Seenaknya menyuruh dengan dalih meminta tolong.
Seenaknya memerintah dengan alasan berbakti pada suami.
Begitulah Dewa pada Priska. Tapi tak ada yang bisa Priska lakukan untuk menolak, selama Dewa tidak meminta sesuatu yang aneh, Priska tak keberatan menurutinya.
"Hey, habis ngapain dicari Kak Dewa?" tanya salah seorang yang langsung menghampiri Priska.
"Oh, tadi ... dia cuma minta susunan himpunan mahasiswa jurusan kita yang baru. Gitu aja!" jawab Priska yang sebenarnya cuma sekedar alasan saja.
"Wah, enak ya, jadi sekretaris. Bisa ketemu sama anggota BEM, bisa ngobrol sama ketuanya juga."
"Apalagi Kak Dewa ganteng banget bikin ngefly!"
"Udah kayak pakai narkoba aja kau, liat manusia jadi ngefly!"
Priska hanya memiringkan senyum dengan kaku saat melihat reaksi kawan dari anggota himpunan lainnya. Begitulah, Kak Dewa di mata mahasiswa lain, yang jelas sangat berbeda dengan yang ada di mata Priska sendiri.
"Ini kita rapat sudah selesai, kan, ya? Aku balik dulu ke kelas deh!" ujar Priska berpamitan untuk pergi ke kelas terlebih dahulu.
"Oke, nanti kita menyusul," timpal anggota lainnya.
Berjalan di koridor, Priska yang bukan siapa-siapa ini hanya berjalan seperti biasa. Dengan adanya mahasiswa lain yang berdiri di tepi koridor dan mereka sedang mengobrol, tak ada yang memperhatikan Priska dan hal itu juga adalah hal yang lumrah.
Tapi, dunia seakan berputar lebih lambat begitu makhluk dengan wajah bak vampir Amerika berjalan di koridor dari arah yang berlawanan dengan Priska.
Semua mata yang tadinya menatap ke mana saja dan berfokus pada kegiatan mereka, kini semuanya pindah menatap pada pria di ujung sana. Yang dengan santainya berjalan, sambil memasukkan kedua tangan dalam saku celananya, lalu jas almamater universitas yang tersampir di bahu kanannya.
Bagai ada angin badai yang menerpa wajah Priska begitu melihat pria itu di depan sana. Ia tak bisa menatap secara langsung karena debaran jantung yang memacu lebih cepat. Bahkan langkahnya terasa berat karena harus melawan arus angin yang berembus dengan kencang ke arahnya.
Hingga tanpa sadar, pria berwajah dingin bak vampir itu melewatinya dan tanpa bersinggungan bahu sama sekali. Akan tetapi Priska masih mematung, sampai sebuah dering ponsel menyadarkannya.
"Ya Allah, aku kaget," ujarnya sambil mengeluarkan ponselnya dari saku.
[Aku ganteng, ya? Lihat suami sendiri sampai mematung begitu!] ~ Kak Dewa.
Diremasnya ponsel itu begitu ia mendapat pesan. Kepalanya menoleh ke belakang, di mana pria yang baru saja lewat itu berada dan mengirim pesan padanya.
Priska melanjutkan perjalanannya menuju kelas dengan bibir yang mengerucut.
"Hei, Pris! Kamu kenapa, sih? Kok cemberut gitu?" tanya seorang teman yang duduk di bangku sebelah Priska.
Gadis yang baru datang dari luar tersebut langsung duduk di bangkunya dan menyandarkan kepala di atas meja.
"Urusan himpunan bikin kamu pusing, ya? Cup, cup!" hibur kawan baik Priska tersebut sambil menengok wajah Priska yang kusut.
Padahal, bukan urusan himpunan yang membuat Priska pusing tujuh keliling. Tapi perilaku Dewa yang benar-benar tak terduga dan sering memberi perintah tiba-tiba padanya.
Hingga akhirnya, Priska pun mengeluh pada kawan di sebelahnya. "Arumi ...! Aku nggak kuat."
**
"Priska ... mantu kesayangannya mama!" Suara seorang wanita dengan melengking menyambut kedatangan Priska.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Simpanan Ketua BEM!
RomanceMungkin dia bukan jodohku! "Kalau begitu kenapa kita nikah?" "Please, deh! Asal jangan Kak Dewa!" . . . Memohon agar perjodohan ini dibatalkan? Hah! Jangan mimpi Priska! "Jelaskan sama mama papa, kenapa kalian berdua di kamar seperti ini!" "Mama...