Setelah seminggu penuh perjalanan bisnis di luar kota, Andra kembali ke kantor dengan wajah letih. Rapat maraton dan perjalanan yang panjang membuat tubuhnya terasa remuk. Pagi itu, ia tiba di kantor dengan koper di tangan dan jas yang terlihat kusut.Laras, yang sudah tahu jadwal Andra, menyambutnya dengan senyum hangat di lobi kantor. “Wah, akhirnya pulang juga. Gimana perjalanan bisnisnya?”
Andra menghela napas panjang, meletakkan kopernya di lantai. “Capek banget, Laras. Rapat dari pagi sampai malam, belum lagi perjalanan yang bikin punggung ini rasanya mau patah.”
“Yah, pasti capek banget. Mau aku buatin kopi dulu? Biar segar,” tawar Laras sambil mengulurkan tangan untuk membantu membawa barang-barang Andra.
“Kopi nanti aja. Sekarang cuma mau dikerokin deh. Punggung sama leher ini rasanya udah nggak karuan,” jawab Andra sambil menggerakkan bahunya yang kaku.
Laras tertawa kecil, "beneran nih? Kerokan di kantor? Jangan sampai ketahuan orang-orang, bisa-bisa dikira kita lagi buka klinik pijat nih.”
Andra tersenyum lemah. “Ah, udah nggak peduli. Yang penting masuk angin ini keluar. Kamu bisa bantuin sekarang?”
“Bisa dong! Yuk, kita ke ruang istirahat aja biar nggak kelihatan sama yang lain,” ajak Laras sambil mengambil koin dan balsam dari laci mejanya.
Mereka berdua menuju ruang istirahat di dalam ruangan Andra. Laras mengunci pintu, memastikan tidak ada yang mengganggu. Andra duduk di pinggir kasur, membuka kancing kemejanya, dan membiarkan punggungnya yang lelah terekspos.
Laras mulai mengoleskan balsam di punggung Andra, kemudian dengan hati-hati menggosokkan koin di sepanjang garis punggung. “Rasanya gimana? Panas nggak?”
“panas banget, tapi enak,” sahut Andra sambil tersenyum kecil.
Suasana di ruang istirahat terasa hangat dan akrab. Laras terus mengerok dengan lembut, memastikan setiap bagian teratasi dengan baik. Andra bisa merasakan panas dan tekanan yang mengusir rasa pegal dari tubuhnya.
“rasanya beda ya kalau dikerokin sama kamu,” kata Andra, matanya tertutup menikmati sensasi kerokan.
Beberapa menit kemudian, Andra tiba-tiba bersendawa keras. “Heeekkk.... Heeekkk...” bunyi sendawa Andra bergema di ruangan.
Laras tertawa senang, “Tuh, kan. Ampuh kan kerokanku? Sampe sendawa segala.”
Laras menyelesaikan kerokan dan membiarkan Andra beristirahat sejenak. Setelah itu, Andra mengenakan kembali kemejanya dan menatap Laras dengan penuh rasa terima kasih.
“Makasih banyak ya laras, tar gaji bulan ini naik deh” ujar Andra dengan tulus.
Laras tersenyum hangat, merasa senang bisa membantu. “Kalau butuh lagi, tinggal bilang aja ya, siapa tau lama lama naik jabatan”
Andra bangkit dari sofa, merasakan punggungnya yang kini lebih ringan. “Rasanya jadi lebih baik sekarang. Beneran deh, abis perjalanan jauh tadi remuk banget badan”
Saat mereka kembali ke meja kerja masing-masing, Andra merasa ada kehangatan yang terus mengalir di antara mereka. Kebersamaan sederhana ini mengingatkannya bahwa dalam dunia bisnis yang keras, ada momen-momen kecil yang bisa membuat segalanya terasa lebih berarti.
Siang itu, Andra dan Laras melanjutkan pekerjaan mereka dengan semangat yang baru. Rasa lelah perlahan-lahan hilang, digantikan dengan semangat dan energi baru.
Sore harinya, saat jam kerja hampir selesai, Andra mendatangi meja Laras. “Laras, makasih lagi buat hari ini. Kamu bener-bener penyelamat.”
Laras menatap Andra dengan senyum lembut. “Kapan aja, Andra. Aku seneng bisa ngebantu.”
“Besok kita ada waktu luang nggak? Mungkin bisa makan siang bareng? Sekadar buat ngerayain selesai rapat dan perjalanan yang melelahkan,” ajak Andra dengan nada santai.
Laras mengangguk, senang dengan ajakan Andra. “Boleh banget. Aku selalu siap kalau diajak makan-makan,” jawabnya dengan riang.
Di balik momen sederhana itu, mereka tahu bahwa ada sesuatu yang tumbuh di antara mereka. Hubungan yang selama ini didasari profesionalisme perlahan berkembang menjadi sesuatu yang lebih dalam, menghangatkan hati dan memberikan harapan baru.
---
Jangan lupa vote+komen yaa biar aku semangat buat nulis nyaaa😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta dibalik pintu kantor
FanfictionAndra Abyaksa, seorang CEO muda yang dikenal sebagai pemimpin yang tegas dan menyeramkan. Dedikasinya pada pekerjaan membuatnya disegani dan dihormati banyak orang. Meski begitu, hidupnya tak pernah jauh dari kesendirian, tenggelam dalam tumpukan la...