"Bagaimana keadaanmu?"
"Hm... sudah membaik. Jahitan lukaku sudah di lepas minggu lalu." jawab Sienna sembari menatap Levine yang tengah duduk di hadapannya. Pria itu baru saja datang, mengajak si perempuan untuk berbicara sebentar, lalu bertanya dengan nada yang tak sedingin biasanya. Sienna sendiri cukup kaget dengan perubahannya itu. Karena selama ini Levine selalu bersikap kaku dan tak berempati, bak benteng kokoh yang tak bisa ditembus.
"How about that one?" tanya Levine lagi sembari melirik sekilas ke arah kaki Sienna.
Sienna pun ikut mengikuti arah lirikannya. "My therapist said it's going to take a long time to heal." jawabnya dengan raut wajah sendu.
"How long?"
"Four to six months."
"I see," balas Levine sembari menyandarkan punggungnya di sandaran sofa. Kakinya pun ia silangkan dengan santai, sementara kedua tangannya bertaut dengan mata yang masih tertuju pada Sienna. "Dalam rentang waktu itu, jangan pernah sekalipun keluar dari Villa ini. Bahkan berdiri di balkon kamarmu pun kau tak kuperbolehkan. Jika nanti kau membutuhkan sesuatu, kau tak harus pergi mencarinya. Aku yang akan membawakannya untukmu."
Sienna terdiam cukup lama, sibuk bergelut dalam pikirannya sendiri. Di satu sisi, ia senang karena sudah diperhatikan, namun di sisi lain, perhatian Levine itu rasanya sedikit janggal. "Kenapa?" tanyanya, suaranya hampir tidak terdengar.
"Kenapa apa?" jawab Levine bingung.
"Menjagaku. Aku pikir, apa yang bisa kau berikan padaku sekarang hanyalah kebencian. Tapi kenapa mendadak menjadi peduli?"
"Peduli sungguhan dengan dipaksa untuk peduli itu berbeda, Nona Sienna. Jadi, jangan terlalu cepat menilaiku. Kalau dari awal yang aku utamakan adalah keegoisanku, bukan disini kau berada sekarang, tapi di jalanan. Di mana kau berjuang sendirian, terjebak dalam bahaya yang tidak seharusnya kau hadapi. Kau tahu benar setidak suka apa aku dengan perbuatanmu di masa lalu. Namun, aku juga mengakui bahwa kau adalah bagian dari semua keputusan bodoh yang pernah aku buat."
"Theo!" Nada bicara Sienna langsung meninggi. Tampaknya perkataan Levine barusan begitu melukai perasaannya. "Jika didalam hubungan yang pernah kita jalin kau menganggap bahwa dirimulah yang paling menderita, maka kau salah! Kau pikir, kenapa aku sampai terjebak dengan kakakmu? Apa karena aku sungguhan suka? Tidak! Dia memanfaatkanku! Dia memanfaatkanku kecemburuanku!"
Satu alis Levine tampak terangkat, "Apa maksudmu? Kecemburuanmu terhadap apa?"
"Terhadap cinta pertamamu yang tak pernah ingin kau ceritakan padaku itu!"
"Sienna," Levine menyebut namanya dengan amarah yang tertahan. Dari penampakan rahangnya yang tegas, terlihat sekali ia sedang berusaha menahan diri agar tidak meluapkan emosinya. "Don't you think this is too much? Apa korelasinya cinta pertamaku dengan tindakan perselingkuhanmu?"
Sienna menghela napas, mencoba menenangkan dirinya dulu sebelum bercerita. "Semuanya bermula ketika kau tidak mau terbuka tentang cinta pertamamu. Aku masih ingat malam itu ketika Devíns memberitahuku tentangnya. Ia berkata bahwa kau pernah memiliki seorang gadis yang sangat berarti bagimu, seseorang yang sepertinya masih mengisi pikiranmu hingga saat itu. Saat itu, aku sangat ingin tahu, jadi aku bertanya padamu. Tapi kau hanya menghindar dan berkata bahwa itu bukan hal yang penting lagi, karena sekarang kau bersamaku."
Rasa penasaran itu terus mengganggu Sienna, mendorongnya untuk mencari jawaban di tempat lain. Ketika Levine tidak memberikan informasi yang dia butuhkan, Sienna beralih kepada Devíns. Dia berharap bisa menemukan kepastian tentang siapa gadis itu dan mengapa Levine begitu enggan membahasnya. Namun, Devíns sendiri hanya memiliki sedikit informasi. Dia pernah mendengar Levine berbicara di telepon dengan seseorang, menanyakan kabar seorang gadis yang telah lama ia tinggalkan. Ia hanya mendengar Levine bertanya apakah gadis itu tumbuh dengan baik dan bagaimana kehidupannya saat ini. Itu saja-tidak lebih dari sekadar kilasan yang menambah rasa ingin tahunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐑. 𝐂𝐀𝐒𝐒𝐀𝐍𝐎𝐕𝐀
Romance"Silahkan pulang larut malam dan bertingkahlah seperti gadis nakal. Tapi jika kau tidur dengan lelaki lain, kau tahu, aku tidak akan tinggal diam saja 'kan, Sayang?"