Hari libur akhirnya tiba.
Ya, bukan hari libur yang sesungguhnya. Hanya sekedar akhir pekan dengan segudang tugas dan jadwal.
Priska dan Dewa sepakat, untuk menghabiskan Sabtu dan Minggu mereka dengan membersihkan apartemen hingga ke sela-sela.
Gadis dengan rambut panjang bergelombang itu memang benar-benar antusias, sejak tadi tangannya tak mau diam membersihkan setiap bagian dari tempat tinggalnya tersebut. Sementara mata bulat Priska sendiri, tak mau berhenti untuk tidak mengamati suaminya yang sedang menyedot debu sambil menguap sejak tadi.
"Ini ... sudah!" Dewa meletakkan mesin penyedot debu tersebut dan langsung merebahkan tubuh di atas sofa yang ada.
Priska menggeleng kepala. Suaminya ini mengeluh terus sejak dibangunkan tadi pagi. Gadis tersebut menyimpan lap yang sedang ia pegang dan menghampiri Dewa untuk mematikan mesin penyedot debu yang dibiarkan begitu saja oleh Dewa.
"Sini!" Priska mengambil sebuah cairan antiseptik untuk tangan dan menyemprotkan pada tangan sang suami, hingga pria tersebut kaget dan terperanjat karena sensasi dingin yang tiba-tiba menyentuh tangannya.
"Kalau habis apa-apa, cuci tangan! Pakai hand sanitizer, apalagi kalau sudah memegang benda-benda kotor dan bau, wajib pakai sabun!" omel Priska yang merasa trauma karena rambutnya pernah disentuh oleh tangan sang suami yang masih bau akibat belum dicuci bersih.
"Heeeuh!" Dewa menggerutu dan menyimpan wajahnya di bawah bantal sofa.
Akhirnya, Priska pun melakukan semuanya seorang diri dan membiarkan Dewa tidur di sofa ruang tengah dengan dengkuran halus yang terdengar samar karena tertutup bantal.
Selagi gadis itu mengumpulkan sampah yang ada di area dapur, dia mendengar dering panjang dari atas meja ruang tengah.
Tangannya masih fokus memilah plastik bekas, tapi kakinya berjinjit dan matanya memperhatikan sumber dering tersebut. Setelah dipastikan jika dering itu berasal dari ponselnya, dia pun langsung melepas sarung tangan karet yang ia kenakan dan berlari menuju ruang tengah.
"Halo, Assalamualaikum!" ujar Priska segera setelah ia menggeser ikon berwarna hijau dari ponselnya.
"Kenapa, Kak?" Priska menimpali telepon sambil melepas celemeknya juga.
Gadis itu tampak bersiap untuk meninggalkan rumah.
"Oh, begitu? Ok! Kak Tio tunggu di depan aja! Nanti aku yang turun!"
Priska mengangguk-angguk, sambil kini berlari ke kamar dan merapikan rambut serta mengambil sesuatu dari laci nakas dekat kasur.
"Iya, ini aku langsung turun sekarang!"
Tangannya pun bergegas mematikan ponsel, lalu Priska berlari menuju pintu. Dia tampak terburu-buru untuk segera keluar apartemen.
"Eh, copot!" Gadis ini tidak latah, dia hanya terkejut saat melihat tiba-tiba ada manusia yang berdiri tanpa aba-aba, tepat di depan pintu ketika Priska hendak keluar.
"Mau ke mana?" tanya sinis Dewa. Meski bangun tidur, tapi kali ini muka bantalnya tidak terlihat.
"Mau turun, ini kemarin flash disk punya Kak Tio ketinggalan di ruang himpunan, jadi aku bawa. Sekarang dia mau ambil, sekalian lewat katanya," ujar Priska sambil kembali lagi ke tempat meja riasnya untuk menyemprot parfum.
Ketika wangi vanila itu menguar dari tubuh Priska ke seluruh ruangan, mata sinis Dewa pun semakin lebar. Dia tidak membenci wangi tersebut, akan tetapi entah kenapa dia kesal saat melihat perempuan di depannya ini begitu wangi di Sabtu pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Simpanan Ketua BEM!
RomanceMungkin dia bukan jodohku! "Kalau begitu kenapa kita nikah?" "Please, deh! Asal jangan Kak Dewa!" . . . Memohon agar perjodohan ini dibatalkan? Hah! Jangan mimpi Priska! "Jelaskan sama mama papa, kenapa kalian berdua di kamar seperti ini!" "Mama...