Same Person-
Setelah melalui debat panas antara Aletha yang ingin Nadine pulang bersamanya tapi Nadine sendiri enggan dan lebih baik menaikki bus saja ketimbang di bonceng sama si jamet itu.
Namun ternyata usahanya sia-sia, keributan tadi malah berujung keduanya menaikki bus bersama. Syukur.
"Nitip Motor hela nya Sa, ke urang kadieu deui" (nitip motor dulu ya Sa nanti aku kesini lagi) percakapan antara Aletha dan Khansa, temannya.
Bisa dilihat ekspresi malas Khansa saat ini "Kabisaan si jamet mah" katanya menggeleng tapi sambil misuh-misuh sendiri menatap Aletha yang berlari menuju pintu bus, masalahnya ia juga membawa motor.
Terus ini gimana? Masa di tinggal dulu?
"Mau marah tapi gabisa" katanya pasrah.
Menatap kepergian bus itu. Jika bukan temannya mungkin Khansa sudah buang motor itu.
Mana berat lagi ni motor, batinnya.
"Kamu kayak orang gila" kata Nadine, karena sedari tadi bibir Aletha tak berhenti mengembang seperti orang yang telah memenangkan sebuah lotre.
Aletha melirik sekilas"Aku memang udah gila sebelumnya" kemudian tatapannya kembali beralih pada kaca, ia sandarkan sisi kepalanya disana menatap jalanan apik diluar.
Kota yang bersih dan terawat, pohon-pohon tertata disetiap jalannya yang menambah kesan romantis bagi Aletha, itu kata dirinya.
Jika Nadine? Membayangkan hal romantis saja ia enggan apalagi bersama Aletha. Ga dulu deh, yang ia mau saat ini untuk cepat-cepat turun dari bus dan masuk ke dalam rumahnya.
"Aruna tau ga?-
Tak ada jawaban, tapi Aletha kembali melanjutkan kalimatnya, berbicara tanpa bertatap muka yang pandangannya tertuju pada jalanan.
"Dulu kalo kamu lagi marah pasti selalu pulang naik bus, tapi untungnya kamu punya pacar yang hebat tau- buktinya aku rela tuh lari ngikutin bus ketimbang harus nyusul naik motor. Karena apa? aku mau jadi orang romantis aja si sama-
Puk!!
Aletha reflek menoleh saat pundak kirinya kini sedikit terasa berat. Nadine tertidur, ia tersenyum tipis. Kekasihnya itu masih sama seperti dulu, jika di perjalanan selain menaikki motor, Nadine pasti akan tertidur.
Itu kenapa ia tidak menyarankan sama sekali pulang naik kendaraan umum seperti bus jika sendirian. Takut kesasar.
Tangan Aletha terangkat membuat jari-jarinya tergerak untuk menyisir poni tipis sebelah kiri dahi Nadine yang menutupi sedikit penglihatannya. Ada bekas jahitan yang mulai mengecil disana.
Sambil mengusapnya pelan, Aletha mengingat kembali apa yang sebenarnya terjadi pada sang kekasih 5 bulan yang lalu.
Ada penyesalan dalam diri Aletha kala itu. Andai saja jika saat itu ia yang menjemput Nadine, mungkin tak akan pernah terjadi hal yang seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
sαmє pєrsσn! | Bbangsaz
Hayran KurguSebab setiap detiknya bersama kamu itu berharga. [ harsh word + action + kiss] ⚠️ kkalvana. My 5th book 📚 Photo : Pinterest 📍 Cover edit : Canva