10. Berdirilah!

134 8 1
                                    


Salah tingkah, jelas saja! Anak gadis mana yang akan merasa biasa saja saat ia harus menduduki bagian pribadi laki-laki di pagi hari?

Sejak tadi ia menjadi sinis! Menolak untuk bertatapan dengan Dewa, yang menurut Priska adalah dalang dari semua tragedi yang terjadi!

"Enggak sarapan dulu, Pris?" tanya Dewa dengan wajah menyebalkan. Bagaimana tidak menyebalkan? Bisa-bisanya dia memasang wajah tanpa dosa seperti itu dan menawarkan sepotong roti pada Priska.

Sambil menyilangkan tangan di depan dada, Priska hanya melirik sinis. Menyabet satu roti, dan langsung menggigit sambil pergi tanpa memberi perasa apa-apa lagi.

"Dih! Biasa aja kali! Enggak ada apa-apa yang terjadi juga! Orang lain mah malah diperawanin sama suaminya," jawab Dewa sambil tersenyum miring. Dia sengaja membuat Priska semakin kesal.

Mendengar itu, wajah Priska semakin kusut. Mulai dari dahi, hidung, hingga mulut, semua mengerut. Matanya menatap tajam pada seekor makhluk yang sedang sesantai itu mengunyah dan menelan roti.

Melihat jakunnya, rasanya Priska ingin menerjang saja leher pria tersebut, biar semua makanan yang hendak masuk dimuntahkan lagi! Seperti itu kesalnya Priska pada Dewa.

"Lagi pula, ini salah kamu! Siapa suruh menghampiri orang malam-malam! Jangan-jangan ... kamu ... tadi malam kepengen, ya ...? Lalu curi-curi kesempatan?" Kondisi wajah Dewa saat ini tak ada serius-seriusnya. Dia benar-benar menganggap kejadian tadi pagi hanya sebagai candaan dan sebalnya Priska menganggap serius hal tersebut.

"Enak saja! Semua itu gara-gara Kak Dewa!" Priska pun menelan roti yang ia kunyah, baru ia lanjut bicara.

"Kalau Kak Dewa tidak mengambil selimut! Kalau Kak Dewa bangunkan aku! Kalau Kak Dewa enggak pegangi tanganku ... arrrrgh!" Rasanya geram sekali jika dipikir-pikir.

Dewa menelan makanannya perlahan sambil menatap aneh ke arah Priska. Gadis itu marah-marah tidak jelas di mata seorang Dewa.

"Sudahlah! Aku sudah pernah bilang bukan, mau kau telanjang di depanku sekalipun, aku tidak akan terangsang! Buktinya, tadi saat kau duduki saja aku tidak ingin berdiri sama sekali!" ucap Dewa sambil memutar bola mata seakan mengejek pada Priska. "Jadi ... chill ajalah!"

Mendengar itu, Priska bukannya kesal. Tapi dia malah berpikir jika ini aneh!

"Beneran, enggak berdiri?" tanyanya sambil menghampiri Dewa.

Ini di luar dugaan, Dewa pikir kalau Priska akan kesal. Tapi perempuan ini malah mendekat ke arahnya sambil menatap ke bagian kursi yang ia duduki. Ya, anggap saja melihat kursi ....

"I ... iya ...." Dewa menjawab dengan ragu. Lalu dia merapatkan kedua paha yang saat itu berada di atas kursi. "Kamu lihat apaan?"

Priska menggaruk samping kepalanya. "Tapi tadi itu ...." Dia semakin lekat menatap ke arah Dewa.

Namun Dewa malah mengalihkan pandangannya. "Tadi apa? Kamu pikir aku mulai tergoda?" Dia tersenyum miring. "Jangan mimpi!"

"Bukan begitu ...! Cuma ... aku pikir kalau Kak Dewa sampai enggak berdiri dengan posisi kita sedekat itu, jangan-jangan kamu yang impoten, Kak! Kamu yang enggak bisa berdiri?" celetuk Priska sambil menunjuk tepat ke area darurat yang berusaha ditutupi oleh Dewa.

"Apa, sih!" Dewa menepuk tangan Priska agar tidak menunjuk lagi 'ke sana'.

"Hmmm, jangan nuduh orang sembarangan! Padahal bisa jadi Kak Dewa yang bermasalah! Sudahlah! Aku mau berangkat!" Tanpa melihat ke arah suaminya yang menyebalkan, Priska pun memilih untuk berangkat ke kampus. Setidaknya ia tak mau tekanan darahnya naik di saat hari masih pagi.

Istri Simpanan Ketua BEM!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang