Blackstone Manor
Silver Creek Drive, Hidden Valley
North Salem, New York 10560Levine berdiri di balkon kamarnya, memandang luas ke arah malam yang mengelilingi Blackstone Manor. Villa itu dibangun dengan indah di atas perbukitan, dikelilingi oleh hutan lebat yang membuatnya hampir mustahil ditemukan oleh orang luar.
Blackstone Manor tidak sekadar bangunan mewah, melainkan benteng yang tersembunyi dari hiruk-pikuk kota. Dinding-dinding batu hitam yang kokoh, dengan ukiran arsitektur klasik yang misterius, menjadikan tempat itu bukan hanya rumah—melainkan markas besar yang tak tertembus.
Dari balkon, Levine bisa melihat pemandangan luas hutan yang bergetar pelan ditiup angin, pohon-pohon menjulang seperti bayang-bayang yang diam. Cahaya bulan yang setengah tertutup awan hanya memberi sedikit penerangan, menambah kesan bahwa villa itu benar-benar terisolasi dari dunia luar.
Di antara jari-jarinya, sebatang rokok menyala, bara kecilnya sesekali berpendar saat ia menghisap dalam-dalam. Asapnya melingkar perlahan di udara, tipis namun padat, menyatu dengan malam yang pekat.
"Sì, Papà. Sienna è al sicuro con me." (Iya, Ayah. Sienna sudah aman bersamaku).
"Benissimo. Assicurati che Devìns non possa trovarla. Tienila al sicuro finché non si riprende." (Bagus. Pastikan Devìns tidak bisa menemukannya. Jagalah dia sampai dia pulih kembali).
Permintaannya yang terakhir itu agak sedikit memberatkan Levine. Menjaganya sampai dia pulih? Bagaimana bisa? Jelas-jelas Levine dan Sienna memiliki cerita kelam di masa lalu yang tak akan semudah itu untuk di lupa.
Dengan wajah datar, Levine menekan ujung rokoknya di pagar besi balkon. Bara api yang tersisa padam seketika saat rokoknya menyentuh besi dingin. Tak ada gerakan tergesa, hanya aksi sederhana untuk mematikan rokok sebelum dia membuang sisa puntungnya ke tong sampah di dekatnya.
"Te l'ho già detto, Papà. Non posso trattenerla a lungo. Solo 30 giorni, poi farà ciò che vuoi con lei." (Aku sudah memberitahumu, Ayah. Aku tidak bisa menampungnya lama-lama. Hanya 30 hari, setelah itu terserah Ayah ingin melakukan apa padanya).
Kemudian, Levine langsung menggeser sebuah pintu kaca. Langkah besarnya mulai menginjak lantai kamar, hendak mengambil jas yang tergantung.
"Comunque, perché dovrei essere io a occuparmi di lei? Anche se morisse per mano di Devins, quale sarebbe il nostro problema? Non mi piace essere coinvolto in cose del genere, Papà. Soprattutto per qualcosa di cui non capisco il motivo." (Lagi pula, kenapa aku yang harus menjaganya? Andaipun dia mati di tangan Devins, masalahnya apa dengan kita? Aku tidak suka di repotkan begini, Ayah. Apalagi untuk sesuatu yang tidak jelas apa alasannya).
"Non c'è bisogno di fare troppe domande, Levine. Fai solo quello che ti ho chiesto. Se ti dico di proteggerla, allora proteggila." (Kau tak perlu banyak tanya, Levine. Lakukan saja apa yang aku pinta. Jika aku bilang jaga, maka jaga dia).
Panggilan itu pun terputus seiring dengan aktivitas Levine yang sedang sibuk menyarungkan jas hitamnya. Levine berdecih pelan, merasa jengkel dengan sikap ayahnya yang super bossy. Kendati demikian, ia tidak punya pilihan lain, selain menurutinya. Karena di keluarga Cassanova, takhta tertinggi dalam memberi perintah dan mengeluarkan keputusan masih di pegang oleh sang Ayah.
Bagi mereka yang memberontak, tak bisa diatur dan dianggap merugikan, maka konsekuensinya adalah di hapus dari daftar keluarga. Mungkin, agak terdengar seperti omong kosong, namun itu berlaku sungguhan. Buktinya, ketika Devìns merebut Sienna dan ketahuan menghamilinya, ayah mereka — Alaric Lucienzo Cassanova, langsung mendepak Devìns di hari itu juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐑. 𝐂𝐀𝐒𝐒𝐀𝐍𝐎𝐕𝐀
Romance"Silahkan pulang larut malam dan bertingkahlah seperti gadis nakal. Tapi jika kau tidur dengan lelaki lain, kau tahu, aku tidak akan tinggal diam saja 'kan, Sayang?"