Beberapa hari setelah kerokan kilat di mobil, Andra mulai ngerasa ada yang nggak beres lagi sama badannya. Kali ini, bukan cuma pundak yang bikin ribet, tapi pinggangnya yang mulai ngasih sinyal nggak enak. Setiap dia duduk atau berdiri, ada rasa kaku yang nggak nyaman, kayak ada yang nyangkut di sana.
Sambil ngelurusin punggungnya dengan susah payah di kursi kantor, Andra ngerasa kalau ini nggak bisa dibiarkan. "Aduh, pinggang gue...," gumamnya sambil ngeraba bagian bawah punggung yang mulai berasa nyeri. Dia mikir bentar, terus manggil OB lewat telepon di meja kerjanya.
Beberapa menit kemudian, OB yang biasa bantuin urusan kecil-kecil di kantor, masuk dengan senyum ramah. "Ada yang bisa saya bantu, Pak Andra?"
Andra ngelirik sebentar dari meja kerjanya. "Tolong beliin koyo dong, yang buat pinggang. Badan lagi nggak enak, nih pegel banget"
OB itu angguk dan langsung keluar buat cari apa yang Andra butuhin. Sementara itu, Andra balik duduk di kursinya, ngerasa makin nggak nyaman. Setiap gerakan kecil bikin rasa kaku di pinggangnya makin kerasa. Rasanya kayak ada yang ketarik, tapi nggak jelas di mana. Setelah beberapa menit, OB balik sambil ngasih koyo yang diminta.
"Ini Pak, koyo nya," kata OB sambil nyodorin bungkusan itu.
"Thanks ya," jawab Andra sambil ngambil koyo itu. Pas OB keluar, Andra ngerasa bingung. "Gimana nempelin ini ya?" pikirnya sambil ngeraba-raba pinggang. Tangannya nggak bisa ngejangkau dengan pas, dan kalau salah nempelin, malah nggak bakal kerasa manfaatnya.
Andra akhirnya buka hp nya dan ngirim pesan ke Laras, buat dateng ke ruangannya. Nggak lama kemudian, Laras masuk dengan wajah sedikit heran. "Ada apa, Andra?"
"Ini, Laras. Pinggang aku sakit banget, tapi aku bingung gimana nempelin koyo ini," Andra nunjukin bungkusan koyo sambil senyum canggung.
Laras ketawa kecil. "Ya ampun, Andra. Emangnya nggak bisa sendiri?" candanya sambil nyamperin ke kursi Andra.
"Beneran nggak bisa, nih. Lagian aku juga pengen diurut dikit. Tolong, ya?" Andra ngelepas senyumnya, berusaha ngerayu biar Laras mau bantu.
Laras cuma bisa geleng-geleng kepala sambil nyiapin koyo dan minyak urut. "Oke, tapi cuma sebentar ya. Kita juga harus kerja."
Andra angkat sedikit kemejanya, cuma sampe pinggangnya kebuka. Laras mulai nempelin koyo itu di bagian yang kelihatan paling tegang. "Ini harusnya cukup buat ngeringanin," katanya sambil nempelin koyo dengan rapi. Setelah itu, Laras mulai mijit-mijit pelan pinggang Andra.
“Enak nggak, Andra?” tanya Laras sambil mijit dengan tekanan yang pas.
“Agak mendingan, sih, Laras. Tapi... kayaknya masih kurang berasa. Bisa lebih kuat nggak?” Andra meringis kecil, ngerasa pijitan Laras kurang nendang buat ngusir rasa kaku di pinggangnya.
Laras ngelirik Andra dengan tatapan bingung. "Mau yang lebih kuat gimana?"
Andra tiba-tiba dapet ide. "Kayaknya kita ke kamar aku aja deh, biar leluasa pake kasur terus disana terus kamu injek pinggang aku? Biar lebih berasa."
Laras ngeliat Andra dengan tatapan setengah nggak percaya. "Injek? Kamu yakin, Andra?"
"Serius, Laras. Ini pinggang aku bener-bener kayak ada yang ketarik. Kalau diurut biasa kayak gini, kurang ngefek," jawab Andra sambil ngeluarin nada memohon.
Setelah beberapa saat ragu, Laras akhirnya nyerah. "Oke deh, ayo ke kamar sebelah."
Mereka berdua pindah ke kamar kecil yang ada di ruang kerja Andra. Kamar itu sebenernya lebih mirip ruang istirahat dengan sofa empuk dan meja kecil. Andra langsung tengkurap di kasur, dan dia buka dulu kemejanya terus di gantung ditempat nya biar ga kusut dan Laras bisa fokus di bagian pinggangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta dibalik pintu kantor
FanfictionAndra Abyaksa, seorang CEO muda yang dikenal sebagai pemimpin yang tegas dan menyeramkan. Dedikasinya pada pekerjaan membuatnya disegani dan dihormati banyak orang. Meski begitu, hidupnya tak pernah jauh dari kesendirian, tenggelam dalam tumpukan la...