesaki perutnya.
Tidak karena senyum manis Tristan kini selalu menyambutnya disetiap pagi. Perjalanan menuju sekolah sekarang bagai liburan ke surga untuk Key. Termasuk perjalanan pulang yang baginya lebih indah dari travelling ke Paris.
Leo senang melihat adiknya senang. Leo senang sudah ada tukang ojek baru yang mengantar-jemput Key ke sekolah. Yahhh, meskipun kegiatan luar sekolah masih Leo yang mengurus, setidaknya Tristan sudah meringankan sedikit pekerjaannya.
"Kenapa sih, lo nggak pake mobil lagi kalo ke sekolah?" Tanya Key di tengah perjalanan mereka menuju Global International School.
"Emang kenapa? Lo keberatan kalo gue pake motor?" Tanya Tristan dengan kencang mengalahkan suara berisik kendaraan.
"Bukan gitu. Gue cuma penasaran aja," Balas Key jujur. Naik motor bersama Tristan membuat dirinya terasa berbeda dengan Dhita dulu. Dan Key suka fakta kecil itu.
"Kenapa ya? Mungkin karena akhir-akhir ini gue butuh udara segar makanya lebih suka naik motor."
Key hanya mengangguk-angguk mendengar jawab Tristan.
Rencananya hari ini mereka bersama-sama akan menjenguk Dhita. Setelah itu, para anggota OSIS akan ke rumah Tristan. Membahas detail-detail acara yang terlewat dari persiapan.
Keduanya berpisah di parkiran. Diiringi lambaian tangan pada Tristan, Key menuju kelasnya dengan tampang berseri-seri.
"Kalo gini ceritanya, kenaikan kelas nanti lo bakal jadi juara umum kayaknya, Key." Ucap Naya menyambut Key di pintu kelas mereka.
Gadis berkucir kuda itu hanya nyengir menatap sahabatnya kemudian berjalan memasuki kelas.
Naya geleng-geleng kepala. Sejak diantar-jemput Tristan, semangat belajar Key jadi luar biasa meningkat. Masuk kelas dengan cengiran lebar di bibir, pulang sekolah pun dengan seringai besar di bibir.
Naya yang melihatnya saja sampe capek sendiri. Kenapa ada orang yang sanggup mempertahankan senyum sebegitu lamanya?
Ah. Cinta memang telah membutakan sahabatnya. Bahkan jauh sebelum kejadian antar-jemput ini dimulai.
***
"Lo mau sama Tristan atau naik bis bareng gue?" Tanya Naya begitu bel pulang berbunyi.
Key tersenyum sambil membuka mulutnya ingin menjawab, namun disela Naya. "Eh. Nggak usah jawab. Gue udah tau jawaban lo,"
"Ih. Gue mau tanya. Emang yang naik bis siapa aja?"
"Banyak. Anak cewek kebanyakan gitu deh," Jawab Naya sekenanya.
Key menatap Naya dengan tatapan menyesal. "Sorry,"
Naya tertawa kecil kemudian merangkul Key menuju parkiran. "Iya, Key. Iya. Mendingan lo jangan naik bis, deh. Ntar kenapa-kenapa malah kita yang dibonyokin sama Tristan,"
Dari kejauhan, mereka melihat kerumunan anggota OSIS sedang berkumpul di bawah pohon dekat parkiran motor. Beberapa melambaikan tangan ke arah Key dan Naya.
"Buset," Celetuk Naya begitu sampai di bawah pohon. "Mau jenguk orang sakit apa tawuran, sih?"
Kemudian gadis itu menoleh ke arah Tristan yang sedaritadi sudah duduk tenang di atas motornya. "Ini nggak apa-apa, Tan?" Tanya Naya seraya menunjuk teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEY [On Going]
Roman pour AdolescentsSekuel "You Are The Reason" *** Musik memberitahu kita, tentang apa yang tak bisa diceritakan. Tentang apa yang terpendam, dan selamanya hanya akan terjaga dalam kebisuan. Disetiap lagu kesukaanmu, disitulah kisahmu kamu bagikan. Sama halnya dengan...