02: The Heir's Burden

2.4K 359 362
                                    

Di mini bar mansion mewah itu, Levine berdiri dengan tenang. Cahaya redup lampu gantung menciptakan bayangan halus di wajahnya yang tegas. Di depannya, deretan botol alkohol tertata rapi di rak kayu berukir, masing-masing memancarkan kilauan yang menggoda.

Levine mengulurkan tangan, meraih salah satu botol yang terbuat dari kaca kristal. Cairan berwarna amber berkilauan di dalamnya, menanti untuk dituangkan. Dengan gerakan terampil, ia membuka tutup botol, suara lembut "pop" terdengar saat tutupnya terlepas.

Grayson Evander Kim, kakak kandung Jennie, duduk di salah satu kursi tinggi dekat bar, mengamati dengan seksama. Matanya tajam mengikuti setiap gerakan Levine, namun wajahnya tetap tanpa ekspresi.

"Di mana gadis pembuat onar itu?" tanyanya penasaran. Karena sedari tadi, ia tidak melihat tanda-tanda keberadaan adik semata wayangnya di sana.

Levine mengambil gelas yang telah terisi dan menyodorkannya ke arah Grayson. Kemudian, sambil memutar gelas di antara jari-jarinya, ia menjawab dengan nada tak suka, "She has a name. Don't call my wife like that."

Grayson meneguk alkohol dari gelasnya, kemudian mengeluarkan sebungkus rokok dari balik saku jas. "I mean, Jennie, Dude. Where is she?"

"Mungkin masih di kampus."

"Di kampus? Sudah jam sebelas malam begini, dia masih di kampus?" tanya Grayson dengan ekspresi tidak percaya. Sebatang rokok yang sempat terselip dibibirnya pun, ia ambil lagi sebelum sempat ia nyalakan.

"Ternyata dia masih belum berubah, suka pulang larut malam dan tak bisa di atur. Jika aku menjadi dirimu, aku tidak akan mau menikahinya. Dia wanita pembangkang dan tidak berguna. Ayah saja sampai angkat tangan, tapi kau? Kau malah membawanya ke dalam pernikahan bodoh itu. Aku sungguh tak mengerti jalan pikiranmu."

Ya, pria yang menjalankan bisnis di bidang Human Trafficking sepertinya mana bisa mengerti. Belas kasih saja dia tak tahu, apalagi cara memperlakukan wanita dengan baik. Jennie benar-benar sangat tertekan ketika tinggal bersama kakak dan ayahnya itu. Mereka berdua sangat kejam, bahkan jauh lebih kejam dari keluarga Cassanova.

Keluarga Cassanova sendiri merupakan mafia terkemuka asal Italia, yang sedang merencanakan ekspansi besar ke Amerika Serikat. Mereka menargetkan kota-kota metropolitan seperti New York, Las Vegas, Miami, dan Los Angeles untuk memperluas jaringan bisnis ilegal mereka. Tapi untuk merealisasikan hal tersebut, Levine tentu tak bisa mengandalkan power dari keluarganya saja.

Di Amerika, struktur kekuasaan bawah tanah dikuasai oleh Acheron Sergio Kim, ayah Jennie, yang memiliki kontrol kuat atas pasar ilegal di sana. Levine yang mengetahui hal tersebut, mencoba untuk meminta bantuan. Namun, Acheron hanya bersedia bekerja sama jika ada keuntungan yang menguntungkan bagi kedua belah pihak.

"Aku mengerti bahwa keluarga kita telah membuat kesepakatan yang saling menguntungkan," ujar Grayson, wajahnya masih terlihat penasaran sekaligus bingung. "Tapi untuk mewujudkan kesepakatan itu, bisa saja 'kan tanpa harus melibatkan Jennie di dalamnya?"

Levine mengambil dua es batu dan menambahkannya ke dalam minumannya, suara krak saat es jatuh ke dalam gelas terdengar jelas. "Memang bisa..." jawab Levine dengan tenang. "Namun, meski kita tak terlibat dalam kesepakatan itu, aku tetap ingin dia denganku."

Kening Grayson berkerut heran. "Kenapa?"

Tapi bukannya memberi jawaban, Levine hanya memperlihatkan senyuman. Sebuah senyuman kecil yang menyimpan banyak maksud tersembunyi di baliknya.

°°°

Berhubung ini akhir pekan, jadi Jennie tidak masuk kuliah. Tadinya ia ingin keluar untuk tebar pesona, tapi tawaran dari Rosé lebih dulu masuk, membuatnya tak bisa menolak.

𝐌𝐑. 𝐂𝐀𝐒𝐒𝐀𝐍𝐎𝐕𝐀 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang