8. Baper Tipis-Tipis

89 4 0
                                    


Karin, ibunda dari Priska datang jauh-jauh dari Bandung sengaja untuk menjenguk sang anak yang menjadi pengantin baru.

Seperti biasa, dia sudah banyak mengobrol dengan sang besan sebelumnya dan para mak-mak itu bergosip tentang bagaimana anak mereka sedang berusaha untuk membuatkan cucu.

"Ibu kok ke sini enggak bilang-bilang." Priska berkata demikian saat mereka naik lift bersama-sama.

"Si teteh mah, ada ibu datang selalu begitu. Dulu juga waktu ibu datang ke kosan Priska, dia suka ngomel-ngomel. Katanya ibu harus bilang dulu, lah! Apalah!" Ibu dari Priska malah mengomeli Priska balik.

"Enggak boleh gitu sama orang tua tuh, Sayang." Dewa mengusap lembut pucuk kepala Priska sambil menyunggingkan senyum lebar.

Priska pun merinding dengan sebutan sayang dari sang suami. Belum lagi senyum dari bibir Dewa terlihat mengerikan di mata Priska.

Tapi setidaknya kali ini Priska bersyukur, karena kakak tingkatnya tadi, Kak Tio, sudah pergi saat ibunya datang. Priska hanya takut, jika Tio sadar ada seorang ibu-ibu yang heboh memanggil dirinya dan Dewa bersamaan. Hal itu bisa menunjukkan secara tidak langsung bagaimana hubungan Dewa dengan Priska.

"Bukannya Kak Dewa mau beli lele?" tanya Priska yang berjalan keluar terlebih dulu saat pintu lift terbuka.

"Udah!" jawab Dewa sambil tersenyum.

"Mana?" Priska tak melihat tangan Dewa membawa sesuatu, yang dilihat Priska justru tangan suaminya itu hanya penuh membawa barang dari sang ibu.

"Ini!" Dewa mengangkat sebuah rantang merah dari ibu mertua. "Lele dari ibu mertua."

Karin terkekeh mendengar obrolan anak dan menantunya tersebut. Dia berpikir, jika rumah tangga anak mereka sangat harmonis.

Priska menggelengkan kepala. Dia pun membuka pintu apartemen dan mempersilakan ibunya masuk.

"Ibu dengar dari mama kamu, Dewa! Dia katanya datang ke sini bawa banyak susu dan vitamin, bagaimana sudah ada hasil?" Karin duduk di sofa yang ada sambil membuka bawaannya.

Pertanyaan itu begitu telak membuat Priska tak bisa menjawab.

Tapi lain lagi dengan Dewa yang merasa santai saja dengan pertanyaan tersebut. "Sabar, ya, Bu! Kita ini sekarang sedang banyak kegiatan, jadi capek juga mempengaruhi kesuburan kita!" tutur pria dengan alis tebal itu.

"Lagian, kenapa ibu ingin sekali punya cucu? Kita ini masih kuliah, kan?" jawab Priska yang protes pada ibunya.

Karin pun menghampiri anaknya dan membantu Priska mengeluarkan makanan dari rantang.

"Bukan begitu, ibu dan mamanya Dewa sebenarnya juga khawatir kalau kamu sampai hamil. Makanya kami menikahkan kalian. Tapi setelah kalian menikah, kita malah jadi tidak sabar ingin mendengar kabar kehamilan kalian." Karin menghentikan kegiatannya sejenak dan mengatakan hal itu dengan suara yang dalam.

"Tapi ... sebenarnya waktu itu kita ...." Ucapan Priska terpotong oleh Dewa.

"Waktu itu saya pakai pengaman, Bu!" ucap Dewa asal saja yang membuat bahunya jadi sasaran empuk pukulan Priska.

Mata gadis itu melotot pada suaminya dan menyiratkan sejuta kata yang berarti dia sangat ingin mengomeli pria penggemar lele tersebut.

"Gaya pacaran anak zaman sekarang, ya! Haduh! Untung laki-lakinya kamu, jadi gampang kalau minta tanggung jawab! Kalau dia orang lain, entah! Mungkin Si Priska sudah jadi apa sekarang," omel Karin yang membuat Priska semakin kesal.

Istri Simpanan Ketua BEM!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang